Bagian 5

3.2K 211 3
                                    

Empat hari telah berlalu, berita meninggalnya puang Hamma sudah tak terdengar lagi dikarenakan berita yang lebih heboh menurut warga. Pasalnya puang Solle yang dituding-tuding sebagai parakang tua di kampung ini sedang sakit parah.

"Ammadangiji pung Solle?" tanya bu Muhaira saat puang Timbo tiba. Beliau diminta untuk datang kesana oleh sanak keluarga puang Solle. Takut-takut terjadi hal yang tidak-tidak katanya. (Apa pak Solle masih sakratul maut?)

"Ammadangi ji," jawab pak Timbo, Mengelah nafas lelah. (beliau masih sakratul maut).

Ini sudah hari kedua puang Solle meregang nyawa. Bukannya tega atau jahat dengan berharap beliau cepat meninggal.

Tapi ini karena kami semua resah. Pasalnya seorang parakang tua akan meninggal setelah ada yang mengantikannya atau bisa dibilang mewarisi ilmu parakang tersebut yang berarti akan ada parakang baru.

Dan yang kudengar dari warga, bahwa parakang baru yang masih amatiran bisa sangat berbahaya. Bahkan lebih berbahaya dari pada parakang tua.

Mereka akan berusaha menyempurnakan ilmu parakangnya. Dan saat itulah mereka akan sangat tidak terkendali. Yang konon katanya tidak akan segan untuk menjadikan keluarga mereka sebagai korbannya.

"Nu ngurai nitte do? Iya nulapalembaya?" tanya bu Muhaira lagi, beliau sama cemasnya dengan warga lain. (Bagaimana kelihatannya? apa yang memindahkan/mewariskan ilmunya?)

"Iya nupakua ia kutte," jawab pak Timbo dengan raut wajah yang tak teratur, antara lelah dan khawatir. (kelihatannya begitu)

Tak berselang lama sebuah salam terdengar dari luar, yang langsung disambut oleh pak Timbo lalu diikuti aku yang juga penasaran.

"Itaki. Nai posona pung Solle," kata orang itu. (Cepat. Puang Solle sekarang sedang sesak.)

🎬🎬

"lembaa... embahh...."

Suara itu terdengar samar, suara yang berasal dari puang Solle. Semua orang tampak gusar, tak terkecuali puang Timbo.

"Lang nguramaki inni pung Timbo?" tanya seorang lelaki dengan suara yang terdengar bergetar, raut wajahnya menunjukkan kegusaran yang teramat sangat. (Sekarang kita harus bagainama pak Timbo)

"Jako riekki angio'i," kata pak Timbo. (Jangan ada yang mengiyakan)

"Asessai punna apakunjo'i mi naung," kata seorang wanita tua. (dia akan tersiksa jika terus seperti ini)

"Pasannangi kalennu. Kupangera tulungangi na nipalusang ngi annoranna," kata pak Timbo. Padahal raut wajahnya juga tak menunjukkan ketenangan. (Tenangkan dirimu. Saya akan memohon agar dimudahkan jalannya)

Kulihat pak Timbo dan seorang bapak tua dengan pakaian serba hitam, mulai dari kepala, badan hingga sarung yang dililitkan pada pinggangnya sedang mengucapkan sesuatu di telinga puang Solle. Lalu setelahnya puang Solle tampak kesakitan.

Deru nafasnya makin tak teratur. Suaranya juga semakin samar.

"Lem.. ba.. emb... a.."

Kalimat itu terus diucapakannya.

"Rinringi'i Timbo," kata bapak tua itu.
(Rinring/ tembok. Dalam keadaan ini dimaksudkan agar tidak tembus oleh hal-hal yang tak diinginkan)

Puang Timbo dan orang itu terus mengucapkan kalimat-kalimat yang terdengar seperti mantra di telinga puang Solle, sesekali mereka membacakannya di ubun-ubun lalu berpindah pada pusar dan jempol kakinya.

Puang Solle terus mengucapkan kalimat yang sama. Sampai kudengar sebuah kalimat terputus sebelum beliau menutup mata tanpa mengucapkan syahadat.

"Lem...ba...."

"Lappasai Timbo" ucap bapak tua itu, didaratkan pantatnya paksa ada gurat lelah dan kecewa di wajahnya yang tergambar jelas. (dia lepas Timbo)

Suara pekikan terdengar lagi. Untuk kedua kalinya aku mendengar suara itu, suara teriakan orang-orang yang ditinggalkan oleh sanak keluarga mereka.

"Ngura nudahui anorang? Nussengan ji lanjari apako!" kata lelaki yang tadi terlihat gusar. (kenapa kalian memberi dia jalan. Kalian tau kalian akan mejadi apa!)

"Sabbarangi kalenu nak," kata wanita tua yang kuduga istri puang Solle. (Bersabarlah nak)

Semua orang masih kalang kabut, ada yang meratapi kepergian puang Solle ada juga yang gusar memikirkan siapa yang menerima ilmu parakang puang Solle.

Parakang baru, berarti bencana baru. Kejadian besar akan terjadi jika orang itu tidak segera membuang ilmu parakang yang diwarisinya. Dia akan menjadi bringas dalam memangsa, tak peduli pada siapa yang menjadi korbannya, asal ilmu parakang itu bisa menyatu pada dirinya karena jika tidak maka nyawanyalah yang akan terancam.

PARAKANGNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ