Bagian 7

3.3K 195 2
                                    

Sajang atau Dimakan Parakang?
•••

Hasni, ibu yang seminggu lagi akan mengadakan acara taruru (acara 7 bulanan) merasakan keram pada area perutnya. Perutnya tiba-tiba saja sakit tanpa sebab, pihak keluarga yang mengkhawatirkan ibu dan anak dalam kandungannya itu segera melarikannya ke Postu terdekat, setelah diperiksa oleh bidan setempat, mereka tercengang.

"Maaf, tapi tidak ada pergerakan di dalam perut ibu Hasni. Perutnya biasa saja, dia tidak sedang hamil."

Mendengar jawaban bidan itu sontak saja membuat suami Hasni geram, "Ibu ini benar bidan atau apa? Bagaimana bisa istri saya tidak hamil. Saya sendiri yang menemaninya kontrol tiap bulan sama bidan sebelum Anda yang bertugas di postu ini."

"Tapi saya sangat yakin istri Anda tidak sedang mengandung. Perutnya tidak keras malah terasa kosong. Mungkin sebelum bapak bawa ke sini istri bapak telah keguguran," jawab bidan itu tidak terima.

"Kalau Anda tidak percaya, Anda bisa membawa istri Anda ke Rumah sakit untuk USG."

Tidak perlu menunggu lama, setelah pulang dari Postu, Hasni segera dibawa ke Rumah Sakit Umum untuk melakukan pemeriksaan dengan dokter kandungan. Dan lagi, hasil yang diterima oleh kedua keluarga itu membuat mereka terpukul, ditambah bukti hasil USG yang menunjukkan tidak ada janin di dalam sana.

Hasni yang belum sepenuhnya sembuh dari rasa sakitnya diintrogasi oleh pihak keluarga, mempertanyakan apakah sebelum ini dia benar-benar keguguran. Dan jawaban wanita itu adalah tidak bahkan dia berani bersumpah bahwasanya dia tidak pernah pendarahan sebelumnya. Perutnya baru keram semalam saat pulang dari rumah mertuanya, puncaknya tadi pagi saat Andi menemukannya pucat di dapur.

Ibu dari Hasni juga meyakinkan mereka, Hasni tidak pernah pendarahan, jika ia terjadi pun, mereka semua pasti tau, sebab Hasni adalah wanita yang cengeng jadi tidak mungkin dia tidak menangis atau mengadu saat pendarahan dan yang dia tahu semenjak hamil Hasni tak pernah mengeluh.

Setelah insiden yang menimpa Hasni, berbagai anggapan bermunculan, ada yang mengatakan bahwa janin dalam kandungan Hasni itu sajang (hilang), ada juga yang mengatakan bahwa jabang bayi itu dimakan parakang yang belakangan ini meresahkan mereka. Parakang itu ingin menyempurnakan ilmu parakangnya.

Aku juga mendengar bahwa jabang bayi adalah makanan kesukaan parakang, wanita yang sedang mengandung berbau nangka masak sehingga dapat tercium dari jarak jauh sekalipun.

"Hasni benar-benar mengandung kan? Maksudku bagaimana bisa bayi dalam kandungannya tiba-tiba hilang bergitu saja."

"Jelas saja kak Hasni mengandung. Ibu sendiri yang memeriksanya, dan selama ini ibu tidak pernah salah," jawab Lani enteng.

"Ibu? Maksudmu."

"Ini bukan kota yang banyak drama kehamilan, seperti yang sering ditonton ibu. Kamu tahu ini di perkampungan, sebagian orang masih memegang tradisi. Jadi selain konsultasi dengan bidan para calon ibu juga mempercayai dukun beranak isilah disini akantian Sanro, dan kebetulan ibu adalah sanro dari kak Hasni, jadi aku yakin dia benar-benar hamil walau sebelumnya dia tidak pernah USG, hanya konsultasi biasa dengan bidan lagipula ibu selama ini tidak pernah salah prediksi."

"Jadi menurutmu apa janin Hasni benar-benar sajang atau dimakan parakang seperti kata orang-orang"

"Aku tidak tau, aku tidak melihatnya. Mau dibilang sajang tapi ari-arinya pun tidak terlihat dari hasil USG, mau mengatakan dimakan parakang tapi dia tidak mengalami pendarahan. Setauku dari nenek, setidaknya mereka akan pendarahan atau pecah ketuban meski sedikit karena parakang itu menimum serta memakan janin itu."

Mendengar Lani mengatakan memakan janin entah kenapa membuatku ngeri sekaligus mual. Kira-kira apa yang dirasakan parakang itu saat memakan janin itu?

Apa dia tidak merasa risih memakannya, melihat bayi yang belum terbentuk secara sempurna itu. Kenapa mereka tidak merasa kasihan, seperti kanibal saja. Ah, bukan seperti, tapi memang kanibal jika mereka benar-benar memakan daging itu. Daging manusia yang belum menghirup udara bebas.

"Parakang itu tidak punya hati yah, Lan, tega sekali mereka memakan janin yang tidak bersalah."

"Mungkin. Lagi pula kita tidak tau apa yang sebenarnya terjadi. Kudengar dari kakek yang katanya, ayahnya dulu berteman dengan seorang parakang, sebagian dari mereka melakukannya tidak dalam kondisi sadar, tergantung dari jenis parakang apa yang mereka bawa," jelasnya sambil menyeruput teh yang sedari tadi dingin karena kami terus bercerita.

"Apa jenis parakang itu banyak?"

"Sepertinya kamu begitu penasaran dengan parakang?" tanyanya balik.

Aku menganguk, Lani melanjutkan lagi ceritanya tentang parakang yang semakin kesini semakin membuatku penasaran.

"Katanya penyebab mereka menjadi parakang itu ada tiga. Pertama, karena kasugikan atau kekayaan. Kedua, karena erang kaburunean atau kejantanan. Ketiga, karena lamung-lamung atau tanaman, sebenarnya yang ketiga ini agak mirip dengan yang pertama tadi bedanya mereka mengkhususkan pada tanaman. Mereka yang memakai ilmu itu akan memiliki tanaman yang subur, panennya selalu besar sedangkan untuk kasugikan mereka mengunakan itu dalam segala bidang biasanya pada perdagangan. Tapi yang untuk tanaman ini, katanya mereka tidak memakan manusia."

Aku masih mendengarkan dengan saksama penjelasan Lani. Menarik, parakang dan segala kaitannya.

"Tidak jadi masalah mereka mengunakan ilmu itu asal dalam taraf aman. Katanya ada mantra yang harus mereka bacakan, dan jika salah satu mantra mereka terbalik maka mereka gagal, dan itu akan membuat mereka menjadi parakang."

Masih banyak pertanyaan yang ingin kupertanyakan tapi Lani sudah pamit untuk membantu buk Muhaira memasak.

Aku mengambil ponselku, mengetikan beberapa kata dimesin pencari. Tidak lama aku mendapat apa yang kuinginka.

Parakang dan Poppo. Makhluk jadi-jadian yang meresahkan warga......

Komentar

Pengguna 1 : Parakang itu sebutan untuk manusia jadi-jadian berjenis kelamin laki-laki sedang perumpuan disebut Poppo

Pengguna 2 : poppo adalah nama lain dari parakang

Pengguna 3 : Parakang itu sebutan untuk mereka yang memakai erang kasugikan sedangkan poppo untuk mereka yang memakai erang lamung-lamung.

Komentar lainnya

Banyak komentar lainnya tapi yang membuatku tertarik adalah penjelasan dari Pengguna 3 tentang parakang dan Poppo, komentarnya memiliki beberapa kaitan dengan penjelasan Lani tadi, tentang erang kasugikan dan erang lamung-lamung. Lani tidak menjelaskannya secara mendetail.

Penasaran, kulihat profil pengguna 3, dia orang Sulawesi. Lalu kubuka profil pengguna 1 dan 2, mereka juga dari Sulawesi. Tapi kenapa jawaban mereka berbeda-beda, terlebih komentar pengguna 1 dan 3, tidak ada hubungannya sama sekali.

Saat aku masih asik dengan profil mereka serta pemikiranku, Lani kembali duduk di hadapanku.

"Masih penasaran dengan para parakang itu?" aku menganggukinya.

"Ada yang sedang sakit, biasanya parakang akan berkeliaran di sekitar kediaman orang itu. Ikut saja dengan bapak dan puang Sanna, dia patutuntung di sini kurasa dia tau banyak hal yang ingin kamu ketahui," katanya sebelum kembali ke dalam rumah.

Aku tersenyum, "Kapan mereka akan kesana?"

"Nanti malam dan kuharap kamu tidak takut karena akan ada banyak hal-hal menyeramkan yang kamu lihat jika kamu tidak bisa mengendalikan rasa penasranmu."

PARAKANGWhere stories live. Discover now