Ijin

5.5K 805 15
                                    

Jimin terus memperhatikan tubuh kurus yang masih terbaring di atas ranjang. Ini sudah 1 jam dan Taehyung masih enggan untuk membuka matanya.

"Taehyung! Bangunlah!" Jimin mengguncangkan tubuh Taehyung ntah untuk yang ke berapa kalinya. Sedari tadi dia berusaha membangunkan Taehyung.

Braaaaaaak

"Taehyung!" Hoseok berlari ke ranjang Taehyung. "Apa yang terjadi Jim?"

"Aku tidak tau hyung. Tadi saat kami sampai di taman. Dia merasakan kesakitan lalu pingsan."

"Astaga apa yang sudah bocah ini lakukan." Hoseok mengacak rambutnya frustasi. Sebenarnya rambut Hoseok sudah berantakan karena baru bangun tidur. Dia langsung mengecek handphonenya saat itu dan banyak panggilan masuk tak terjawab yang berasal dari Jimin. Puluhan pesan dari Jimin pun tak luput dari perhatian Hoseok hingga membuatnya sangat terkejut dan sempat terguling dari ranjangnya saat membaca isi pesan Jimin yang mengatakan Taehyung pingsan.

"Kau sudah menghubungi Seokjin hyung Jim?"

Jimin menggeleng. "Aku tidak berani. Lagipula katanya dia ada acara di kampus. Kan dia paling tidak suka diganggu ketika ada acara."

"Bodoh!" Hoseok menjitak kepala pemuda berpipi mochi itu hingga membuatnya meringis. "Nanti jika dia tahu belakangan, dia akan mengomel terus."

"Yasudah tinggal tidak usah kita beritahu saja Seokjin hyung. Lagipula saat dia pulang aku yakin Taehyung sudah baik-baik saja."

Hoseok rasanya ingin sekali memukul Jimin saat ini. Kenapa dia tenang sekali. Hoseok tidak bisa membayangkan jika Seokjin pulang dan menemui Taehyung masih dalam kondisi seperti ini. Habis saja mereka berdua nanti di tangan Seokjin. Iya, Seokjin sangat menyayangi Taehyung seperti adik kandungnya sendiri.

"Uhuuuuk!"

Jimin dan Hoseok langsung mengalihkan atensinya pada Taehyung. Mereka melihat wajah yang masih pucat itu. Suhu tubuhnya juga masih dingin.

"Taehyung, apa yang kau rasakan? Kau butuh sesuatu?" Hoseok mengusap dahi Taehyung dan menyibak poninya yang basah karena keringat.

"Tidak hyung. Aku sudah baik-baik saja." Taehyung merasakan punggungnya semakin dingin. Rasanya seperti tersengat listrik. Dia tau pasti sudah ada yang datang dan menunggunya tak jauh dari sini. Biasanya dia akan menggeliat numun tubuhnya tak bisa digerakkan sama sekali. Ini lebih menyakitkan bagi Taehyung.

"Aku akan istirahat lagi saja."

"Ah iya benar. Kau istirahatlah saja. Kami akan menunggumu di sini."

"Ah tidak usah Jim!" Sergah Taehyung buru-buru. Nadanya bahkan memerintah, juga ada maksud lain dari kalimat itu. "Aku sudah tidak apa-apa. Kalian bisa melanjutkan pekerjaan kalian."

"Tapi Tae, kau kan sedang dalam keadaan seperti ini. Masa kami harus meninggalkanmu?"

"Aku sudah tidak apa-apa Jim. Aku akan tidur selama 2 jam seperti biasa. Kalian bisa kembali lagi setelah 2 jam untuk mengecek keadaanku."

Mereka saling tatap. Akhirnya mereka memutuskan untuk membiarkan Taehyung sendiri di kamarnya.

"Keluar sekarang atau ku bunuh kau Jungkook!"

Tidak butuh waktu lama bagi Jungkook untuk menampakkan dirinya di hadapan Taehyung. Dia duduk bersila di lantai dengan kedua tangan dia letakkan di tepi ranjang Taehyung. Kepalanya dia alihkan ke sisi Jungkook dan langsung dihadiahi senyum dari pemuda jin itu. Saat ini Taehyung hanya bisa menggerakkan kepalanya saja.

"Kau bisa tidak, datang tidak seperti tadi? Kau membuatku sakit!"

Jungkook mengusap surai lembut Taehyung. "Maaf aku membuatmu kesakitan. Tapi kan caraku datang memang seperti itu."

"Kau kan bisa langsung datang saja tidak usah mengeluarkan auramu juga!"

"Jadi kau mengijinkanku?"

"Mengijinkan apa?"

"Jadi pengawal pribadimu."

Taehyung hanya menggumam lalu mengedarkan bola matanya kamanapun agar tidak bertemu manik hitam Jungkook.

"Jangan ulangi lagi!" Jungkook mengusap punggung tangan Taehyung. "Jangan memaksakan diri dengan kemampuanmu. Tubuhmu yang akan menanggung semuanya jika kau berlebihan menggunakannya."

Taehyung menatap Jungkook yang tengah tersenyum padanya. "Iya. Akan aku ingat."

"Ayo aku bantu!"

Jungkook mengangkat sebagian tubuh Taehyung dan menyandarkannya pada kepala ranjang. Mata Taehyung membulat saat tubuh bagian atasnya dapat dia gerakkan.

"Kau..."

"Sudah istirahat saja! Tubuhmu masih lemas."

"Kau tadi membantuku?"

Jungkook tersenyum. Tangan kanannya dia gunakan untuk menopang rahang tegasnya itu. Dengan seperti ini dia lebih leluasa memandangi Taehyung. "10 menit lagi seluruh tubuhmu akan kembali seperti semula."

"Terimakasih." Taehyung menunduk sesaat dan menatap Jungkook heran karena setia duduk di lantai. Apa sekarang dia benar-benar jadi pengawalnya? Justru pemuda blonde ini yang merasa tak enak. "Kenapa kau duduk di bawah?"

Jungkook terkekeh. "Karena dari sini kau terlihat lebih cantik, tampan, menarik, mempesona, dan...." Senyum Jungkook mengembang. "Sempurna."

"Apasih! Kau itu tipe jin kardus ya!"

Jungkook tertawa. Padahal dia mengatakan itu dengan tulus. Itulah penilaian Jungkook pada Taehyung saat melihatnya pertama kali.

"Sepertinya akan ada yang datang. Kau bisa panggil aku jika tak sabar ingin bertemu."

"Pergi saja sana!" Taehyung melemparkan bantalnya pada Jungkook namun tak tepat sasaran. Bantal itu justru mendarat pada tubuh Seokjin yang masuk dengan tergesa ke kamar Taehyung.

"Jadi ini sambutannya?" Seokjin segera berlari menghampiri Taehyung dan menarik rambutnya.

"Aw, ini sakit hyung! Kenapa datang-datang kau..."

"Bodoh! Kenapa kau selalu memaksakan dirimu sendiri Kim Taehyung. Jika kau bukan adikku, maka sudah ku lelang kau!"

Setelah itu Taehyung mau tak mau harus menerima semua omelan dari Seokjin.

NILA 3-0 || KookV ✓Onde histórias criam vida. Descubra agora