Ruang 099: Keadilan Tuhan

5.1K 341 26
                                    

Aku sempat berkelahi dengan pikiranku sendiri

Mengapa bisa mereka yang hidup berkecukupan seolah lupa untuk memahami?

Maksudku, mereka seperti enggan untuk berkaca pada apa yang telah Tuhan beri. Mereka terlalu manja menjalani hari

Padahal, bukankah kita sama-sama terlahir dengan akal dan juga hati?

Lalu, mengapa mereka masih bersikap seperti anak ayam yang selalu mengikuti induknya ke manapun ia pergi?

Mengapa juga mereka bersikap seperti bayi yang tak bisa makan tanpa disuapi?

Lebih sarkas lagi, mengapa mereka tega menggantungkan sesuatu pada orang lain yang kehidupannya jauh di bawahnya saat ini?

Apa mereka tidak lagi memiliki nurani? Apa mereka tidak malu merepotkan orang lain tanpa henti?

Oh, ayolah. Kita memang makhluk sosial, tetapi bukan berarti kita bisa menyusahkan orang lain hingga membuatnya kesal

Bukankah lebih baik jika kita belajar mengasah akal? Jangan justru menjadi beban, hanya karena terlalu sering mengandalkan

Cobalah berusaha sampai kita benar-benar membutuhkan pertolongan

Maaf bila ada yang terluka

Di sini, aku sama sekali tidak menghakimi sesiapa. Aku hanya mengutarakan apa-apa yang mengganjal dalam dada

Berkat konspirasi kecil yang dipertontonkan oleh semesta, kini aku mengerti dengan sendirinya

Bahwa kecukupan duniawi, tidak selamanya sebanding dengan isi kepala. Bahwa keberadaan materi, tidak selalu sepadan dengan kekuatan jiwa

Jadi, mulai detik ini, aku tidak akan lagi bertanya, "Mengapa?"

Sebab ternyata, memang seperti itulah keadilan Tuhan bekerja.

***

Tangerang, 2018
-hafnikharisma-

Ruang Diksi [Completed]Where stories live. Discover now