Chapter 20

7.1K 350 128
                                    


Naruto © Masashi Kishimoto

Mungkinkah © NieyaNaruHinaLovers

Pairing : NaruHina

Warning !!!

Typo(s)

Jika bosan tinggal klik tombol 'back' nya.

Don't Like Don't Read
.

.

.

.

.

***

Kicauan burung dan sinar matahari yang masuk melalui celah gorden, membuat Hinata mengernyit karena merasakan silau yang masuk ke kelopak matanya yang masih tertutup. Memaksa kelopak itu terbuka perlahan, menampakkan sepasang amethyst yang begitu indah.

Hinata merasakan tubuhnya seperti ada sesuatu, yang membuatnya terasa jadi berat. Netranya bergulir mengedar dengan setengah sadar, dan pada akhirnya ia menyadari kalau dirinya tidak tidur didalam kamar. Melainkan tidur di sofa tamu yang memang ukurannya agak besar. Tunggu, sofa tamu berarti, Naruto-kun. Lantas Hinata menoleh kesamping kanan, dan mendapati wajah damai Naruto yang masih nyaman terlelap dalam tidurnya. Dengkuran halus Naruto ia rasakan, ia pun tersenyum, mengangkat tangannya guna mengusap wajah itu lembut. Hinata ingin memandangi wajah polos nan tampan milik Naruto lebih lama.

"Ohayou Naruto-kun," bisiknya pelan.

"Ohayou mo Hime," balas Naruto dengan suara seraknya.

"Eehh... Naruto-kun, kau sudah bangun?" tanya Hinata kaget karena Naruto ternyata menjawab salam paginya.

Senyum yang begitu manis terukir dari bibir tipis milik Naruto, perlahan mata shappire seindah batu permata itu terbuka. Memandang lekat wajah ayu milik Hinata. Lalu ia semakin mengeratkan pelukannya pada tubuh mungil Hinata yang memang pas dalam dekapannya.

"Sejak kau baru pertama kali menggeliat dan membuka matamu, lalu menoleh menatap wajah tampanku," jawab Naruto santai dengan percaya diri.

'Astaga, Kami-sama. Naruto-kun menyadari kalau aku sedang menatapnya,' pekik Hinata dalam hati disertai rona merah yang menjalar di wajah putih porselen miliknya.

"Kau membuatku gemas dengan wajah memerahmu ini Hime," ujar Naruto lalu menggigit gemas pipi Hinata yang memerah.

"Mou...Naruto-kun, sakit..." rintih Hinata, "Kenapa di gigit," lalu memukul dada bidang Naruto yang malah terkekeh gemas, "Karena pipimu mirip bakpao."

Hinata hanya mendengus mendengarnya, "Sekarang bangunlah sudah siang, Naruto-kun tak ingin terlambat bekerja, 'kan?" imbuh Hinata, seraya mencoba bangun dan melepaskan pelukan Naruto. Namun Naruto semakin mengeratkan pelukannya pada perut rata Hinata.

"Hmm... sebentar lagi Hime. Lima menit saja, biarkan seperti ini," ucapnya manja.

"Tidak boleh, kalau kesiangan nanti kita bisa terlambat. Naruto-kun tak mau 'kan membuat pelanggan kita menunggu lama dan menunda sarapan mereka karena kita belum juga membuka cafe, padahal sudah siang begini, hm?" tolak Hinata dan berusaha membuat Naruto bangun.

MUNGKINKAH?(Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang