02 : Bertemu Sabiya Brunella

67.5K 3.7K 122
                                    


Untuk membaca cerita lengkapnya bisa buka Dreame.com ^^

Link ada di bio yaaa :D

^^^A/N: di mulmed ada Biya alias Sabiya ;) maaf banyak typo, moga gak aneh ya! hehehe :*

QOTD: ada yg nyadar gak sih, Shereen ini pernah nongol di cerita gue yg mana? :P

==========

"Bokap gimana kabar? Udah sembuh?"

Suara Tama membuat lamunan Shereen buyar. Gadis itu membenarkan posisi duduk dan tersenyum. "Udah baik, kok."

"Sorry gak jenguk, selama liburan kemarin gue ke Bandung."

"Gak apa, elah," Shereen menonjok bahu Tama. "Santai aja sama gue."

"Arka gimana?"

Shereen mengangkat bahunya sekilas. "Baik... sepertinya."

"Lo masih kuat sama dia? Gue pikir setelah beda SMA kalian bakal putus."

"Gak lah, kalo masih bisa dipertahanin, kenapa enggak?"

"Bentar lagi putus palingan."

Celetukan Tama membuat Shereen murka. Dia melempar pulpen dan pensil yang berserakan di meja, membuat cowok itu segera kabur sambil melindungi wajahnya dengan kedua lengan. Meskipun Tama itu populer, tapi bagi Shereen, dia tetaplah cowok menyebalkan.

"Cinta itu kayak marmut lucu warna merah jambu, yang berlari di sebuah roda... Seolah berjalan jauh, tapi gak ke mana-mana. Gak tau, kapan berhenti..." suara Tama yang merdu memenuhi penjuru kelas, membuat para gadis menoleh. "Tuk jatuh cintaaa!"

"TAMAAA! Berisik!"

Semenjak Tama nonton Marmut Merah Jambu-nya Raditya Dika, anak itu selalu menyanyikan lagu itu di mana pun dan kapan pun. Tama bilang kalau lagu itu benar-benar cocok untuk Shereen yang tidak tau kapan berhenti jatuh cinta.

"Penyakit sapi gila-nya Tama kambuh, ya?"

Kayla yang tiba-tiba duduk di samping Shereen tidak membuat gadis itu kaget. Sudah sangat biasa jika Kayla itu datang tiba-tiba seperti setan di siang hari. Tak lama kemudian, ekor mata Shereen menangkap Naura dengan beberapa bungkus makanan di pelukannya.

"Gue gak ngerti kenapa Tama bisa populer," Shereen menggelengkan kepala ke kanan dan kiri sambil memijit pelipis. "Padahal pas SMP dulu dia cupu abis."

"Tapi sekarang dia ganteng," Naura menatap Shereen sembari membuka chiki.

"Cie yang pernah fall-in-love," goda Kayla.

"KAYLA!" mata Naura membesar seketika, mendesis sembari melirik ke kanan dan kiri, berharap tidak ada orang yang mendengar. "Kalo orangnya ada gimana? Bisa-bisa gue di ceng-ceng-in sampe mati!"

Shereen tidak memperhatikan perdebatan keduanya lagi karena dia mendapatkan pesan dari Arka. Gadis itu mengerutkan kening, membaca pesan yang menurutnya sangat aneh.

Arka: oh, jadi lo maunya gini? Mau putus? Iya?

Shereen: maksud sayang apa?

Arka: kenapa selama ini gak ngehubungin? Udah bosen?

Mata Shereen memanas, jemarinya mengetik balasan untuk Arka meski bergetar. Ia benar-benar tak mengerti. Yang tidak memberikan kabar itu kan, Arka. Bukan Shereen.

Shereen selama ini selalu menanyakan apa yang sedang dilakukan Arka, bagaimana kabarnya, bahkan ia sampai menanyakan kabar Arka ke keponakannya.

Gadis itu bahkan rela menunggu satu sampai dua jam balasan dari Arka. Tapi, yang balasan yang didapatkan setelah mengetik panjang lebar hanya sebatas kata 'Ya' dan 'Tidak'. Jika ditanya apa yang sedang dilakukan oleh Arka, cowok itu tidak akan membalas.

Shereen's TearsWhere stories live. Discover now