03 : Arka Daffahimsa, Sang Pujaan Hati

63.1K 3.6K 153
                                    

Untuk membaca cerita lengkapnya bisa buka Dreame.com ^^

Link ada di bio yaaa :D

^^^ 

A/N: HALLO! HAHAHA ketemu lagi xD Shereen ketemu sama Arka, tuh, Arka unyu gak? xD

==========

Shereen mengintip ke dalam ruang kelas 11-IPA-1, mencari keberadaan Arka. Namun yang dilihatnya justru bisa membuat mulutnya terjun bebas ke lantai. Matanya melihat dengan jelas, beberapa cowok tengah berpose bak putri duyung kebanjiran di Jakarta.

Si putri duyung nyasar itu memakai BH dan sarung demi mempercantik dirinya. Kakinya dijulurkan dengan tangan yang memegang rambut dengan posisi seksi. Satu orang memotret sambil tertawa terbahak.

Seketika Shereen sadar, orang yang memotret itu adalah Arka.

"Arka?"

Suara Shereen yang bergema mencapai sudut ruang kelas membuat tawaan mereka terhenti. Shereen tidak menyangka bahwa dia akan melihat kelakuan teman-teman Arka yang konyol. Arka memang pernah menceritakan bahwa sahabat-sahabatnya di sekolah adalah orang-orang yang suka melakukan hal-hal gila.

Tapi, kan, enggak kayak gini juga, gerutu Shereen dalam hati.

"ARKA! Lo bilang di luar udah gak ada siapa-siapa?!"

"Tadi gue liat udah sepi, Nyet."

"Itu suara siapa? Setan?!"

"Gak tau lah gue."

"Goblok lo! Nurunin pamor gue aja!"

Shereen terkekeh mendengar bercandaan mereka. Gadis itu tidak menampakkan wajah saat memanggil Arka tadi. Dia hanya berdiri diam di balik pintu kelas yang tertutup rapat, menunggu Arka keluar ruangan.

Beberapa saat setelah terdengar makian serta umpatan dan barang-barang yang dibereskan secara terburu-buru, seorang cowok dengan rambut berantakan keluar dari ruangan. Matanya dan Shereen bersitatap.

Saat itu juga, Shereen tersenyum. "Arka-nya ada?"

"Oh—iya, ada kok dianya," beberapa saat setelah berkedip, dia teriak. "ARKA! CEWEK LO NIH!"

Tak lama kemudian tiga orang cowok keluar dari kelas, berjalan beriringan dan menyapa Shereen singkat sebelum melengos pergi. Empat cowok itu saling bercanda, sesekali menonjok bahu dan tertawa.

Shereen senang melihat Arka memiliki sahabat yang baik.

Ketika menoleh, ia mendapati Arka tengah menutup pintu kelas dari luar dan berjalan mendahuluinya. Shereen mengerutkan kening, berlari kecil menghampiri Arka dan menarik seragamnya, meminta cowok itu untuk berhenti.

"Sayang, tungguin, sih."

Arka memperlambat langkah, namun tidak berkata apapun.

"Kamu kok aku telpon gak angkat, sayang? Masih marah, ya?"

"Gak, kok."

"Beneran, sayang?"

"Iya."

Shereen cemberut. Ia mengeratkan pegangannya pada tali tas dan berjalan menunduk. Memperhatikan kaki mereka yang melangkah bersamaan. Entah kenapa, tiap kali Arka marah atau ngambek seperti ini, Shereen tidak pernah bisa marah balik lama-lama, meskipun ia tau bahwa Arka-lah yang salah.

"Aku minta maaf ya sayang, beberapa hari ini jutek sama kamu."

Shereen mengeluarkan suara, dia sadar bahwa membalas perbuatan Arka bukanlah hal yang tepat. Gadis itu tidak kuat jika harus dicuekin, makanya dia balik bersikap ketus pada Arka. Dan inilah yang terjadi.

Shereen's TearsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang