Bab 07

32.9K 3.6K 187
                                    

Rambut agak ikal, alis tebal, dan kelihatannya, bibirnya cukup kiss-able. Bulu matanya juga lebih panjang dan lentik daripada bulu mata Rawi. Sekilas laki-laki itu agak mirip Mena Massoud atau mungkin Refal Hady. Bewok-bewok, tapi masih enak dipandang gitu, lho.

"Mantan lo banget, kan?" Tara mengantongi ponselnya lagi dan mempercepat treadmill.

"Itu foto siapa?" tanya Rawi.

"Temennya temen gue," jawab Tara. Kemudian dia melirik Rawi. "Mas-mas SCBD nih! Lumayan kalo mau ketemuan keciumnya Jo Malone, Giorgio Armani, Davidoff, atau..."

"Astaga, sepenting itu ya wangi cowok?"

"Penting, dong! Emang lo mau ketemuan tapi orangnya bau aneh-aneh. Pasti ilfeel kan lo?"

Ada benarnya, sih. Rawi kalau mau ketemuan orang saja juga harus memastikan penampilannya oke. First impression do matters. Apalagi kalau perwakilan kantor dan membawa nama kantor juga. Tidak mesti berlabel from top to toe sih, yang penting rapi dan (kalau bisa) wangi. Kan, malu juga kalau ketemuan sama klien tapi bau matahari kayak jemuran baru diangkat.

Sejurus kemudian, Rawi melihat smartwatch di pergelangan tangannya menyala.

Gilang: Emaaaaaakkk di manaaa?

Rawi langsung mematikan layarnya. Sekarang ini dia lagi me time. Ogah banget mesti dirusuhi masalah kerjaan oleh anak buahnya. Namun belum sampai semenit berlari, muncul lagi notifikasi di smartwatch-nya

Mas Berondong is calling...

Akhirnya Rawi menurunkan kecepatan treadmill. Dia kemudian menyelipkan airpod ke telinga. Sambil mengatur napas, gadis itu menerima panggilan yang masuk. "Ya... halo?"

"Mbak, anaknya ketinggalan."

Otomatis Rawi turun dari treadmill. Alisnya bertaut. "Anak apa maksudnya, Mas?"

Kalau soal Gilang, sudah pasti Rawi tidak sudi diganggu-ganggu.

"Sebentar..." Terdengar krasak-krusuk beberapa saat sebelum akhirnya Rawi mendengar suara mungil dari ujung sana. "Tewiiii!"

"Lho? Elias?"

"Tewiiii!"

"Elias, coba kasih HP-nya lagi ke Mas yang ngasih tadi," pinta Rawi cepat. Tiba-tiba saja dia diselubungi rasa panik. Kenapa Rhysaka bisa bersama Elias?

"Ya, Mbak? Mbak di mana? Saya mesti anterin ke mana, nih?" Suara Elias berganti menjadi suara Rhysaka.

"Kamu di mana? Kenapa bisa sama Elias?" cecar Rawi mulai mondar-mandir gelisah. Kepalanya mendadak nyut-nyutan. Jangan-jangan Elias kepisah lagi!

"Saya di lobi, Mbak. Pas tap kartu keluar, malah ngeliat anak ini di sofa tunggu sama satpam. Pas ditanya, cuma nunjukkin foto Mbak aja."

Napas Rawi sontak tertahan.

Satpam kantornya memang paling baik sejagat persatpaman. Tapi dia juga tidak berharap Elias malah dititipkan ke satpam kantornya seperti ini juga. Rawi benar-benar tak habis pikir. Kakaknya pasti sudah gila menitipkan anak kecil ke satpam! Memangnya satpam rasa daycare?

Lantas gadis itu meminta Rhysaka menunggu di sana. Tanpa basa-basi lagi Rawi langsung melesat keluar dari area fitness dan mengabaikan panggilan Tara.

Untungnya, tempat fitness yang didatangi Rawi cuma sebelahan dengan gedung kantornya. Hanya modal pindah lift saja, tidak perlu macet-macetan segala. Dalam waktu yang singkat pun, Rawi bisa mencapai lobi kantornya lagi. Rasa lega langsung membanjirinya begitu melihat Elias yang bermain-main dengan Rhysaka di sofa lobi.

Love in Credit [COMPLETED]Where stories live. Discover now