Bab 24

22.1K 2.7K 202
                                    

"Dijodohin? Elo?"

Tanpa bisa ditahan, Rawi langsung terbahak-bahak. Aduh...

"Kampret ya, Wi! Malah ngakak lagi lo!" sungut Tara bete.

Hari itu sepulang kantor mereka memutuskan ngegym sebentar. Mumpung kerjaan sedang tidak terlalu hectic dan badan juga mulai terasa remuk-remuk, kurang gerak.

"Gue kaget, gila!" Tawa Rawi masih berderai. "Gue kira ya, nyokap lo bukan tipe yang diem-diem jodohin gitu."

"Lo aja kaget, kan? Gimana gue?" dengus Tara geleng-geleng kepala sambil mengayuh spinning bike. "Gue Jumat malem kan balik tuh ke Bandung. Gue kira pulang biasa, kan. Eh, besok paginya malah dikenalin sama anak temen nyokap!"

Tawa Rawi makin tak terkendali. "Terus, terus? Gantengan mana sama Hasya?"

Mata Tara langsung mendelik malas. "Beda keleus gantengnya. Anyway, namanya bagus. Galen. Usianya lebih tua setahun tapi tampangnya kayak dedek emesh!"

"Tipe lo banget, ya?"

"Yoi," Tara mengangguk setuju. "Pas gue cerita sama Hasya, lo tau apa yang terjadi?"

"Hasya ngambek?"

"Boro-boro ya, Wi! Dia malah juga curhat hal yang sama. Nyokapnya berusaha jodohin dia juga, anjir! Nggak paham lagi gue!"

"Artinya semesta emang dukung lo berdua buat jalanin hidup masing-masing, bukan bareng-bareng!"

"Ya emang, sih. Gue juga nggak niat maksain yang emang dari awal nggak bisa. Toh, akhirnya gue sama Hasya reset the boundaries again."

Kepala Rawi mengangguk. Dia memang jarang mengikuti perkembangan hubungan Tara dan Hasya. Namun bukan berarti, dia tak menyadari kedua temannya sedang tidak baik-baik saja.

Terkadang, beberapa orang butuh waktu untuk bisa terbuka ke orang lain. Bukan untuk memendam perasaan, melainkan untuk memberikan diri sedikit waktu agar terbiasa dengan keadaan baru. Rawi pun memilih tidak kepo-kepo sampai Tara atau Hasya mau ngomong langsung kepadanya.

Kemudian, Rawi menggigit bagian bawah bibirnya. "Lo gapapa abis itu?"

"Ya gapapa," jawab Tara. Bahunya terangkat sekilas. "Toh, gue sama dia bukan diciptakan untuk mengisi hati satu sama lain. Gue sama dia cuma diciptakan untuk mengisi hari satu sama lain aja. Nggak lebih dari itu."

Rawi terdiam beberapa saat. Dia mendapati kekehan pelan Tara.

"Anyway, lo sama Rhysaka gimana?" Tiba-tiba Tara membelokkan topik. Matanya melirik Rawi yang juga sedang mengayuh spinning bike di sebelahnya. "Akhir-akhir ini dia disibukin Hasya melulu ya?"

"Iya, ih! Hasya udah bilang sih sama gue. Dia sampe beliin gue Dumdum matcha sebagai sogokan biar nggak ngambek, sialan nggak tuh?"

Tawa Tara berderai. "Tapi berhasil, kan? Lo nggak ngambek, kan?"

"Eh, tanpa Dumdum juga gue nggak bakal marah ya, Ra!"

"Tapi gue seneng deh liat lo sama dia. Lo berdua kayaknya serasi banget! Siapa yang lebih perhatian? Pasti Rhysaka, kan?"

Entah kenapa pipi Rawi rasanya memanas. Dia tidak tahu apakah ini efek olahraga yang dilakukannya atau justru karena bayangan Rhysaka yang penuh perhatian tiba-tiba popup di benaknya.

Love in Credit [COMPLETED]Where stories live. Discover now