Ultra Sensitif

13 1 0
                                    


Masa-masa ospek kampus yang menyebalkan akhirnya telah mereka lalui. Kini Aeza dan Hime resmi menjadi mahasiswi di Universitas Mahadaya. Mereka berdua memilih kuliah matematika.


"Kelar juga ospek gila-gilaannya." kata Hime menghela nafas. Berjalan di koridor kampus di hari pertamanya.


"Iya. Untung cuma dua hari ya, kak. Kita udah resmi disini." Aeza menanggapinya. Memasang kartu ID dan menjepitnya di kantung kemeja kanan


"Kalo ada Mawar mungkin kejadian MOS waktu Sekolah dulu bakal keulang kali ya. Sayang dia nggak kuliah. Biar Melati aja katanya."


Hal yang mereka tuju pertama kali adalah kertas pengumuman yang ditempel di dinding. Kertas itu berisi daftar para mahasiswa/i tentang jurusan dan letak kelasnya. Sesampainya banyak mahasiswa yang mengerubungi kertas pengumuman tersebut meski ada lima lembar di tempat yang tak jauh. Mereka memilih duduk di tangga daripada berebutan melihat kertas itu.



Hime memecah kesunyian.



"Sayang ya. Abis lulus kita semua berpencar. Ada yang kuliah diluar kota, ada juga yang memang harus pindah."


Aldi, Indry dan Ivan memilih kuliah teknik di kampus lain, Putri kuliah perhutanan di Solo, Doni lebih ingin meneruskan usaha keluarganya. Yang mereka dengar, ia berjualan di dekat kampus.


Dharma harus menjalani LDR dengan Lara yang pindah ke Padang. Kakak beradik Yuko dan Hayami belum ada kabar akan melanjutkan kemana. Sementara si bunga kembar, hanya Melati saja yang kuliah satu kampus dengan Aeza dan Hime, namun dia mengambil kuliah bisnis manajemen untuk membantu Mawar mengurus usaha ayam penyet gerobak peninggalan Lily. Hanya mereka berdua, Melati dan Surya yang kuliah disini. Namun mereka belum tau Surya memilih jurusan apa.



"Aduuh."



Saat mereka masih melamun mengingat teman-temannya, seorang mahasiswi terjatuh di depan mereka. Barang bawaannya berserakan. Aeza langsung membantunya.


"Te... terima kasih." ucapnya. Aeza tak bisa melihat wajahnya secara penuh. Kedua mata gadis itu tertutup poni.


"Lain kali hati-hati ya."


Dia mengangguk dan kembali berjalan. Aeza dibuat terpukau, bola mata gadis itu sangat indah ketika terlihat. Wajah Aeza memerah.


"Kak... mata anak itu cantik banget." bisik Aeza.


"Terima kasih." Jawabnya menengok ke mereka. Mereka berdua terkejut, pendengarannya sangat tajam. Namun tak lama gadis itu menabrak dinding.


Aeza dan Hime memandang heran.


"Duduk aja." ajak Hime menuntunnya.

Mazna X Adara: Pandemic StartedWhere stories live. Discover now