Dua

2 0 0
                                    

"Ada apa, Lun?" tanya Tari saat setelah menutup pintu rumah.

 

"Astaga, kamu udah kayak mau dikubur aja." Tari terkejut dengan posisi tidur Luna sehingga membuatnya mundur beberapa langkah dan menyenggol gelas di rak pendek hingga jatuh dan pecah berantakan.


"Haaa! maaf, maaf." Tari panik.


"Boosaaaan..." Luna langsung melebarkan tangannya dan berekspresi seperti kelaparan.


"Memangnya game yang tiga hari lalu kita beli udah sampai mana?" tanya Tari canggung sambil duduk disampingnya.


"Sudah kutamatkan dua kali." jawabnya singkat dan polos.


"Itu kan game yang kebanyakan orang perlu seminggu baru bisa tamat."


"Dan aku yang pertama dengan waktu tercepat. Game satu lagi aku hanya jadi pesuruh orang-orang di pulau terinfeksi. Membosankan."


Luna bangkit mengambil apel di meja makan lalu kembali berbaring dengan paha Tari sebagai bantalnya dan memakan apel tersebut.


"Eh, eh kamu ngapain?!" Tari terkejut saat Luna dengan cepat menarik lengan bajunya yang kepanjangan menutupi telapaknya dan melepas sarung tangan lalu menggenggam paksa apel tadi. Perlahan-lahan apel tersebut mulai kering dan membusuk.


"Apa tangan ini... akan selamanya seperti ini? Apa kamu... tak bisa menutupnya?" tanya Luna datar menatap telapak tangan itu.


"Aku sudah berusaha tapi rasanya sangat menyakitkan. Makanya aku selalu memakai sarung tangan."


"Sudah lama aku tak merasakan tanganmu lagi. Sekarang aku ingin." Luna langsung menempelkan tangan Tari di pipinya dan membuat Tari terkejut dalam dua hal, takut membuat wajah sahabatnya rusak, dan heran kekuatannya tak bekerja jika menyentuh Luna.


"Lembut seperti biasa." komentar Luna dengan mata terpejam lalu membuka matanya. Bagian hitamnya mengecil.


"Kukira memang tak bereaksi saat menyentuhmu. Ternyata kamu berubah duluan." Tari bernafas lega.


"Memang tidak." mata Luna kembali seperti biasa.


"Apa ini kekuatan persahabatan kita yang berjalan lebih dari sepuluh tahun?" tanya Tari pelan.


"Mungkin saja. Aku ingat kita pertama bertemu saat orientasi sekolah menengah pertama. Saat itu kita dihukum bareng karena telat datang. Waktu cepat berlalu."


"Saat sekolah hingga lulus, kamu paling sering digombali dan disukai oleh banyak anak lelaki, bukan?" Tari coba mengingat masa itu.


"Dan kamu yang paling sering menyontek baik latihan biasa maupun ulangan. Juga anak yang paling ceroboh si tukang perusak, sudah kelima kalinya kamu memecahkan barang disini." balas Luna.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 04, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Mazna X Adara: Pandemic StartedWhere stories live. Discover now