12. Air Mata dan Masalalu.

578 84 28
                                    

"Sepertinya aku harus kembali ke kamar." Jisoo berdiri dari duduknya.

"Merindukan Jinyoung kah?" goda Jackson.

Jisoo terkekeh. "Aku permisi duluan ya." Salam Jisoo pada yang lain. Setelah mendapat anggukan dari sahabat-sahabatnya. Jisoo pergi meninggalkan tempat mereka berbincang.

Ia berjalan dipinggir kolam renang. Mengedarkan pandangan kesekitarnya. Sudah tidak ada orang di area kolam renang. Mungkin malam terlalu larut.

Kakinya masih terus melangkah. Hingga berhadapan dengan anak tangga dihadapannya.

Rasanya malas harus menaiki tangga jika badannya sedang letih. Namun mau tidak mau Jisoo harus menaikkinya untuk bisa sampai ke kamar lebih cepat, daripada ia harus memutar jalan lebih jauh. Satu persatu anak tangga Jisoo naikki dengan malas. Perlahan hingga suara hak sepatunya tidak terdengar.

Badannya tiba-tiba saja seperti terkunci ditempat saat netranya menatap punggung seseorang yang ia kenal. Punggung tegap dengan kemeja abu-abu yang membalut badan tegapnya. Bukan hal sulit bagi Jisoo mengingat punggung sang pria, karena punggung itu yang selalu tidur disampingnya setiap malam dan bahkan angin malam menambah kesimpulan untuk jawaban Jisoo. Angin yang meniupkan wangi khas sang pria berbaju abu-abu yang jasnya ia gunakan untuk menyelimuti setengah badan Jisoo.

Udara disekitar Jisoo terasa menipis. Ia hanya bisa mematung menatap pertunjukkan penuh romansa dihadapannya.

Bahkan kaki Jisoo terasa berat untuk sekedar melangkah mundur dan berbalik. Kedua lututnya seperti mati rasa, bisa-bisa ia terjatuh dari anak tangga detik ini juga.

Untung saja sebuah tangan besar merengkuh lengan atas Jisoo dan membuat wanita itu berbalik.

Jisoo terdiam sesaat. "Mark?" bisik Jisoo dalam keheningan.

Mark memandang tajam pada dua orang yang sedang berpelukkan didepan matanya. Ujung lidahnya berdecak sebelum kemudian menatap Jisoo. "Aku akan mengantarmu ke kamar." Bisiknya.

Tanpa menunggu persetujuan Jisoo, Mark mengulurkan satu tangannya, menggenggam tangan Jisoo dan menarik sang wanita yang langsung berjalan mengikutinya.

Hening. Tidak ada percakapan apapun antara Mark dan Jisoo. Keduanya terdiam dalam pikiran masing-masing. Sampai mereka berdiri didepan pintu kamar Jisoo dan Jinyong.

Mark menempelkan kunci kamar Jisoo pada mesin sensor. Pintu kamar Jisoo terbuka. Mark melepaskan genggamannya pada Jisoo. "Masuk dan istirahatlah."

Jisoo mengangguk tanpa suara dan masuk kedalam kamarnya.

---

Setelah berpamintan dengan Nayeon. Akhirnya Jinyoung kembali ke kamarnya.

Ia melangkah masuk ke dalam kamar, setelah Jisoo membukakan untuknya dari dalam. Ia sudah mempersiapkan jawaban jika Jisoo bertanya kemana dirinya pergi tadi. Tapi, bukan pertanyaan yang Jinyoung dapati. Melainkan kamarnya yang gelap tanpa penerangan.

"Jisoo­-ya," panggil Jinyoung yang berniat menekan saklar disampingnya.

"Biarkan tetap begini." Jisoo lebih dulu bersuara mengurungkan niat Jinyoung.

Tidak mengerti, tapi Jinyoung lebih memilih mengikuti kemauan Jisoo. Awalnya ia sedikit sulit berjalan karena kegelapan. Membuat kakinya tidak sengaja menendang koper entah milik siapa yang tersimpan diatas lantai.

Namun perlahan-lahan Jinyoung mulai terbiasa dengan kegelapan. Netranya pun dapat menemukan Jisoo yang sosoknya terkena bias cahaya bulan melalui celah-celah jendela.

STAND by MEWhere stories live. Discover now