(12) ayah

799 120 4
                                    

"Mau jalan jalan?"

"Kemana?"

"Kemana saja"

"Danau?"

Jeongyeon hanya menanggukkan kepalanya. Memang saat ini sangat tepat untuk menikmati senja di danau.

"Aku menyukai situasi seperti ini" ujar Jeongyeon pada lelaki yang ada disampingnya saat ini.

"Aku menyukai semua situasi, tapi ada satu yang kubenci" balasnya sedikit tegang.

Jeongyeon menoleh pada Namjoon,Gadis itu penasaran dan tak henti menatap mata Namjoon.

"Aku membenci situasi dimana kau tidak ada di dekatku"

Senyum gadis itu mengembang secara perlahan, lelaki itu memang jago dalam mearangkai kata kata baik dalam menulis lirik lagu, menulis puisi atau sekedar menggombali kekasihnya yang satu ini.

"Jangan berbohong" ujar Jeongyeon sambil memukul pundak Namjoon pelan.

"Aku tidak berbohong, kau yang salah tingkah" balas Namjoon dengan senyum menggoda.

Wajah Jeongyeon berubah menjadi merah karena malu dan berusaha menutupinya dengan kedua tangannya.

Tingtung ting tung (anggep aja suara telfon masuk)

"Ah sebentar ada yang menelfonku"

Jeongyeon dengan sigap menggapai ponselnya di saku celana dan mengangkat telfonnya.

"Ada apa paman?" Paman Yeong rupanya.

"Ayahmu tiba tiba pingsan dan aku membawanya ke rumah sakit" Jeongyeon panik bukan main.

"Baiklah paman, aku akan segera kesana, kirimkan nama dan nomor ruangannya"

Dengan sigap, Jeongyeon mematikan sambungan telepon dengan pamannya itu.

"Namjoon aku harus pergi ke Busan sekarang.. maafkan aku" pinta nya.

"Ada apa?"

"Ayahku masuk rumah sakit"

"Baiklah aku ikut"

"Aku bisa jaga diri, kau jangan khawatir"

"Aku takut jika terjadi apa apa denganmu"

"Ya sudah, terserah" jawab Jeongyeon sembari pergi dari tempat itu dengan diikuti Namjoon.

Mereka menuju stasiun kereta api dengan terburu buru, membeli 2 tiket kereta api yang akan menuju Busan tepat pukul 18.00

Beruntung, hari ini stasiun tak se-ramai biasanya, jadi Jeongyeon dan Namjoon lebih mudah dan cepat untuk mendapatkan tiket kereta.

17.50
Jeongyeon dan Namjoon dengan sigap naik ke kereta dan mencari tempat duduk yang kosong.

"Ah untung lah hari ini tidak se ramai biasanya, jadi aku dapat duduk di kursi"

Namjoon hanya tersenyum mendengarnya.

"Jika aku boleh tau, kemana ibumu?" Ujar Namjoon membuka mulut.

"Sebenarnya ibuku meninggal saat aku masih berusia 5 tahun" jawab Jeongyeon tersenyum miris.

"Ah maafkan aku"

"Ah tidak apa apa"

Setelah beberapa jam, akhirnya mereka telah sampai di Busan. Dengan bantuan bus, mereka akan lebih cepat sampai ke Rumah sakit tempat ayah Jeongyeon dirawat.

Sesampainya disana, Jeongyeon langsung mencari nama dan nomor ruangan yang dikirim paman Yeong.

"Paman Yeong...." panggil Jeongyeon dari kejauhan sambil berlari menuju lelaki paruh baya yang sedang duduk di depan salah satu ruangan rumah sakit.

Paman Yeong hanya menoleh ke sumber suara itu.

"Paman.. bagaimana keadaan ayah sekarang?" Tanya Jeongyeon setelah Namjoon memberi salam pada paman Yeong.

"Ayahmu masih belum sadar" jawabnya pelan.

"Apa aku boleh masuk?" Paman Yeong hanya menganggukkan kepalanya.

.
.

"Ayah.. bangunlah.. Jeongi disini.. Jeongi rindu ayah. Ayah pasti rindu Jeongi kan?..ayah bangunlah" ucap Jeongyeon sambil mengelus pelan tangan ayahnya itu dan sesekali menciumnya.





Forever Rain ✔Where stories live. Discover now