(47) Good bye Eomma

872 107 27
                                    

"Kak Seokjin, jemput di rumah aku ya, sekarang" ucap Jeongyeon pada ponselnya.

Tak lama kemudian, sosok pria yang dihubunginya tadi pun sampai dengan mobil hitam mewahnya.

"Ada apa Jeong?" Tanyanya seraya kebingungan melihat Jeongyeon menangis di depan rumahnya.

"Nanti aku ceritakan kak"

"Yasudah naik dulu"
.

Di mobil

"Semuanya sudah jelas kak, Jimin memang tidak mencintaiku. Dia mencintai wanita lain" ucapnya sembari menunduk ketika Jin fokus menyetir.

Jin terkejut. Sangat terkejut.

"Wanita lain? Maksudmu siapa?" Tanyanya sambil sesekali melirik kearah Jeongyeon yang tak henti menahan air matanya.

"Seulgi"

"Wanita berambut hitam,panjang dan berponi?"

"Kakak tahu darimana?" Tanya Jeongyeon terkejut.

"Sebenarnya, malam itu, ketika kita pulang dari pesta ulang tahun Wheein, aku melihat Jimin bersama wanita itu. Namun, aku takut mengatakannya padamu. Aku takut membuatmu sakit hati. Maafkan aku Jeong"

"Tidak apa apa kak. Semuanya sudah terlanjur. Sudah tidak ada yang bisa diperbaiki lagi."

Jin terdiam sejenak.

"Ngomong ngomong, di Busan ada saudara atau sepupumu?"

"Ada, pamanku, aku akan tinggal bersama pamanku. Lagipula, Soobin juga betah disana"

"Syukurlah kalau ada yang menjagamu" kata kata itu terlihat jelas sekali bahwa Jin sangat khawatir pada Jeongyeon.

Sekitar 10 menit, keadaan dalam mobil sangat hening. Tidak ada yang memulai pembicaraan lagi.

"Ah... salju mulai turun" ujar Jeongyeon sambil memperhatikan langit dari kaca transparan mobil Jin.

"Aku dengar, tahun ini salju turun lebih cepat dari waktu yang ditentukan. Kau harus lebih hati hati Jeong. Kemungkinan besar akan terjadi badai di salah satu kota."

"Ah ya.. terima kasih telah memberitahuku"

"Kau membawa mantel tebal kan? Maksudku untuk Soobin juga"

"Tentu saja kak"

"Ah baiklah.."

Setelah beberapa jam perjalanan. Mereka pun sampai di Busan. Dalam keadaan hujan salju yang cukup lebat.

"Terima kasih kak.. maaf jika aku sering merepoti, hati hati di jalan" ujar Jeongyeon dan langsung menggendong Soobin untuk masuk ke rumah pamannya, ah lebih tepatnya rumah lamanya dulu.

"Paman.." panggil Jeongyeon sambil mengetuk pintu rumah.

"Ya... ah Jeong.. ada apa malam malam kesini?? Ada hal penting?? Ayo masuk dulu.. di luar sangat dingin" ujar pria paruh baya itu penuh perhatian.

"Tidak paman, tidak ada apa apa, aku hanya ingin ke Busan saja, dan menginap beberapa minggu disini"

"Baguslah jika seperti itu, paman jadi tidak kesepian.. benar begitu kan Soobin?"

"Benar sekali... Soobin jadi lebih sering memancing ikan dengan Paman... yeayy"

.
.

"Paman..." panggil Jeongyeon pelan ketika ia merasakan getaran pada sekitarnya.

Secangkir teh yang menapak di atas meja terus bergetar hingga air di dalamnya sedikit demi sedikit tumpah.

"Eomma.. Soobin takut...ini ada apa"

"Soobin peluk Eomma ya.."

"Ini gempa Jeong.. ini gempa.. cepat sembunyilah di bawah meja." Ujar Paman Yeong panik dan bergegas menyuruh Jeongyeon dan Soobin untuk bersembunyi di bawah meja.

"Paman.. meja ini kecil.. kita bertiga tidak akan muat"

"Biar kau dan Soobin saja Jeong.. jangan pikirkan paman.. pikirkan dirimu sendiri dan Soobin"

"Tidak paman.. tidak bisa.. paman dan Soobin harus bersembunyi di bawah meja..aku mohon"

Paman Yeong pun pasrah dan menarik tangan Soobin untuk mendekapnya dibawah meja, melindungi anak itu dari beberapa benda yang mungkin akan menimpa mereka.

Sedetik kemudian, setelah Paman Yeong dan Soobin berhasil bersembunyi dibawah meja, Jeongyeon yang tak terlindungi apa apa pun sontak tertimpa sebagian atap rumah yang begitu besar dan berat. Mengingat rumah ini sangat tua dan kemungkinan besar kerangkanya sudah banyak yang rapuh, Jeongyeon terbaring lemas dengan sebagian tubuhnya yang ditindih barang berat serta dahinya yang terluka menyebabkan bagian tubuh itu mengalirkan banyak darah.

"EOMMAAAA!!!!" Soobin terkejut melihat Eommanya terbaring tak berdaya.

Soobin berusaha berlari meninggalkan Paman Yeong dan meja itu untuk mendekat ke arah Jeongyeon. Namun aksi itu dihentikan oleh Paman Yeong karena gempa dan badai belum reda yang menyebabkan benda benda berat masih terus berjatuhan.

Sebenarnya Paman Yeong juga ingin cepat cepat menyelamatkan Jeongyeon. Namun apa daya, ia juga harus melindungi soobin juga.

2 hari berlangsung, beberapa media informasi korea telah mengumumkan tentang kejadian gempa dan badai salju yang mengguncang Busan. Tak lupa informasi tersebut juga menayangkan jumlah korban jiwa atas bencana alam itu.

.

"Eomma.. Eomma dandan yang cantik ya.. Eomma kan mau bertemu dengan Tuhan.. Eomma juga mau bertemu Appa Namjoon kan? Eomma harus senyum.. Eomma harus pakai baju yang cantik dan wangi.. Soobin sayang Eomma.. Soobin juga tetap sayang Appa Jimin kok"

Mata Jeongyeon terpejam, berat rasanya untuk membuka mata saat itu. Ia merasa ada yang aneh dalam dirinya.

Forever Rain ✔Where stories live. Discover now