Cahaya

253 21 8
                                    

~☆~

Dan saat itu aku sadari, entah siapa yang lebih dahulu memulai; aku atau kamu. Begitu lancang mengukir cerita yang berjudul 'kita'. Yang semestinya tiada.

~☆~


Seusai Arsen mengantarnya hingga depan gerbang sekolah, Kelina memutuskan langsung menuju lobi sekolah, di mana dirinya harus mengisi daftar hadir seperti murid-murid lain.

Hari ini sekolah mengadakan acara akhir semester. Kelina---gadis yang beranjak umur tujuh belas tahun itu berjalan dengan lambat. Lobi sekolah tampak begitu ramai. Murid-murid memenuhinya dengan berpakaian vintage. Itu adalah bagian dari tema event sekolah kali ini.

Kelina masih memegang buku sketsa di tangannya. Tadi dia berniat ingin memamerkan hasil goresan jemarinya semalam pada Arsen. Namun, sepertinya Kelina urungkan. Itu bukan sebuah kebanggaan yang harus dia tunjukkan pada Arsen.

"Ee---eeh."

Bruk!

Prang!

Tubuh Kelina sempurna terjatuh. Sebuah botol minum berhasil membasahi buku sketsa yang terlempar tak jauh dari Kelina. Dia meringis. Siapa pun itu, Kelina merutuki yang telah menabraknya.

Kelina sempat melihatnya. Seorang laki-laki bertubuh jakung di depan sana berlari. Ia seperti tengah terburu-buru memasuki sekolah. Tak salah lagi, itu orang yang sudah menabrak Kelina. Lihat saja, tidak butuh waktu lama Kelina menjadi pusat perhatian di lobi sekolah.

"Kel? Lo gak apa-apa?"

Itu Fira---teman sebangku Kelina di kelasnya. Kelina langsung bangkit dibantu oleh Fira. Tak lupa, dia mengambil buku sketsa serta botol minum yang tampak sedikit retak dengan tutupnya terbuka itu.

Kelina tersenyum tipis. "Makasih, Fir."

"Lo serius gapapa, Kel?" Raut wajah Fira tampak cemas di sana.

"Gak apa-apa."

"Emang siapa, sih, yang nabrak lo tadi?"

Kelina mengendikkan bahu. "Gak tahu."

Mendengar jawaban Kelina, Fira membuang napasnya dengan kasar. "Gue juga baru dateng, gak sempat liat siapa yang nabrak lo tadi."

Kelina hanya melambaikan tangannya tidak peduli. Itu bukan hal penting untuk dibahas sekarang. Kelina sudah terlalu kesal dengan dirinya terjatuh. Lebih baik Kelina mengajak Fira untuk segera masuk ke dalam sekolah.

Setelah mengisi daftar hadir, mereka berdua langsung menuju lapangan utama di mana acara sekolah itu dilaksanakan. Di sana telah ramai dengan sulapan dekorasi sedemikian rupa. Warna-warna vintage memenuhinya.

Acara pembukaan telah dimulai. Sambutan demi sambutan berlangsung dengan lancar. Sehabisnya rundown sambutan itu, Fira berpamitan pada Kelina. Katanya dia ingin menghampiri sepupu perempuannya yang kebetulan satu sekolah.

Tidak aneh lagi bagi Kelina, Fira memang sangat dekat dengan sepupunya yang satu itu. Kelina pun memutuskan duduk pada kursi yang ada di pinggir lapangan. Dia menyelipkan botol minum kosong di genggamannya ke sisi ransel.

Kelina mengeluh gusar melihat buku sketsanya yang malang. Kelina mau tak mau harus mencoba mengeringkannya di sana, tak hirau orang lalu lalang di hadapannya. Goresan tinta dalam buku itu telah memudar dan rusak, itulah yang Kelina sedihkan.

Kelina sama sekali tidak tahu laki-laki yang menabraknya itu. Jika saat itu dia sempat tahu, Kelina ingin sekali langsung menimpuknya dengan botol minum kosong ini.

REMENTANGWhere stories live. Discover now