5

13.8K 1.9K 140
                                    


"Alam semesta itu luas, iya, kan?" tanyaku pada Renjun, tertegun, lelaki itu memalingkan maniknya penuh padaku, memperhatikan.

"Bukannya karena saking luasnya, maka mencari alasan itu jadi terlihat lebih mudah. Iya, kan?" tuturku lagi, sembari melihat lukisan galaksi bima sakti yang besar memenuhi isi kamar ini.

"Padahal sebenarnya, alasan kenapa alam semesta ini ada karena untuk dilihat oleh mata," lanjutku, mengalihkan pandang kepada Renjun. Dalam diamnya mendengarkanku berceloteh, terlihat jelas pupilnya membulat besar, jelas sekali ekspresi keheranan nampak di wajahnya. Aku paham ia tidak mengerti maksudku.

Seraya terkekeh aku mengusap kepalanya, "Kuliah nanti kamu bakal belajar filsafat alam, serumit apapun pemikiran-pemikiran para filsuf, satu hal yang paling kupahami, bahwa semesta itu indah."


-o-

Aku bergegas mengambil tasku dan meraih Kunci mobil di dalamnya. Pagi ini aku akan pergi kampus, rencananya aku ingin mengikuti kelas yang ada.

Aku harus mengulang hapalan teori sebelum benar-benar sidang kan?.

"Mau kemana, Teh?" Renjun menyapaku disaat aku sedang menggunakan sepatu di teras depan. Rambutnya basah terlihat jelas ia baru selesai mandi.

"Kampus, mau nyari bahan sama ikut kelas. Mau ikut?" Tawarku padanya.

Renjun hanya terdiam menatapku. Aku yang selesai menggunakan sepatu berbalik menatapnya.

"Ikut ajalah ya, daripada sendiri di rumah, gabut juga kan?" Ajakku lagi dan tersenyum padanya.

Air wajah Renjun memerah, ia mengangguk dengan kikuk dan berjalan memasuki kamarnya.

Tak lama kepalanya muncul di sela pintu "Ikut! Aku ganti baju dulu." Ucapnya dengan wajah yang menghadapku namun mata memandang kebawah.

Tanpa sadar aku terkekeh oleh tingkahnya yang amat malu-malu itu. Akupun kembali duduk di kursi teras menunggunya berganti pakaian.

Toh aku sudah semester akhir, tidak perlu terburu-buru kekampus. Santai saja.

Tak perlu waktu lama, Renjun sudah keluar dan berganti pakaian. Aku meliriknya dari atas hingga bawah.

Sweater kuning dan kacamata bulat

"Kamu minus?" Tanyaku melihat kacamata yang ia gunakan. Seingatku, tadi dia tidak menggunakan Kacamata.

Renjun menyentuh kacamatanya kemudian mengangguk mengiyakan pertanyaanku.

"Loh kirain enggak, dari kemarin gak pake soalnya," Ujarku masih menatapnya.

Renjun menggaruk kecil pipi kirinya diiringi dengan rona merah yang mencuat di pipi itu. "Kalau di rumah emang gak dipake," Jelasnya. Aku hanya ber-oh ria, dan berjalan kearah dimana mobilku terparkir.

Renjun mengikutiku di belakang sampai saat aku hendak membuka pintu mobil ia menawarkanku untuk menyetir, "Aku aja teh, bisa kok."

Ucapannya membuatku ragu, aku mengkerutkan dahiku menunjukan raut ragu dihadapannya.

"Bisa emang?" Sahutku skeptis.

Noona! ✔️ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang