"you are insensitive huh? even though I spoke fast because my heart was beating abnormally because it was close to you." his friend said
"Udah ngerasa lebih baik?" tanya Doyeon pada Alesha yang kini sedang terduduk sembari menonton drama.
"Iya!" seru Alesha sembari tersenyum manis. Di tatapnya mata Mark yang sedikit membengkak. "Mata Mark kenapa? Kok bengkak?"
Doyeon menoleh pada Mark yang dari tadi masih saja diam. Gadis itu tersenyum lalu mengacak rambut Mark. "Tadi dia kepentok pintu. Kamu liat gak biru-biru di sini?"
Doyeon tak sepenuhnya bohong. Mark memang menambak pintu kamar mandi karena tak fokus.
"Terus udah dikompres belum?" tanya Alesha membuat Mark mengangguk. "Udah kok tadi sama Doyeon."
Mark kembali diam, membiarkan Alesha dan Doyeon saling bercengkrama. mimpinya tadi subuh memang berdampak besar. Mark jadi menyesal pernah ingin merasakan kehilangan, karena hanya lewat mimpi saja, lelaki itu sudah terguncang, apalagi jika beneran terjadi?
Mark menggeleng, menepis pemikiran buruknya akan masa depan yang akan menghampirinya dan kedua sahabat kesayangannya itu. Diam-diam dia berdoa, agar Allah mengizinkan Alesha hidup lebih lama bersama mereka.
"Mark?" panggilan itu membuat Mark menoleh, lalu menatap Alesha dengan tatapan bertanya.
"Kamu tumbenan diam?" tanya Alesha membuat Mark mengukir sebuah senyum tipis. "Cuman sedikit pusing sama ngantuk."
Doyeon menujuk Mark. "Tadi pas ke sini, gue tebak dia belum tidur. Liat deh matanya."
Alesha menatap Mark khawatir. Mark itu tak bisa benar-benar begadang, jika lelaki itu melakukannya maka matanya akan terlihat membengkak dan begitulah kondisinya saat ini.
"Ada yang ganggu pikiran kamu?" Mark menggeleng lemah. "Hanya capek aja."
"Yaudah lo tidur dulu di sofa sana, lumayan luas tuh." Doyeon berjalan mengambil selimut tambahan yang sengaja di sediakan dan menarik Mark untuk berbaring di sofa. Gadis itu lalu menyelimuti Mark dengan selimut di tangannya.
"Jangan terlalu banyak pikiran, Mark. Gue nggak mau kalo nantinya lo sakit," ucap Doyeon pelan sembari tersenyum. "Gue nggak bisa ngurus dua bayi besar di saat bersamaan."
Doyeon menepuk pundak Mark sebelum akhirnya duduk di atas ranjang Alesha. "Jangan pernah nahan sakit. Kalo lo butuh sesuatu, bilang aja, oke? Gue sama Mark di sini kok."
Alesha mengangguk dan tersenyum. Gadis itu lalu memeluk Doyeon erat. "Aku rindu Mama, Doyeon."
***
Mark bangun pada siang hari dengan keringat yang membanjiri pelipisnya. Mark kembali memimpikan hal yang sama seperti tadi. Lelaki itu menatap kearah Alesha yang tertidur. Lelaki itu menatap sekeliling mencari keberadaan Doyeon.
YOU ARE READING
relacionar ; Epoch ✔
Fanfiction"Dan jika pergiku dapat membuatmu sakit, maka cintai aku dengan sepenuh hatimu. Karena dengan begitu, kamu akan tahu sakitnya ditinggalkan." ©Ineffablelv, 2018.