31

1K 124 13
                                    

Ini hanya fiksi, khayalan V saja jadi jangan diambil hati.
Typo berserakan..

"Kau memang benar-benar brengsek, ai Forth..." Ujar Ming, yang disambut tawa renyah Forth.

😏
*

Forth mendorong Beam masuk ke mobil dengan sedikit paksaan. setelah memastikan Beam memasang seat beltnya, Forth melajukan mobilnya perlahan. Beam menyilangkan tangannya, ia kesal pada Forth karena menyeretnya tanpa penjelasan. Sesekali ia melirik pria disebelahnya tapi sayangnya pria itu mengabaikannya, ia tetap fokus menyetir. Dan setelah berkendara beberapa saat akhirnya mereka pun berhenti disebuah mall ternama di kota ini.

"Tidakkah kau ingin menyampaikan sesuatu?" Sindir Beam~masih dengan tangan di dada.

"Forth harus membeli beberapa barang dan Forth butuh pendapat Beam" jawab Forth singkat.

Beam berdecak, jawaban Forth tidak membuatnya puas.

"Forth..?!" Desis Beam~sebal.

"Baiklah.. " ucap Forth menyerah.

Forth menangkup wajah Beam dengan kedua tangannya dan mengecup ceri merah Beam yang sedari tadi mengerucut imut.

"Ming meminta kita untuk membantunya berbaikan dengan Kit" ucapnya kemudian.

"Caranya?"

"Mungkin... Beam tahu sesuatu yang bisa membantu Ming?"Forth balik bertanya, tangan kirinya masih bertengger manis di wajah Beam dan mengusap pelan pipi Beam dengan ibu jarinya.

Beam terdiam, Ia tampak berpikir serius hingga tidak menyadari apa yang dilakukan pria disebelahnya.

"Sebenarnya tidak sulit untuk dekat dengan Kit hanya saja Ia tipe pemalu dan mempunyai harga diri yang sangat tinggi sehingga ia tidak pernah memulai duluan. dia juga tidak suka sesuatu yang terburu-buru, jadi jika Ming bersungguh-sungguh ingin dekat Kit maka lakukanlah semua secara perlahan, buat ia merasa nyaman dan biarkan ia merasakan kehadiran Ming di sisinya.." jelas Beam kemudian. Forth mengangguk mengerti.

"Oh yah, Kit itu tipe yang mudah tersentuh dengan hal-hal yang sederhana" tambah Beam.

"Oh seperti itu,. Forth akan memberi tahu informasi ini pada Ming tapi sebelum ituuu...".Forth menggantung kata-katanya dan menatap Beam intens. Ia mencondongkan tubuhnya ke arah Beam. Beam mendadak merasakan alarm bahaya.

Forth terus mendekat ke arah Beam hingga ia tersudut. Alarm dikepalanya terus memerintahkan dirinya untuk mengelak, tidak lagi pikirnya tapi Forth terus mencondongkan tubuhnya.

"Stop!!"seru Beam seraya menahan tubuh Forth yang terus mendekatinya.

Forth kembali ke tempat semula dan menatap Beam dengan pandangan terluka.

"Kenapa kau selalu memperlakukanku seperti ini?". Seru Beam~kesal.

"Kau tidak suka?" Tanya Forth, masih dengan tatapan sedihnya.

"Aku,.aku,."

Beam terlihat gugup, karena Forth memandang serius padanya. Namun sejurus kemudian Forth tersenyum cerah.

"Baiklah, Forth akan melepaskan Beam sekarang tapi lain kali... Forth tidak janji" ucapnya seraya mencolek hidung Beam. Beam men-pout-kan bibirnya.

Forth melihat mobil Ming terparkir di sebelah mobilnya dan melihat Kit keluar dari sana seraya melipat tangannya di dada, ia terlihat kesal seperti halnya Beam, karena Ming juga menyeretnya tanpa penjelasan.

Sesampainya di sana mereka masuk ke sebuah kedai makanan untuk membungkam perut mereka yang sedari tadi berdemo. Kit dan Beam memesan banyak makanan dan mereka makan dengan lahapnya.

Forth dan Ming memandang takjub keduanya. ternyata benar penampilan bisa menipu, jika dilihat-lihat Kit dan Beam memiliki tubuh yang kecil dan kurus tetapi siapa sangka jika mereka memiliki nafsu makan yang bisa membuat dompet menangis.

"Sepertinya kita harus giat bekerja jika ingin memperistri mereka"  bisik Ming yang disambut gelak tawa Forth. Beam menoleh pada Forth, sebelah alisnya terangkat.

"Tidak apa-apa, habiskan makananmu.."ucap Forth, sambil menyeka saus disudut bibir Beam.

Selesai dengan urusan perut, mereka berkeliling ke beberapa toko pakaian. Beam menatap heran dengan pegawai toko di pusat perbelanjaan ini, sedari tadi mereka membungkuk hormat kearah mereka. Dan saat Beam mengutarakan pikirannya kepada Forth, maka dengan santainya Forth menjawab.

"Pesona seorang Forth tak terbantahkan!". Ucapnya menyombongkan diri.

tentu saja hal itu ditanggapi dingin oleh Kit, muntah oleh Ming dan Beam menempelkan punggung tangannya di dahi Forth seraya berkata,

"Kau demam, Forth??".

Mendengar kata-kata Beam barusan, membuat Forth mendengus sebal, sontak Ming dan Kit terkikik melihat wajah Forth yang kesal.

Kemudian keempat pria tampan dan manis itu memasuki  area pertokoan yang menjual berbagai jenis pakaian, dari yang biasa sampai yang luar biasa, dari yang murah(menurut Ming dan Forth) sampai yang bermerk, yang tentu saja harganya selangit. Mata Beam dan Kit hampir saja keluar dari tempatnya saat melihat harga yang tertera di lebel pakaian yang terpajang di manekin dihadapan mereka. Mereka tak habis pikir bagaimana bisa sebuah lingerie yang sangat tipis menerawang dan hanya menutupi separuh area dada tersebut bisa dijual dengan harga fantastis.

"Apa bagusnya baju ini?" Tanya Kit bingung, saat melihat baju yang ia intip lebelnya tadi.

"Iya, Kau benar...padahal bajunya belum selesai dijahit"Tambah Beam.

"Hanya orang gila yang mau makai baju seperti ini" sambung kit, Beam mengangguk.

"Apa tidak akan masuk angin jika memakainya dimalam hari?" Tanya Beam polos, Kit mengangguk, mengamini perkataan Beam.

Kontan saja percakapan konyol duo sahabat itu mengundang gelak tawa Forth dan Ming, ada-ada saja pikir mereka.

Sebelum percakapan aneh Beam dan Kit berlanjut, Forth segera memisahkan mereka atau lebih tepatnya ia menculik Beam untuk ia monopoli. Ia mengajak Beam berkeliling dan memilih beberapa pakaian yang akan ia ambil jika Beam menyetujuinya. Forth juga memaksa Beam untuk membeli beberapa pakaian untuk dirinya sendiri tapi Beam menolak dan sayangnya Forth tidak akan menyerah semudah itu sehingga perdebatan pun tak bisa dihindari.

Kit yang melihat pertengkaran suami istri itu hanya bisa garuk kepala, perlahan ia menjauh dari mereka. Ia sangat malu sekali  karena orang-orang mulai menatap aneh pada keduanya.

Kit berjalan sendirian, melihat-lihat beberapa rak yang menjajakan pakaian santai, sesekali ia mencocokkan beberapa pakaian di tubuhnya namun setelah melihat lebel yang tertera ia meletakkan pakaian itu lagi ditempatnya.

"Kit bisa mengambilnya kalau Kit suka"ucap Ming, ia menghampiri Kit yang sedang melihat-lihat.

Kit nampak terkejut tapi ia segera mungkin menguasai dirinya, ia menggeleng pelan.

"Atau.. kita bisa pergi ke tempat lain?"tawar Ming lagi. Kit terdiam.

"Kit.. Ming minta maaf,na..?"ucap Ming tulus.

Ming menunggu reaksi Kit, ia terdiam di tempatnya dan memandang tumpukan pakaian dengan pandangan kosong.

"Kit,.!"panggil Ming pelan. Kit memandang Ming, ia tidak tahu harus bereaksi seperti apa.

"Maafkan Ming... tak seharusnya Ming melakukan hal itu pada Kit, tapi sungguh.. Ming sudah tak tahu harus berbuat apa untuk meredakan tangis Kit waktu itu" jelas Ming,

dan sepertinya Ming salah memilih kata-kata, buktinya kini Kit menatap Ming dengan tatapan terluka. Kit hendak pergi tapi Ming menggenggam tangannya.

"Lepaskan!"seru Kit.

"Tidak, Ming belum selesai"jawab Ming.

"Lepaskan,. Kau tidak malu,semua orang melihat kita" seru Kit tertahan.

Ming melihat sekeliling, beberapa orang mulai terusik dengan pertengkaran mereka. Kemudian ia menarik Kit menjauh dari keramaian.

"Kita mau kemana?? Lepaskan aku, Ming!"

*
💬⭐🙏

RoommateWhere stories live. Discover now