Difference in his mind

5.4K 499 30
                                    

Oh wild flowers that bloomed, please let me know. why did people fight and hurt each other?
Oh wild flowers that bloomed boldly, did you see from your place? Why those people can't forgive each other?

-Euterpe-

_

_____


Mungkin malam ini adalah malam paling dingin di sepanjang musim semi.

Cahaya pucat purnama di atas sana adalah satu-satunya yang melihat. Saksi bisu akan kebegisan satu kota ketika penduduknya mendadak buta tuli.

Dibalik pintu-pintu tertutup, mereka menjalani kehidupan kelewat tenang. Menyesap secangkir minuman hangat atau bergelung apik dibawah selimut. Anak-anak tertidur sebelum lewat tengah malam, dikungkung dalam balutan tangan sang ibu, diberi susu banyak-banyak karena katanya itu bisa membuat tidur balita lebih nyenyak.

Tidak ada yang boleh berkeliaran di malam hari. Untuk alasan keamanaan, semua aktivitas malam dihentikan sejak lama. Hanya ada tentara yang berjaga, menyebar di penjuru kota, bergerombol di titik-titik terpenting. Apapun yang terjadi tidak ada yang boleh keluar dari pintu rumahnya.

Semua penduduk Amborgia taat. Tidak membantah untuk memudahkan seleksi.

Tidak menaati aturan berarti bukan rakyat yang baik. Konsekuensi dibantai.

Karena yang berkeliaran di malam hari harusnya bukan warga Amborgia, tapi Pikkia. Duri dalam daging, mantan sekutu, pengkhianat yang tidak tahu diri, parasit atau sampah- begitulah bagaimana warga menyebut kaum Pikkia.

Dan malam inipun sama, dibawah kaki tentara penjaga, mereka tertangkap basah. Tidak ada ampun. Tidak ada rasa kasihan. Tanpa mau tahu siapa orang ini, hunusan pedang bertubi menembus kulit tubuhnya. Menyebabkan genangan berbau anyir menyiprat dari sana, suara melengking menyakitkan telinga, di akhiri dengan batuk merenggang nyawa. Pilu memang. Tapi sayang tentara Amborgia di latih untuk membunuh, berdarah dingin. Tidak segan meskipun yang jadi sasaran pria paruh baya.

Tanpa disadari, pelan-pelan penduduknya juga ikut terbawa suasana. Terlatih untuk tidak peduli.

Mengintip dari jendela dirasa cukup, Tahu apa yang terjadi, mereka memilih buta tuli, berlagak bodoh, tolol. Tidak mau peduli. Sampai suara sakit itu menghilang karena nyawa sudah melayang, tidak akan ada yang mengasihani.

"Buang mayatnya ke sungai, biarkan penduduk Pikkia melihat apa yang melalui perairan mereka selagi pagi."

Kata-kata itu keluar dari pemimpin bersenjata. Terlalu keji untuk umurnya yang muda. Pakaian serba hitam miliknya ditepuk seolah berdebu, kemudian ia berbalik pergi.

Anak tunggal Panglima perang, Jeon Jungkook. Kini telah menggantikan sang ayah yang jatuh sakit. Menjabat jadi Panglima muda paling begis.

Awalnya ada banyak pihak yang meragukan kekuatannya-para tetua kerajaan yang tidak tahu apapun. Mereka pikir Jungkook tidak punya keberanian, tidak seberapa keji. Tapi Raja lebih tahu. Baru seminggu lalu ia di lantik, sekarang sudah melayangkan 40 nyawa di bawah hunusan pedang.

__

"Tadi malam penyusup ditemukan di daerah barat pos jaga. Laki-laki tua tanpa senjata. Membawa gerobak berisi sayuran. Mayatnya sudah dibuang ke sungai, barangnya dibawa ke gudang untuk di jadikan barang bukti."

Over Your EyesWhere stories live. Discover now