Decision and The Ending

4.3K 495 143
                                    

Those unreached words floating in the air. I'm already know. But today, I did it. Hoping for something that never become true. Never let me go, Hold tight my hand. Please tell, that we'll last forever. Our intertwined hands felt so warm. Did you know? That we couldn't meet anymore

-departures-

______

Sedari awal Jungkook punya firasat buruk tentang keputusan yang Jimin ambil.

Dan itu terbukti benar.

Dalam ruangan besar yang mereka datangi-ruangan khusus di istana Pikkia, tempat perundingan berlangsung- Jimin diberi pilihan oleh orang bernama Kim Seokjin. Raja Pikkia yang lebih cocok disebut pangeran karena terlalu awet muda dan cantik.

Seokjin menyetujui pembentukan aliansi yang di usulkan Jimin, dengan syarat Putra Mahkota pulang ke negaranya dan menyampaikan keinginan Seokjin agar Pikkia mendapat lahan lebih banyak, serta menjadi wilayah istimewa selama menjadi bagian negara itu. Seokjin tidak ingin lengser dari kekuasaannya. Ia tetap ingin memimpin Pikkia, kota kecil yang pernah menjadi bagian dari Amborgia.

Namun yang membuat hati Jungkook remuk redam adalah syarat terakhir yang disanggupi oleh Jimin.

Perjodohan Putra Mahkota dan Putri Tunggal Seokjin, adik Taehyung dan Yoongi.

Kim Jennie.

Tidak ada yang bicara selama perjalanan menyusuri jalanan menuju kemah. Seokjin terlalu baik untuk dibunuh, Jungkook akui. Namun keinginannya untuk membunuh Raja muda itu besar lebih dari apapun. Jika saja Jimin mengijinkan, Jungkook bisa saja jadi penyusup yang meluluh lantahkan kerajaan kecil itu sendirian.

"Jangan melakukan apa-apa."

Jungkook mengangkat kepala, kaget. Argumen dalam batinnya mendadak terpancing, berubah jadi emosi yang terkumpul di ubun-ubun. Melihat sosok kecil yang sedari dulu ia cintai membuat keputusan sepihak membuatnya muak. Jika di ingat, Namjoon hanya ingin mereka semua mati, bukan mengorbankan Jimin untuk perdamaian.

Memang apa yang bisa mereka harapkan dari kota tidak berguna itu?

"Kau bertindak terlalu jauh."

"Pikkia adalah kota yang cerdas, kita tidak bisa melepaskan mereka begitu saja. Aku hanya melakukan tugasku sebagai pangeran."

"Tidak ada yang memintamu untuk mengorbankan diri."

"Aku tidak mati Jungkook, aku hanya akan menikah."

"PARK JIMIN!"

Langkah mereka terhenti. Jungkook baru saja meneriaki namanya dengan lantang, menggunakan marga ibu Jimin. Dahulu, Jimin selalu menolak disebut Kim Jimin. Karena sang ayah adalah Raja yang keji. Jimin tidak ingin seperti ayahnya. Ia ingin seperti ibunya.

Jimin berbalik, wajah datar di perlihatkan pada panglima perang yang kini memandangnya dengan tatapan murka. Jungkook begitu marah, lebih dari itu. Ia sudah cukup sabar berdiam diri- membiarkan Jimin membuat rencana tanpa campur tangan siapapun. Jungkook tahu ia tidak berhak seperti ini. Tapi keras kepalanya pemuda yang ia cintai benar-benar membuat Jungkook lelah.

"Kumohon, jangan seperti ini."

"Sama sepertimu. Aku akan melakukan apa saja agar tidak ada pertumpahan darah lagi."

"Kalau begitu aku bisa membunuh mereka semua untukmu, aku bisa melakukannya sendirian. Agar rakyat kita tenang. Lalu kau bisa bebas dari rasa bersalah."

"Kau gila. Kau akan mati terbunuh."

"Lebih baik seperti itu daripada aku melihatmu menikah sebagai tumbal omong kosong ini!" tegas Jungkook dengan rahang terkatup rapat, kedua tangannya mengepal.

Over Your EyesWhere stories live. Discover now