Hancur

126 22 3
                                    

Bimbang menggeregoti pikirannya sejak siang tadi. Ia masih memikirkan perkataan Astrid tentang Naufal. Gadis itu, tahu tentang perasaannya pada Naufal? Sejak kapan dan bagaimana ia bisa tahu? Padahal, selama ini ia berusaha menyembunyikannya.

Astrid, sahabat baik. Bukan hanya tahu sifat Syiffah ia juga tahu pada siapa hati Syiffah berpacu jika bertemu.

Flashback on

"Kamu...?"

"Saya tahu Naufal lamar kamu, kan?" Tanya Astrid memastikan.

"Cieee yang dilamar" lanjutnya dengan senyum yang tidak bisa diartikan.

Syiffah diam. Tidak tahu harus berekspresi apa.

"Tadinya saya pikir, saya bakal jadi pagar ayu di pernikahan kamu dalam waktu dekat" jeda.

"Ternyata harapanku hilang."

Syiffah masih diam.

"Kenapa kamu tolak?" Tanya lagi Astrid.

"Naufal baik buat kamu, Ffah" lanjutnya tanpa menunggu jawaban dari Syiffah.

"Saya belum mau nikah, Strid." jawab Syiffah akhirnya.

"Katamu nikah itu ibadah, menyempurnakan sebagian agama. Kenapa saat penyempurna mu datang kamu malah menolak?" Serang Astrid.

"Terima Naufal, dan menikahlah" lanjutnya

Syiffah bingung, kenapa seolah Astrid me maksanya menikah? Padahal dulu, ia selalu berkata bahwa dalam urusan bertemu jodoh dan menikah, dia harus jadi pemenang.

"Saya tidak mau menikah dengan orang yang tidak saya cinta"

"Bohong!" Ucap Astrid tajam. Pembicaraannya semakin serius.

"Kamu mencintai Naufal sejak SMA, jangan membohongi hatimu, Syiffah!"

Syiffah terdiam. Bagaimana Astrid tahu tentang perasaannya pada Naufal?

"Itu hanya perasaan kagum, Strid." Jawab Syiffah.

"Saya hanya ingin melihat kamu menikah dengannya, sebelum saya pergi meninggalkan kalian semua" kata Astrid. Tatapannya kosong kedepan.

"Astrid!" Pekik Syiffah.

"Kamu nggak boleh ngomong gitu,"rintihnya

"Saya ingin pernikahanmu dengan Naufal menjadi hadiah terakhir untukku. Saya mohon" ucap lagi Astrid. Air matanya sudah membasahi pipi.

Syiffah memeluk erat Astrid dengan air mata yang sudah membanjiri pipinya. Ini kalimat yang ia benci yang pernah keluar dari mulut Astrid.

"Nikah sama Naufal demi saya, Ffah." Pinta lagi Astrid. Matanya menatap Syiffah, ada sebuah permohonan dalam tatapan itu.

Syiffah mengangguk cepat, mengiyakan permintaan sahabatnya itu. Ia tidak ingin mendengar kalimat tadi terulang di bibir Astrid. Toh, ia juga mencintai Naufal, dan naufal juga telah meng-khitbahnya, jadi untuk apa ragu?.

***

"Woy!"

Syiffah terhentak kaget, sementara laki-laki itu hanya cengengesan.

"Ngagetin tahu!" Jengkel Syiffah.

"Ucap salam kan lebih bagus daripada kayak gitu" sambungnya.

Izzat masih terkekeh, "iyaiya" jawab Izzat lalu duduk di samping Syiffah, jaraknya sekitar 2 meter. Izzat tahu, syiffah adalah tipe perempuan yang risih kalau berdekatan dengan laki-laki yang bukan mahromnya, meskipun itu sahabatnya sendiri. "Assalamualaikum calon bidadari surgakuuuu" godanya lalu cengengesan.

Al HubWhere stories live. Discover now