Author
Dan kembali, pekerjaan memaksa seorang Michelle untuk bergegas pergi keluar kota (lagi). Meninggalkan kota kelahiran demi sesuap nasi. Tidak sebenarnya, hanya demi deposito yang ingin terus-terusan digunungkan. Untuk apa sebenarnya ? entahlah, hanya seorang Michelle yang tahu.
Namun ada yang berbeda hari ini, wajah Michelle tidak sesumringah biasanya. Terlihat lebih segar dan lebih bergairah. Walaupun gadis itu sebenarnya selalu ceria disetiap kesempatan, namun untuk hari ini auranya berbeda.
"abis mimpi apa semalam ?" Astaga, kaget gue batin Michelle. Si Lambe Turah ini tiba-tiba dateng dari belakang. Mereka memang berangkat dengan pesawat yang sama. Ya hanya dia dan Olive yang berangkat keluar kota untuk tugas kali ini.
"sialan, mimpi basah semalam. Puas." Dia tertawa terbahak-bahak dan bersyukurnya dia tersedak karena ketawanya sendiri. Michelle menyodorkan air mineral yang berada dikursi samping.
"thanks honey." Eww.. sebel banget kalo dia udah bilang begitu. Muak lebih tepatnya. Bagaimanapun juga Michelle tidak pernah mau melirik wanita gossip seperti dia. Tapi untuk setianya bolehlah.
"dua jam sepuluh menit, perjalanan kali ini sebenarnya tidak jauh. Hanya saja karena melewati garis bujur dan lintang membuat kita harus melakukan perjalanan lebih lama. Padahal kalo dilihat dipeta kan tidak jauh ya? Hanya beberapa inchi saja." Kembali dia tertawa dan lebih keras dari pada yang sebelumnya, dan sukses menarik perhatian orang-orang yang berada disekitar mereka.
"non, lu pinter amat. Kebangetan tau gak pinternya." Michelle hanya tersenyum, bodoh memang namun aku bosan karena sudah hampir setengah jam menunggu pesawat yang delay ini.
"udah sarapan belum ?." Michelle menggeleng, merasa sedang tidak enak makan. Mungkin karena sebentar lagi memasuki masa menstruasinya, yang memang setiap bulan selalu begini dan begini.
"gue ntar aja dipesawat, terlalu pagi kalo buat gue. Kalo mau cari makanan carilah, gue tunggu. Tapi gue titip ..."
"Hot Green Tea ?." Michelle senyum sumringah, Online kalo begini terus gue bisa jatuh cinta sama lu. Batinnya
"iya, gue ude paham. Wait ya." Michelle melihat punggung temannya menghilang setelah menatapnya lama, ah Olive kadang perhatiannya yang besar membuat Michelle nyaman berteman dengannya.
Setelah tertunda beberapa menit akhirnya Michelle dan Olive bisa memasuki pesawat, dengan Hot Green Tea dari Olive yang habis tandas beberapa menit sebelum pesawat take off. Olive terlihat sudah memakai tutup matanya menandakan bahwa dia sudah tidak ingin diganggu gugat. Dasar pelor, nyender dikit aja tuh kepala langsung tepar.
Michelle menyalakan ipodnya, salah satu yang hal wajibkan berada didalam tas kerjanya. Memutar kembali alunan-alunan Beethoven, yang sepertinya akan menjadi pembuka dunia tidur sang gadis itu.
Dira
Berteman dengan orang-orang yang baru dikenal bukanlah hal yang sulit untukku. Selain nanti pekerjaan yang lingkupnya lebih luas dari rumah dan kampus akan membuatku mudah menyesuaikan diri. Tapi untuk beberapa orang yang tidak masuk dalam kategori teman versiku, aku akan dengan mudah membuatnya risih berada didekatku.
Michelle seseorang yang aku rasa berbeda, dia sangat dewasa sebagai temanku. Walaupun pertemuan kami tidak direncanakan, dan bahkan bisa dibilang kebetulan. Drama banget sebenarnya.
Aku kira dia sosok angkuh, bagaimana wanita independent. Kalau kalian lihat, saat dia memakai kemeja kerja dan rok span selutut kalian pasti akan menyangka bahwa dia wanita sombong susah diajak berteman. Namun semenjak kami beremu malam itu, pandanganku terhadapnya berubah drastis.
Aku merasa bahwa ada sesuatu yang membuatnya berpenampilan seperti itu, yaa maksudku angkuh begitu. Tapi entahlah aku tidak tau apa itu, karena sudah dua hari ini tidak ada kabar dari si independent woman itu. Aku merasa ada yang hilang.
Eh
Apa maksudnya tadi aku mengatakan begitu.
Hey Dira, bangunlah. Yang harus diketik itu skripsimu, bukan nama wanita itu. Sialan. Aku buru-buru menghapus beberapa kata yang tidak sengaja aku ketik dilaptopku. Aku sedang mengerjakan skripsiku, walaupun setelah lulus nanti aku tidak dapat langsung menjadi seorang hakim muda. Bagiku tidak masalah seberapa lama perjuanganku untuk meneruskan pekerjaan Papa nanti.
Dua hari ini kesibukan yang membuat waktuku sempit hanyalah skripsi, drama korea, skripsi dan balik lagi nonton drama korea. Seharusnya diusia segini aku sudah harus meninggalkan kebiasaan lamaku, tapi entahlah itu sangat sulit. Ada-ada saja godaan para Ahjussi rasa Oppa itu.
Apa Michelle masih mau berteman denganku jika dia tau bahwa aku menyukai drama korea ?
Sebuah notifikasi masuk keponselku.
Michelle ..
Michelle : Bagaimana kabar ibu kota hari ini ?
Aku mengerutkan dahi, maksud dia apa ? bukannya dia juga ada disini ?
Penasaran apa maksudnya lalu aku membalas chatnya.
Dira : mungkin baik, sedikit panas.
Ting !!! Sebuah notif yang berarti Michelle sudah membalas pesanku secepat kilat.
Michelle : Bagiku hujan atau panas sama saja.
Keningku semakin berkerut tak mengerti apa yang dia maksud sebenarnya.
Dira : ya memangnya ibu kota peduli sama kamu juga?
Kenapa lama kelamaan aku menjadi sebal, huh dasar tukang basa basi busuk.
Michelle : aku ingin kembali secepatnya ke ibu kota
Dira : kau sedang di Atlantis ?
Michelle : mungkin ya, dan di ibu kota ada yang tertinggal
What ? apa di Atlantis ada sinyal ?
Dira : seharusnya sebelum pergi ke Atlantis, persiapin dulu yang mau dibawa. Sudah sampe sana baru bilang ada yang ketinggalan.
Michelle : iya sih, aku baru sadarnya sekarang. Aku kira aku bakal biasa aja.
Dira : emang yang ketinggalan apaan si ? sampe galau begitu ?
Dia emang kadang lebay, sudah tau apa yang dia maksud mulai dari kaos kaki, pencuci muka, atau sebotol lotion. Dasar si ribet.
Michelle : seseorang yang bernama Dira!
Deg. Aku berpikir panjang, tidak ada niat untuk membalas lagi pesan Michelle. Mengabaikan ponselku begitu saja lalu kembali beralih menatap layar laptop.
Next chapter ?
Yes or No ?
Edisi saya lagi gabut. Ceritanya Mimi mau gombalin Dira. Tapi sepertinya Dira tidak suka?
Tidak suka atau gombalannya kurang mantap ?
KAMU SEDANG MEMBACA
The Rule of Love (GirlxGirl)
Teen FictionPermasalahan dua orang perempuan dewasa yang saling mencintai yang terikat aturan. Beberapa part terdapat adegan yang tidak disarankan untuk pembaca berumur dibawah 18 tahun