Hujan

4.8K 395 15
                                    

Selamat membaca, happy satnight untuk semua.

Karena sudah mulai musim penghujan, tema chapter ini adalah hujan


Author

Hanya tersisa kicauan burung menjadi alunan pengarak matahari menuju peristirahatannya, mengulangi dua puluh empat jam yang sama dengan cara seperti biasanya. Tak ada sedikitpun yang berubah, hanya saja warna yang tak sama ketika biasanya jingga berada tepat didepan mata, namun hari ini hanya abu semata. Tak tampak dia yang biasa memberikan salam perpisahan pada mata manusia yang seharusnya memanjakan, taka pa ketika pagi itu tiba secercah harapan mulai bisa diperhitungkan.

Wajah Dira tampak muram sore itu, berada disebuah Caffe tempat mereka biasa bertemu, tak sedikitpun ingin berpura-pura tampak baik-baik saja. Sementara Michelle memainkan jari dimeja, menunggu sang pemilik rasa bicara.

Pesan singkat yang dikirimkan Dira seolah sebuah ancaman, tidak ingin bertemu lagi.

"memang harus seperti itu?". Satu kalimat terdengar setelah dua puluh menit terdiam, mereka sengaja mengambil spot outdoor tidak ingin pembicaraannya terdengar telinga orang lain.

"seperti itu apa?". Michelle yang memang mempunyai sifat cuek seakan tak menyadari bahwa ada yang salah dengan dirinya.

"kenapa tidak sadar sama sekali ?". terlihat kening Michelle sedikit mengkerut, lalu kembali meneguk minuman didepannya.

"tidak ada kabar berhari-hari, pergi ke luar kota tanpa memberitahuku ?". Dira seakan tidak memberi jeda untuk disetiap pertanyaannya.

"aku menemani ibuku berobat, dan kau juga bilang kan kalau adikmu akan pulang. Aku tidak ingin mengganggu waktumu bersama keluargamu".

"adikku lama disini, dan aku bisa ikut bersamamu. Apa aku ini tidak dianggap?". Michelle terkejut, tidak menyangka Dira akan berkata seperti itu.

"bukan itu tapi, yasudah aku minta maaf". Michelle tertunduk, tidak berani menatap mata orang yang berada didepannya itu.

"lain kali kau bilang mau pergi kemana, agar aku tidak cemas dan tidak mencarimu".

Obrolan mereka tertutup paksa dengan butiran-butiran air hujan yang tiba-tiba datang, Michelle menarik tangan DIra untuk masuk ke dalam Caffe sebelum hujan benar-benar mengguyur mereka yang hanya berdua ditempat outdoor.



Michelle

Hujan tiba-tiba datang ditengah perbincanganku dengan Dira, dia sedikit galak hari ini. Salahku juga memang tidak memberi kabar padanya saat pulang kemarin.

"masih ingin disini atau kita pulang?". Aku bertanya dengan hati-hati.

"aku ingin pulang saja". Aku melihat wajahnya masih tertekuk, aku melihat sekeliling tidak ada payung. Aku memutuskan membuka blazzerku.

"payung ada dimobil, pakailah ini untuk menutupi kepalamu". Dira mengambil blazzerku tanpa melihat wajahku. Ck dasar wanita.

Kami berdua sedikit berlarian menuju mobilku, dan sukses masuk ke mobil walaupun dengan baju yang hampir basah semua. Aku mengambil blazzerku dari Dira, mencari sesuatu di jok belakang mobilku dan aku menemukan selimutku.

"kenapa beri blazzermu?". Dira mulai menata rambutnya yang sedikit basah.

"tidak mau kau sakit". Aku memasang seatbeltku, mulai menyalakan mesin mobil.

"tidak bisa berdua memang dipayungi blazzer?". Aku tersenyum.

"disana banyak orang, jika seperti itu kita akan menjadi pusat perhatian".

The Rule of Love (GirlxGirl)Où les histoires vivent. Découvrez maintenant