6. Game

20.1K 969 3
                                    

"Aya, besok temenin aku beli robot ya?" Tanya Dandi tanpa mengalihkan perhatiannya dari layar televisi yang menampilkan sebuah game yg dia mainkan.

"Dua hari lalu kamu udah beli 3 robot Dan! Jangan boros." Ucap Cahaya kemudian duduk disebelah Dandi.

"Bosen."

"Jangan boros-boros bang." Goda Cahaya sambil memukul lengan Dandi pelan.

"Jangan ganggu dulu, aku lagi main nih. Ntar kalah lagi kalo kamu senggol-senggol." Ucap Dandi sambil mengenggam tangan kanan Cahaya menggunakan tangan kirinya. Kemudian dibawa tangan itu untuk mengikutinya menggenggam stick playstation.

"Gaboleh ganggu tapi tangan aku dibawa mulu." Pipi Cahaya mulai memanas. Perlakuan Dandi seperti ini memang bukan untuk pertama kalinya. Namun sensasinya masih saja sama.

"Biar tangan kamu ga usil, makanya aku pegang aja." Rona merah dipipi Cahaya hilang seketika. Dandi yang menghilangkan rona itu, setelah dibuat melayang, Cahaya dijatuhkan! Mengenaskan.

"Bodoamat ah."

Dandi mem-pause gamenya. Memandang wajah Cahaya yang sekarang mulai sedikit takut melihat Dandi. Oke, salahkan mulut Cahaya yang sebenarnya tidak tau kata apa yang salah dari dua kata tadi.

"Ma..maaf."

Dandi hanya tersenyum kecil, kemudian mengecup bibir Cahaya sekilas, lalu lanjut untuk bermain playstation lagi.

"Dan."

"Apa yang?"

"Ajarin aku main game-nya." Pinta Cahaya dengan raut muka dibuat seimut mungkin. Iw, menjijikan.

"Mukanya biasa aja, cium neh." Goda Dandi membuat ekspresi Cahaya menjadi datar kembali.

Dandi menyerahkan satu stick playstation kepada Cahaya dan menyambungkan playstation itu kedalan DVD. Cahaya yang terlalu excited dengan permainan ini mengangkat stick tinggi-tinggi membuat DVD-nya ikut terangkat keatas.

"Jangan diangkat-angkat Ya, mau main engga?" Dandi melihat Cahaya yang buru-buru memegang stick seperti semula.

Game dimulai. Namun tidak seperti kata Dandi yang akan mengajari Cahaya, mereka malah sudah mulai bermain game. Cahaya yang tidak bisa hanya menekan-nekan apapun tombol yang ada distick itu sambil berteriak tidak jelas.

"INI KENAPA GAJELAS GITU GAMBARNYA?"

"HEH APAAN NI MAIN SERBU AJA. GAASIK LO!"

"PADA BAWA ALAT LAGI, GUE BAWA PANCI-NYA DANDI MAMPUS LO PADA!"

"EH ITU PUNYA KAMU KAN DAN?"

"ANJER, BAJUNYA SEKSI GITU APAAN DANDI!"

"Udah ah, ga mood."

Mendengar itu, Dandi hanya terkekeh pelan. Kekasihnya ini bisa menjadi 'beringas' juga. Padahal didepan semua orang, Cahaya dikenal sebagai gadis lemah lembut dan penyayang.

"Kenapa si?" Tanya Dandi masih terus bermain game, bassara.

"Aku gabisa mainnya."

"Bisanya teriak doang kamu tu."

"Biarin. Kamu udah main game daritadi loh. Aku kesini juga kamu suruh, katanya gabut diapartmen sendiri, gabut apaan? Ini juga malah aku yang gabut." Cahaya melipat kedua tangannya didepan dada dan menyandarkan punggungnya pada sofa.

Dandi hanya diam tidak menjawab.

"Mau makan ga? Gue yang masak atau dellivery aja?"

Masih diam, masih diliatin, bentar lagi disleding.g

"Gue yang masak atau pesen?" Tanya Cahaya menahan emosi.

"Aku makan kamu aja gimana?"

"Gila!"

---

Ya maap kalo garing pemirsa : (

My BoyDove le storie prendono vita. Scoprilo ora