14. The Last Time

4.7K 615 54
                                    

Kali kedua....





Baik Gaara maupun Hinata sama-sama membulatkan kedua mata mereka, seolah bola mata mereka akan keluar dari dalam rongganya begitu saja. Keduanya jelas tidak percaya Sakura akan datang dan memergoki keduanya seperti ini.

"Sakura..."  Gaara berusaha mendekat meskipun setiap kali pria itu melangkah, Sakura akan mengacungkan telapak tangannya sebatas dada, meminta Gaara untuk tetap berada di tempatnya.

"Kali ini apa pembelaanmu, hm?"  Sakura terlihat berusaha menguatkan diri sendiri dengan kedua lengan saling terlipat di depan dada. "Apa pembelaanmu?"  Ulangnya.

"Aku...,-"

"Apa pembelaanmu?"  Sekali lagi Sakura mengulang kalimatnya, kali ini dengan nada sedikit meninggi.

Ia mengalihkan pandang dari Gaara kini menatap Hinata yang masih berdiri di belakang pria tersebut dengan wajah yang terlihat bersalah. Atau mungkin, pura-pura merasa bersalah.

Kedua iris Sakura yang berwarna hijau cerah beralih, kini menatap tubuh Hinata yang tengah mengenakan gaun berwarna ungu gelap yang sangat cantik di tubuhnya.

"Violet?!"  Keningnya berkerut selagi kedua bibirnya saling terlipat seolah tengah memikirkan sesuatu. "Violet..."  Ia mengulang kembali kata violet, kali ini dengan nada pernyataan dan terdengar sangat yakin dengan ucapannya sendiri sebelum akhirnya ia kembali menoleh ke arah Gaara.

"Jadi, gaun berwarna violet yang masuk ke tagihanku waktu itu untuk Hinata?"  Dia menunjuk Hinata menggunakan dagunya. Tersenyum, kemudian tertawa kecil lalu menggelengkan kepala setelahnya. "Bagaimana bisa aku tidak menyadari hal itu hm?!"

Sakura, tanpa keraguan sedikit pun memajukan langkah hingga kini ia berdiri tepat di hadapan Gaara. Tidak ada jarak yang mengikis di antara keduanya.

"Sakura..."  Sekali lagi Gaara menyebut namanya namun kalimatnya terhenti saat Sakura menempelkan jari telunjuk tepat ke bibir pria itu.

"Aku bodoh karena pernah mempercayaimu, Gaara. Dan berulang kali memberi kesempatan untukmu. Ya, benar... Aku bodoh..."  Senyuman simpul namun membuat kedua matanya menyipit terkembang di wajahnya. "Aku bodoh,"  ia mengulang sekali lagi.

Dengan sekali hembusan napas Sakura melepaskan cincin berlian bermata satu yang ada di jari manisnya, mengangkat lengan Gaara yang terjuntai lemah, meletakkan cincin tersebut ke atas telapak tangan Gaara dan masih dengan senyuman ia memundurkan kembali langkahnya.

"Aku tidak ingin melihatmu lagi, Gaara. Demi nama apapun yang bisa kuucapkan sebagai sumpah."

"Tapi kita akan menikah. Kurang dari dua minggu."  Pembelaan Gaara membuat Sakura tersenyum sinis.

"Kita tidak akan menikah. Ya, seharusnya aku tahu dari awal kalau kita tidak akan pernah menikah. Aku membuang-buang banyak uang hanya untuk mengurus itu semua."  Kedua bahunya terangkat.

"Dan untuk kau, Nona Hyuuga..."  Panggilan untuknya membuat Hinata kembali mengangkat wajah.

Sakura kembali memajukan langkah dan kini berdiri tepat di hadapan Hinata. Siapa sangka, gerak cepat selanjutnya yang dilakukan oleh wanita itu membuat Gaara serta Hinata memekik memanggil namanya dengan keras. Ia mengeluarkan sebuah gunting lipat yang diletakkan di saku seragam maskapainya, kemudian tanpa aba-aba menggunting acak dan brutal gaun violet yang Hinata kenakan hingga Gaara harus turun tangan memisahkan keduanya.

"Aku tidak diajarkan untuk membenci seseorang, dan tidak diajarkan untuk berbuat kasar. Tapi kali ini, aku harus melanggar janji yang kubuat karena kalian sudah keterlaluan. Dan gaun itu adalah milikku, aku yang membayarnya jadi aku bebas untuk merusaknya."  Di dalam kungkungan lengan Gaara, Sakura mengucapkan kalimatnya dengan deru napas yang sangat keras menahan emosi yang mati-matian berusaha ia tahan.

"Lepaskan aku, Gaara!"

"Tidak sampai kau melepaskan gunting yang kau pegang."

"Lepaskan aku!"

"Tidak."

Sakura menyerah. Ia lemparkan gunting lipat yang ia genggam, Gaara baru benar-benar melepaskan kungkungannya setelah yakin bahwa wanita itu bisa kembali mengontrol emosinya.

"Terima kasih. Sekali lagi, terima kasih."  Sakura berbalik meninggalkan dua sosok yang kini menatap ke arahnya, tak lupa sebelumnya melayangkan tamparan sangat, sangat keras di pipi Gaara.

Dengan sisa-sisa tenaga yang terkumpul ia meraih kembali koper dan tas bepergiannya, pergi meninggalkan rumah yang kini tidak akan pernah ia kunjungi lagi.









Selamanya.







P.s: aku tidak tahu akhir yg pantas untuk tukang selingkuh spt apa. Krn kalau akhir yg terlalu ngenes dan berdarah2 hanya kutemui di sinetron2 dan drama2 Indonesia. So, don't blame me kalau ternyata akhir dari Gaahina mungkin tidak sesuai dgn yg kalian inginkan.

Dan ini belum ending ya. Belum.

Salam.

DNA | SSL (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang