⏳ 𝒞𝒽𝒶𝓅𝓉ℯ𝓇 𝟭 ⏳

242 26 9
                                    


Sret!

Bugh!

"Asal lo ngerti ya, lo itu gak pantes ada di sekolah ini!"

Bugh!

"Mentang-mentang lo anak beasiswa, lo sok belagu ya!"

Brakk!

"Mending lo keluar aja dari sekolah ini sebelum hidup lo tambah sengsara!"

Bugh!

"Mampus lo!"

Kringggg!!

"Rin, bel-nya udah bunyi. Kita tinggal aja dia disini, nanti pulang lanjutin lagi."

Lalu kedua perempuan itu segera meninggalkan tempat tersebut dan siswi itu sendirian. Tak lupa mereka memberikan tatapan sinis dan tak suka terhadap siswi itu.

Setelah kedua perempuan itu benar-benar pergi, siswi tersebut perlahan mulai bangkit dari lantai. Dia melangkah gontai menuju kearah cermin yang terdapat di toilet itu.

Dengan menjadikan bak cuci tangan sebagai penopang berat tubuhnya, dilihatnya mukanya yang telah di coret-coret menggunakan lipstick berwarna merah. Seluruh tubuhnya basah dan bau akibat disiram dengan air kotor yang ia tidak ketahui asalnya dari mana.

Perempuan itu meringis melihat pantulan dirinya dan segera menyalakan keran untuk membersihkan mukanya. Saat air dingin menyentuh wajahnya, dia mendesis karena merasakan perih di pipi serta bibirnya.

Setelah wajahnya sudah bersih dari coretan lipstick merah itu, dia terduduk kembali di lantai toilet. Dia menarik kedua kakinya kedalam dekapannya dan membenamkan wajahnya dengan melingkarkan kedua tangannya diantara kepalanya. Rambut pendek hitamnya kusut akibat dijambak-jambak oleh perempuan yang mengganggunya tadi.

Setelah terdiam untuk beberapa saat, perempuan itu mendengus kesal dan seketika air matanya tumpah. Suasana hening di toilet itu pecah karena tangisannya. Ia beberapa kali mengusap kasar air matanya yang berjatuhan di kedua pipinya, namun air matanya tetap keluar dengan sendirinya. Sambil menangis, dia mencoba untuk menerka apa yang membuat Choi Herin, perempuan yang mengganggunya tadi, selalu mem-bully dirinya sejak hari pertama dia masuk ke universitas.

Sekitar 5 menit setelahnya, seorang perempuan masuk ke dalam toilet itu. Melihat ada seseorang yang terduduk di lantai, perempuan itu menghentikan langkahnya. Setelah melihat-lihat, perempuan tersebut langsung melangkahkan kakinya dan berjongkok di samping perempuan yang sedang duduk itu lalu menepuk bahunya.

"(y/n), apa yang kau lakukan disini?" Perempuan itu bertanya.

Mendengar suara yang tiba-tiba muncul, (y/n) terkejut. Namun setelah mengetahui bahwa orang tersebut adalah temannya, Lee Minyoung, (y/n) menghembuskan nafas lega.

"Kau mengagetkanku, Minyoung," sahut (y/n) sambil menghapus air mata dari wajahnya. "Aku tidak melakukan apa-apa. Hanya sedang merenung saja," lanjutnya.

"Hanya sedang merenung saja? Jujurlah (y/n), kau pasti diganggu lagi oleh si Choi Herin itu, kan?" Minyoung mendebat jawaban temannya itu.

(y/n) yang sudah berdiri segera berjalan sekali lagi ke wastafel terdekat. "Aku tidak diganggu lagi oleh Herin, aku benar-benar hanya sedang merenung," sanggah (y/n) yang tidak ingin membuat temannya khawatir.

"Berhentilah berbohong, (y/n). Bajumu basah dan tubuhmu bau, lalu di wajahmu saja ada banyak luka-luka kecil. Dan kau tidak pernah sekalipun ingin membolos dari kelas menari. Kau sudah pasti di bully oleh si Ratu Ular Herin. Oh ya, dan pasti dia bersama temannya si Park Sungyeon, kan?" Jelas Minyoung panjang lebar sambil melihat kearah (y/n) yang sedang membasuh wajahnya.

𝟐𝟒 𝐇𝐎𝐔𝐑𝐒'ʰʲˢˊWhere stories live. Discover now