5. Candle Light

773 114 34
                                    

MARK x RENJUN

Just-Tya

Candle Light

...






Menjadi seorang pekebun bukan hal yang bisa dikatakan hal mewah tapi cukup sulit jika dilakukan sendirian, butuh usaha ekstra setiap harinya agar terus bertenaga. Terutama di desa terpencil yang sulit di jangkau orang, dan setiap panen datang seorang Mark Lee dan pasangannya harus menjual hasil panen ke kota dengan pick up mereka dengan jarak tempuh kurang lebih dua jam perjalanan.

Mungkin bisa saja seorang Mark Lee menjadi karyawan swasta di kota besar dan menjadi kaya dengan gelar sarjananya sembari menikmati cahaya lampu kota yang gemerlap, bukan mendekap di pedesaan dengan aliran listrik yang sulit di dapatkan bahkan bisa padam seminggu penuh.

Tetapi ada seseorang di sampingnya, seseorang yang membuatnya terus merasakan euforia kenyamanan bahkan di tengah gelapnya malam, seorang yang bernama Huang Renjun yang merengkuhnya ketika dunia menghimpitnya hingga sesak. Itu sangat alami, ia merasa tidak sendiri karena ia bersamanya. Pemuda manis yang muncul ketika ia sendirian ketika ia membutuhkan seseorang, meskipun itu terlihat biasa saja. Jadi tidak salahkan jika Mark Lee ingin merayakan hari yang sangat berharga baginya?

Dan ia merencanakannya jauh-jauh hari untuk hari ini setelah kembali menjual hasil panen dari kota, dan mereka sedang dalam perjalanan pulang ke rumah.

"Kenapa aku harus menutup mataku?"

Mark menoleh, meraih tangan Renjun dengan tangannya yang bebas. "Tunggu saja, dan lihat nanti." Mark mengusap rambut Renjun gemas, dan tetap melajukan mobil pick up miliknya menuju rumah mereka.

Satu keuntungan hidup di pedesaan yang terpencil dari jangkauan masyarakat, mereka bisa menikmati indahnya saling mencintai tanpa takut dengan pandangan masyarakat karena cinta keduanya yang bisa di bilang tabu.

"Aku akan menendangmu nanti, lihat saja."

Mark terkekeh ketika kekasihnya justru mendengus padanya. Huang Renjun bukan kekasih yang manja atau seperti kekasih pada umumnya, ia pemuda yang begitu tegar dengan senyum manisnya, senyum yang memberi Mark Lee sebuah semangat untuk hidup dan bangkit dari keterpurukannya.

Membantunya dalam banyak hal, tidak mengeluh ketika cuaca panas saat mereka harus memetik hasil panen mereka di kebun, atau tidak merasa jijik ketika mereka membuat pupuk kompos dari kotoran ternak yang mereka miliki.

Pemuda manis itu terus memberinya semangat, walau gurat lelah jelas terpantri dari wajah manis itu yang memerah karena terik matahari yang menyengat.

Mobil dengan bak terbuka itu memasuki perkarangan rumah mereka saat langit telah menggelap dan terparkir rapi setelahnya. Mark berlari menuju pintu penumpang, membuka pintu untuk Renjun.

"Kapan aku bisa membuka mataku?" tanya Renjun ketika ia bisa menapak tanah dengan benar.

Mark menggeleng pelan. "Nanti setelah aku menyuruhmu melepaskannya."

"Tapi aku seperti orang tua yang tidak bisa berjalan dengan benar," Renjun berdecak, "aku harus dituntun, menyebalkan!"

"Nanti kita juga akan tua, maka dari itu kau harus mempertimbangkan keinginanku untuk mengadopsi anak, agar bisa menjaga kita kelak saat tua," jawabnya ringan di selingi kekehan kecil, menarik Renjun untuk mengikuti langkahnya. "Perhatikan langkahmu, kamu menginjak tanaman cabai."

HEALINGWhere stories live. Discover now