(Nineteen) Satu Hari

3.4K 336 22
                                    

Jeno memasang dasinya sedikit terburu-buru karena ia terlambat bangun pagi ini. Jaemin yang kebetulan lewat di depan kamar Jeno tanpa sengaja melihat saudaranya sibuk berdandan. Ia bersandar di pintu sambil melipat tangan di depan dada.

"Yakin pergi sekolah?" tanya Jaemin.

"Iya, berangkat saja dulu" balas Jeno tanpa mengalihkan perhatiannya.

"Aku naik bus, kau berangkat dengan Jaehyun hyung saja"

"Eh, tunggu! Kenapa naik bus?"

"Ingin saja"

"Ikut"

Jaemin mendelik kesal melihat tingkah Jeno yang berubah sedikit manja dan terus menempel padanya meski mereka sedang ada di rumah. Bukan apa-apa Jaemin masih khawatir Jeno sakit, padahal Jeno sendiri merasa dirinya sudah baik-baik saja. Hanya menurut Jaemin melihat Jeno sesak nafas tempo hari membuatnya takut.

"Tidak boleh!" erang Jaemin.

"Ayolah, aku ingin"

"Jeno, dua hari lagi kita ke rumah nenek. Jika kau sakit, aku bisa disalahkan"

Kini Jeno yang berubah kesal mendengar perkataan Jaemin.

"Sudah ku bilang aku sakit bukan karenamu" ujar Jeno kesal.

"Terserah" balas Jaemin.

Akhirnya mereka berangkat bersama diantar oleh Jaehyun. Sampainya di sekolah Jeno di sambut oleh bisikan-bisikan mereka yang membenci Jaemin. Tapi melihat Jaemin yang bersikap biasa saja, Jeno pun juga enggan menanggapi mereka. Kini mata Jeno menangkap sosok Lami yang tengah bersama Hina.

"Anyeong haseyo" sapa Jeno tepat di telinga Lami hingga empunya terkejut dan menoleh begitu saja.

"Ya! Jeno!" Erang Lami sedangkan Jeno tertawa, munjukkan eyesmile yang begitu manis. "Kau sehatkan?" Tanya Lami masih dirundung rasa khawatir.

"Tentu saja aku sehat" jawab Jeno.

Jeno terlampau senang bertemu Lami, hingga melupakan Jaemin yang masih disana. Ia merangkul pundak Lami dan mereka bersama menuju kelas meninggalkan Hina yang tengah berdecak begitu saja. Jaemin yang tadinya terdiam melanjutkan langkahnya dan berhenti di depan Hina.

"Selamat pagi Hina-chan" sapa Jaemin.

"Selamat pagi Jaemin" balas Hina.

"Bagaimana persiapan turnamennya?" Tanya Jaemin memecahkan keheningan di antara dia dan Hina yang kini menuju kelas bersama.

"Aku sudah sangat siap!" Ucap Hina mantap.

Jaemin tersenyum melihat ucapan Hina yang begitu percaya diri dan menggemaskan dengan aksen jepang gadis itu, menurut Jaemin. Hina dibuat malu oleh tingkahnya sendiri.

"Jaemin, bisakah kau datang ke turnamen untukku?" Tanya Hina dengan penuh harap.

Jaemin berpikir sejenak sebelum akhirnya mengangguk dan membuat Hina begitu bahagia.

"Aku akan datang bersama Haechan dan Renjun. Haechan sangat pandai menyemangati seseorang, aku yakin suaranya akan paling nyaring diantara penonton lainnya" ujar Jaemin.

"Sedang membicarakanku tuan dan nyonya?" Sindir Haechan yang baru saja datang bersama Renjun.

"Lihat Haechan, pagi-pagi sudah jalan berdua. Em... Atau mungkin berkencan?" Bisik Renjun sedikit keras yang memang sengaja menggoda Jaemin dan Hina. Kemudian Renjun dan Haechan berlari sebelum Jaemin dan Hina melayangkan protes.

"Ada apa dengan mereka?" Dengus Jaemin.

"Gong Hina!" Sapa seorang gadis, Seo Herin.

Hina dan Jaemin menghentikan langkah tatkala si ratu gosip sekolah, Seo Herin menyapa Hina dan menatap sinis ke arah Jaemin.

Crash | Book I (END)Where stories live. Discover now