My Answer

186 22 9
                                    

Ketika kami berada di taman kanak-kanak..

"Baekkie!! Ayo mainn~"

"Eomma!!"

Dia menangis dan bersembunyi dibalik kaki eommanya. Layaknya anak anjing, Baekhyun selalu menyalak dan menggigit telingaku karena aku terus menjahilinya. Lucu, manis, dan menggemaskan.

Ketika kami berada di sekolah dasar..

"Baekhyunee! Pulang bersama yuk!"

"Tidak mau!"

Dia akan menjadi maling dadakan yang mengendap-endap ketika melewati kelasku sepulang sekolah. Meskipun kami tidak sekelas pun, aku akan tetap mengajaknya ke kantin bersama setiap saat. Awalnya dia menolak, namun tak dapat berbuat apapun ketika aku menjanjikannya segelas milk shake stroberi.

Ketika kami berada di sekolah menengah pertama..

"Baekhyun-ah! Sekelompok denganku yuk!"

"Hn"

Dia hanya menjadi penanggung jawab ketika aku melakukan kesalahan saat mengerjakan tugas. Sikapnya semakin acuh. Kali ini kami berbagi kelas yang sama selama 3 tahun, namun Baekhyun tak banyak bicara ketika kami sedang berdua.

Ketika kami berada di sekolah menengah atas..

"Baek.. jadilah pacarku"

"...terserah"

Kami menjalin hubungan tanpa status yang jelas. Kencan kami hanya sebatas belajar kelompok. Selain itu, tak ada yang begitu berarti. Ia lebih fokus pada nilai dan cita-citanya.

Namun yang aku tau, kami spesial. Meski Baekhyun masih sering bergelanyutan pada pria dan wanita lain. Aku tau ada sepotong bagian diriku yang mengisi ruang hatinya.

Aku menengok ke arlojiku. Sudah lewat 15 menit sejak malam natal berakhir. Dan aku masih disini, di depan gerbang gereja, duduk sendirian menunggu Baekhyun yang tak kunjung datang.

"614 detik lagi..jika kau tak datang, maka semua berakhir" ucapku pada diriku sendiri.

Byun Baekhyun kini tumbuh menjadi pria yang sukses. Tengah berjuang mengambil gelar dokternya di salah satu universitas terkenal. Sementara aku? Heh, hanya seorang komposer musik biasa.

Hawa dingin mulai mengejekku. Kristal-kristal bening turun perlahan seolah memang ingin menemani kesendirianku. Di malam itu aku tersadar, bahwa Baekhyun memang tak pernah mencintaiku, tak pernah menganggapku lebih dari seorang pengganggu. Ia tertawa bersama siapapun, namun ketika bersamaku, ia akan terus berteriak marah dan mengatakan bahwa aku adalah pria terbodoh yang pernah ia temui.

Tepat pada jam 00.34 am, Baekhyun tetap tak terlihat. Membuatku semakin merasa direndahkan. Biarlah. 614 detik bahkan lebih waktu yang kuberikan, dia tidak akan datang jika dia memang tak menginginkannya.

Semua sudah berakhir. Baekhyun telah menjawab pertanyaan yang bahkan belum sempat kutanyakan padanya.

Aku berdiri, meremat bucket bunga mawar dengan kuat dan melemparkannya ke sembarang arah.

Namun ketika aku hendak melangkah pergi,..

Dia ada disana.

Menatapku dari kejauhan. Tubuhku membeku seketika ia mulai menghampiriku dengan segala pesonanya, dengan segala sisi elegannya. Turtleneck putih panjang dengan jaket warna pastel, surai rambut berwarna coklat madu, dan sebuah earphone putih menghiasi telinganya. Ia terus berjalan melewatiku, mengambil bucket bunga yang baru saja kubuang dan tersenyum kecil sembari menatapku.

How Can I Love Ya? [ChanBaek]Where stories live. Discover now