2* Cantik

18 8 2
                                    

"Cantik. Kata yang terlontar secara otomatis"
****

"Kamu nggak apa-apa?"

Julian terpaku dan bulu kuduknya mulai berdiri. Ia merasa ngeri melihat seseorang dengan rambut panjang yang tergerai dan baju bewarna putih, wajahnya pun samar-samar di lihat oleh Julian karena perempuan itu datang dalam gelap.

Julian tak bisa berkata-kata, seketika dia bisu saat melihat jelas wajah wanita yang menghampirinya.

"Kamu nggak apa-apa? Soalnya tadi aku liat kamu dikeroyokin sama preman jadi aku coba putar nada sirene polisi siapa tau berhasil dan ternyata bisa ngusir preman-preman itu" ujar wanita di hadapan Julian, wanita itu tidak mengenal Julian tapi ia bisa menolongnya.

Julian hanya diam menatap gadis cantik itu. Parasnya justru membuat Julian memerhatikan setiap inci wajahnya.

"Cantik" ucap Julian tanpa disuruh, kata-katanya terucap begitu saja.

Mata coklat yang bercahaya karena sinar bulan dan rambut indahnya yang tergerai jangan lupa, senyumnya membuat hati Julian bergetar. Cara bicaranya sangat halus layaknya seorang dewi.

"Kamu kenapa?" Tanya Gadis itu bingung melihat Julian yang menatapnya seperti orang kelaparan.

"Ehhh nggak kok, gue baik-baik aja. Lo kenapa bisa ada di dekat hutan, malah jalan sepi kek gini lagi" ucap Julian selekedar membuyarkan lamunannya.

"A-aku tersesat" ucap gadis itu dengan tatapan sendunya.

Julian melirik gadis itu dari bawah sampai atas dan ia melihat tentengan plastik indomaret berada di genggaman gadis itu.

"Kenalin gue Julian Fernando. Nama lo?"  Julian mengulurkan tangannya.

"Caca Kinanda. Julian tau daerah sini?" Balas Caca dengan menyambut uluran tangan Julian.

Julian mengangguk, dia hanya perlu motornya untuk keluar dari tempat itu. Teman-temannya tidak bisa diharapkan, selalu saja datang terlambat.

"Lo tunggu disini dulu. Gue mau ambil motor"

"TUNGGU! Aku ikut" cekat Caca dengan memegang pergelangan tanga Julian.

Julian menatap Caca, ia melihat aura ketakutan dari gadis di hadapannya ini, pasti gadis itu sangat ketakutan tadi sebelum bertemu dengannya.

Julian mengangguk, namun Caca tidak melepaskan genggamannya pada Julian dan juga Julian tidak mempermasalahkan hal itu, ia berfokus pada motornya.

****

"Maaf kalau motor gue nggak bisa nolongin lo. Gue yakin mesinnya masih bagus kok, cuma bahan bakarnya yang udah habis" ucap Julian dengan menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

Julian dan Caca berjalan beriringan, Julian menuntun motornya dan Caca dengan sekantung plastik indomaretnya.

"Nggak kok. Ketemu dengan kamu saja sudah cukup, jadi aku tidak ketakutan seperti tadi" jawab Caca, ia juga menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

Canggung. Mereka dalam keheningan, mereka tidak tahu apa yang ingin mereka bahas untuk memecahkan keheningan.

"Kamu.... kenapa bisa dikeroyokin sama preman-preman tadi?"  Tanya Caca penasaran dan juga memecah keheningan.

ONLY THENWhere stories live. Discover now