Bagian 37. Gara-gara Arrum

805 56 13
                                    

Selalu saja ada kesempatan untuk mempertemukan hati dan raga yang berusaha saling menjauh.

🕹🎮🕹

Pagi-pagi sekali Diandra berangkat ke kampus. Bukannya ia ingin menjadi dosen teladan apalagi tukang sapu kampus. Namun ia hanya ingin menghindari Bagas yang akan menjemputnya agar bisa ke kampus bersama.

Diandra tidak ingin beredar rumor antara ia dengan Bagas jika terlihat dekat. Meskipun pada kenyataannya memang benar bahwa ia sedang memiliki hubungan dengan Bagas. Lagipula dijuluki pedofil oleh mahasiswanya sendiri adalah hal yang sangat menakutkan.

Sesampai di kampus. Sama seperti biasanya meja Diandra akan dipenuhi oleh beberapa kado, bunga, dan surat. Ia merasa kewalahan menyimpan benda itu. Rasanya juga sangat mubadzir jika dibuang. Jadi ia hanya mengoleksinya di dalam lemari karena tidak memiliki waktu untuk mengurusi semua benda itu.

Tok tok tok.

Diandra mengerutkan alis melihat dibalik pintu berlayar kacanya berdiri seorang bapak paruh baya sambil membawa guci besar yang berisi bunga peace lily.

Diandra segera berdiri dan membuka pintu untuk bapak tersebut.

"Ada apa pak?" Tanya Diandra heran.

"Benarkah ibu bernama Bu Diandra Olivia?"

"Ya, saya sendiri." Jawab Diandra keheranan. Tumben ada tukang bunga yang mencarinya padahal ia tidak pernah memesan bunga.

"Maaf Bu, ini ada kiriman bunga dari Tuan Bagas Chandra Kusuma. Beliau berpesan agar bunga ini disimpan di sudut ruangan kerja ibu. Kata beliau, supaya ruangan Ibu nggak kekurangan udara yang bersih." Tutur Bapak itu senyam-senyum gaje.

Diandra memijit pelipisnya yang tiba-tiba saja pening. Bagas sungguh keterlaluan dan sangat berlebihan. Baru satu hari saja berpacaran dengannya tetapi ia sudah mengiriminya barang-barang mahal. Dilihat dari merk guci itu kelihatannya berharga jutaan. Jika saja Diandra tidak tega terhadap bapak tersebut yang telah bersusah payah mengangkatnya maka ia akan menyuruhnya untuk membawanya kembali.

"Saya simpan yah, Bu?" Kata Bapak itu lagi.

"Oh iya, silahkan." Ucap Diandra mempersilahkan bapak itu memasuki ruangan kerjanya.

Bapak itu segera menyimpan guci bunga tersebut di sudut ruangan kemudian lekas pergi setelah berpamitan dengan Diandra.

Diandra segera mendaratkan pantatnya di atas kursi. Tiba-tiba Arrum menyerobot masuk ke ruangannya tanpa permisi.

"Cie dapat kiriman bunga mahal." Ledek Arrum terkekeh kecil.

Diandra menghela nafas dan kembali fokus ke pekerjaannya.

"Dari berondongmu yah Dee, Bagas Chandra Kusuma?" Goda Arrum memainkan kedua alisnya.

Diandra menghentikan pekerjaannya lalu menatap Arrum, "Kamu kenal Bagas?"

"Tau bukan kenal. Dia kan mahasiswa dari kampus ini. Lagian dia itu adalah putra tunggal Pak Kusuma, rektor kampus kita."

"Oh my god! Demi apa?" Pekik Diandra terkejut bukan main.

"Cie calon menantu Pak Rektor. Lagian tuh yah kamu itu nggak cerita kalau kalian udah pacaran. Seandainya aja kemarin Bagas nggak nyanyi buat kamu di cafe, aku mana bisa tau kalau kalian pacaran. Kamu ini sebenarnya nganggap aku teman nggak sih?" Ujar Arrum cemberut.

"Bukan gitu Rum. Kemarin itu Bagas baru nembak aku."

"Nembak? Jadi diterima?" Tanya Arrum antusias.

"Iya." Jawab Diandra manggut-manggut lalu kembali melanjutkan pekerjaan untuk menutupi wajah sendunya. Biasanya orang yang jadian akan senang. Namun ia malah sedih setelah melepas masa kejombloannya.

14 DAYS MEET IN HAGO [PRE ORDER]Where stories live. Discover now