30

319 28 0
                                    

❣️ Happy reading ❣️


"Vin!"

"Gin!"

ucap mereka bersamaan, yang berakhir saling diam. Regina kembali menatap ke luar jendela, hujan begitu deras malam ini. Suasana di dalam mobil tiba-tiba terasa canggung.

"Kamu duluan!" lagi ucap mereka bersamaan.

Kevin mengalah dia memilih diam dan menunggu gadis itu bicara, entah mengapa hawa di sekitar mereka teras panas padahal di luar sedang hujan, lantas Kevin meningkatkan suhu dingin AC mobil.

Ternyata keterdiaman nya justru tidak membuat Regina membuka suara, lagi-lagi Kevin harus mengalah.

"Regina, aku minta maaf," ucap Kevin dengan pandangan fokus pada jalanan.

"Buat apa? Kita udah gak ada hubungan apa-apa lagi," jawab Regina tenang, seolah apa yang terjadi tidak berarti apa-apa, padahal jauh di lubuk hatinya Regina kecewa.

"Maaf, karena kemarin aku udah bawa-bawa kamu ke dalam masalah aku."

"Aku sih udah biasa, ternyata aku sudah ngambil keputusan yang tepat," gumam Regina, untuk sesaat keduanya saling tatap.

"Aku kemarin di tuduh, ada yang nuduh aku ikut tawuran antar sekolah malam itu, nyatanya aku sama sekali gak ikutan, karena itu aku bilang malam itu aku lagi sama kamu, maaf ya," ucap Kevin prihatin. Dengan tatapan lembut yang sama, Kevin berhasil membuat Regina terpaku.

Secepat mungkin Regina menghindar dari tatapan Kevin yang selalu menjadi kelemahannya.

"Oh," Balas regina datar.

Entah mengapa Kevin tidak terima dengan sikap Regina yang begitu dingin malam ini. Biasanya gadis itu akan selalu meramaikan suasana perjalanan keduanya. Namun, kini suasana ramai itu tergantikan oleh keheningan.

"Maaf, aku terlambat ngasih tau kamu kalo Bu Maya ibu aku, terus Angel adik perempuan yang pernah aku ceritain ke kamu dulu."

Regina menatap penuh pada Kevin yang juga menatap ke arahnya sebentar, mata gadis itu terlihat berkaca menahan sesuatu dalam dirinya, sedikit saja ia berkedip satu tetes air mata itu mungkin luruh membasahi pipi mulusnya.

"Kenapa Vin? Kenapa? Aku gak pernah cari tau, tapi Tuhan selalu ngasih tau semua nya ke aku Vin! Hiks.... Vin sembilan bulan Vin!... Kita pacaran sembilan bulan tapi...argghhh..hiks." gadis itu berhenti sejenak mengusap air matanya yang luruh. Menemukan Regina yang menangis terisak Kevin menepikan mobilnya. Ia mendekat pada Regina yang menutup kedua wajahnya, tubuhnya bergetar menahan tangisnya yang tak bisa ia tahan. Kevin kecewa pada dirinya sendiri bisa-bisanya ia membuat gadis yang ia sayang menangis karena perbuatannya.

Kevin merengkuh tubuh Regina, Regina tidak menghindar. Gadis itu malah membalas pelukan Kevin, gadis itu rindu. Rindu pelukan hangat lelaki di hadapannya, rindu menangis karena nilai sekolahnya yang selalu buruk, Kevin lah penyemangat sekaligus guru yang selalu mengajarinya banyak hal, lelaki yang saat ini tepat berada di pelukannya. Namun, lelaki yang paling pandai dalam menyakitinya.

Kevin mengusap rambut panjang Regina yang terurai indah. Ia tidak memperdulikan Regina yang beberapa kali membersihkan ingusnya menggunakan jaket yang ia gunakan.

"Maafin aku gin, aku minta maaf ya, please don't cry," bisik Kevin lembut tepat di telinga Regina, bukannya berhenti menangis gadis itu tambah histeris. Mengingat keduanya sudah putus.

"Cukup Vin! Rahasia apa lagi yang gak aku tau, tapi sekalipun aku tau, aku bahkan gak berhak marah sama kamu," ujar Regina ia sama sekali tidak ingin melepas pelukan Kevin, wangi yang khas tercium sudah menjadi candu gadis itu, seolah Regina lupa lelaki di hadapannya sudah di miliki orang lain.

"Apa yang Angel bilang benar? Aku bukan prioritas kamu kan! bahkan kamu sampai tutupin soal keluarga kamu, yang ternyata mereka ada di sekeliling aku, kamu cuma ngajak aku ke apartemen kamu itu dan kamu dengan tega nya bilang orang tua kamu gak tinggal di Jakarta! Tapi nyatanya..hikss.. mereka tinggal di Jakarta!" jelas Regina panjang lebar. Kemudian, melepas pelukan Kevin.

Kevin menatap Regina sendu karena merasa kehilangan, iapun sama merindukan pelukan hangat dari gadis yang kini mulai ia kagumi sosoknya.

"Gin." Regina menepis tangan Kevin yang mencoba meraih tangannya.

Kevin merasa egonya terluka melihat Regina yang begitu menolaknya. Sama sekali tidak ingin menjalankan mobil, ia memperhatikan sekitar, ternyata tempat mobilnya berhenti cukup sepi. Kembali lelaki itu menarik lengan Regina, berhasil! Bagaimana tidak? Kevin bahkan sudah menciumnya tanpa aba-aba, tentu saja Regina terkejut dan tidak di beri kesempatan untuk melakukan penolakan. Kedua tangannya sudah memegang tengkuk dan wajah Regina, memperdalam ciuman mereka. Sementara bibirnya sudah bermain dengan bibir Regina, mengigitnya pelan, membuat Regina tanpa sadar membuka mulutnya dan memberi akses lidah Kevin ke dalam.

Siapapun tidak akan ada yang mampu menolak pesona seorang Kevin, begitupun yang di alami gadis itu saat ini. Benar-benar di luar kendali keduanya, Regina tidak bisa berpikir hingga membuat Kevin menggunakan itu dengan terus bermain dengannya selama beberapa waktu. Hingga tanpa sadar Regina mengeluarkan erangan.

Untunglah, pada saat Kevin mengambil jeda untuk menarik napas, Regina segera tersadar! Lalu, mendorong tubuh Kevin dan memberinya tamparan keras disaat napasnya sendiri masih memburu.

"Kamu gila! Kenapa kamu ngelakuin itu!"

Sentakan Regina tak membuat Kevin takut, justru lelaki itu memberikan senyum smirknya pada Regina, matanya fokus menatap bibir Regina dengan usapan lembut oleh ibu jarinya.

"Kenapa?"

"Kamu tanya kenapa? Kalo Vira tau dia pasti bakal kecewa banget sama kamu!"

"Tapi Vira gak bakal tau."

"Huh?"

"Karena gak bakal ada yang ngasih tau! Emang kamu mau ngasih tau?"

Regina menutup wajahnya, ternyata ia terlalu berlebihan. T-tapi, ah sudahlah! Kevin memang sulit di tebak.

Regina menyentuh bibirnya ia membayangkan perbuatannya tadi dengan Kevin, jika sedang berpacaran dengannya mungkin saja rasanya biasa. Namun, kejadian tadi benar-benar membuatnya terlihat seperti selingkuhan, mengingat Vira adalah kekasih Kevin saat ini.

Beberapa kali Regina menguap. setelah kejadian tadi Kevin benar-benar membuat Regina kebosanan. Gadis itu sama sekali tidak di beri kesempatan untuk berkomunikasi dengannya seperti tadi, ia menemukan sebuah buku di dashboard mobil, sedikit terkejut, mengetahui buku yang pernah ia berikan pada Kevin masih tersimpan.

Ia membaca sedikit demi sedikit isi buku, hingga kantuk menyerangnya, gadis itu sudah tidak tahan lagi. Regina berakhir tertidur dengan buku yang ia genggam di perut nya.

Diam-diam Kevin tersenyum memperhatikan tingkah Regina yang menidurkan dirinya sendiri, setelah menghabiskan banyak tenaga untuk menangis. Tangannya melayang menyentuh kepala Regina. Lalu, mengusapnya pelan agar gadis itu tidak terganggu dalam tidurnya. Kevin memperhatikan wajah Regina yang terlihat tenang ketika tertidur berbeda sekali dengan dirinya ketika terbangun.




Bersambung....


ReKeyara Where stories live. Discover now