07; Bastard

11.5K 1.1K 111
                                    

Ujung sepatu yang kotor.

Begitu terlihat kusam dan kumuh, sangat kontras dengan warna putih.

Sooji berdiam diri di sana—duduk di atas closet tertutup—tanpa menangis, tanpa berkedip. Ia melamun beberapa lamanya usai melakukan pekerjaannya hari ini.

Atensinya kembali jatuh ke bawah. Ujung sepatunya, sepatu putih yang kotor. Bahkan ia tidak bisa membayangkan bagaimana kotornya alas kaki yang setiap hari terseret di atas tanah.

Tapi memang takdir sepasang sepatu seperti itu. Sebagus apapun bentuk dan semahal apapun harganya, letaknya tetap di kaki.

Bukan di atas kepala.

***

Hari ini Sooji tidak banyak berbicara. Ia berangkat pagi dan pulang sore hanya untuk membersihkan ruangan yang biasa para staff lain gunakan, baik setelah atau pun sesudahnya. Lalu, menata semua baju yang ia terima dari coordi noona untuk di tata di ruang tertentu dengan apik dan rapi.

Sooji pulang setelah semua pekerjaannya selesai. Ia sengaja buru-buru menyelesaikan rugasmya sebelum member Bangtan dan semua staff yang mengantarnya kembali ke gedung agensi.

Pintu utama tertutup, Sooji bersandar pada pintu dan jatuh terduduk. Pikirannya kosong begitu melihat isi rumahnya kembali. Kedua matanya terpejam, sebelum Sooji masuk ke dalam kamarnya ia masih ingat dengan jelas bagaimana gambaran dua hari lalu, sebelum mereka—Taehyung dan Sooji—meninggalkan tempat itu di dalam rumah sewanya.

***


[that night]

Setiap inci permukaan kulitnya terbuka, hawa dingin, bersamaan dengan rasa sakit menghantamnya begitu keras secara berulang-ulang tepat pada inti tubuhnya, sebab hal itu Sooji terbangun. Awalnya hanya berupa rintihan, sampai ia sadar jika seorang pria dengan raut wajah yang familiar melakukan hal yang tidak senonoh padanya.

Sooji hampir berteriak histeris, tapi tubuhnya terlalu lemah kala ia tersadar. Sementara pria itu masih melakukan hal-hal tidak pantas pada tubuh telanjangnya.

Lemahnya Sooji bukan berarti ia sama sekali tak ingin melawan dan tak mampu melawan. Ia masih bisa memberontak, jika tangannya tidak tercengkeram kuat, bibirnya dilumat—digigiti seolah bibirnya sejenis daging alot pada menu makanan.

Tubuhnya bergetar hebat kala, sesuatu yang tak pernah ia rasakan sebelum ini melandanya begitu hebat, berdenyut dengan milik pria itu yang masih bergerak di dalamnya semakin cepat, semakin intens dan hentakan dalam bersamaan dengan semburan hangat memenuhinya.

Punggung Sooji melengking, kedua matanya terpejam erat.

Napas pria itu terengah-engah, desahannya sangat dalam dengan nada terendahnya. Peluh menetes dan menyatu di antara suhu tubuh keduanya yang memanas tatkala bersentuhan secara langsung tanpa penghalang apapun.

Tatapannya sayu, kemudian berubah menjadi tatapan dingin penuh tuntutan dan gejolak emosi. "Jika sampai kau membiarkan orang lain tahu. Maka akan ada yang lebih buruk daripada ini."

Hal yang tak Sooji mengerti, di sini ia yang di rugikan. Namun kenapa pria itu menuntutnya seperti Sooji adalah seorang tersangka.

Cengekeramannya terlepas, meninggalkan bekas merah di kedua pergelangan tangan Sooji. Wanita itu membekap bibirnya sendiri seraya menangis tersedu-sedu.

Sakit tak tertahankan kembali menjalari bagian sensitifnya ketika milik pria itu ditarik keluar. Sakit, perih dan pastinya berdarah karena ini kali pertama baginya.

Sooji mengigit bibir bawahnya kuat. Sakit, walaupun dalam hitungan menit sudah mulai mereda.

Ikatan kakinya terlepas. Sooji merasa kulit kakinya juga terdapat lecet karena terasa perih. Pria itu membuang talinya sembarang arah. Tangannya mencengkeram rahang Sooji.

"Kau ingat baik-baik, menurutlah atau jika tidak, maka hidupmu akan semakin hancur." Jari-jarinya menghempaskan wajah Sooji dengan kasar.

Beberapa helai rambut terlempar mengenai wajahnya, bercampur dengan air matanya sendiri. Berantakan, sekaligus menggairahkan. Jika pria itu tidak ingat ia harus sampai rumah sebelum pagi menjemput, maka ia pasti akan kembali menyerang Sooji.

Pria itu bangkit, memakai pakaiannya dengan rapi meskipun dengan tidak membersihkan sisa-sisa aktivitas mereka. Bibirnya menyeringai, kedua matanya menatap Sooji penuh hina kemudian pergi dari sana, meninggalkan Sooji—si korban pemerkosaan.

Jarinya menjambak rambutnya sendiri, Sooji mengerang tertahan. Seketika itu ia membenci dirinya sendiri. Dirinya yang kotor dan dihinakan oleh pria yang menikmatinya.

Taehyung, brengsek! Makinya.

***


Xx,
starbookdialy.

ORPHIC || KTH ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang