22; Y

5K 749 41
                                    

"Sooji? Kau baik-baik saja, Sayang?" Teriak ibunya di depan pintu kamarnya.

Tapi yang dilakukan wanita itu justru menutup pintunya rapat-rapat. Jantungnya berdegup kencang.

"Sayang?" Tanya ibunya sekali lagi sembari mengetuk pintu.

"Keluarlah, ayo makan malam. Ibu masakkan makanan kesukaanmu." Beberapa saat ibu Sooji terdiam, namun ia tidak pergi dari sana. "Kau baik-baik saja, Sooji?"

Tanpa wanita paruh baya itu sadari, Sooji sedang menangis di balik pintu. Ait matanya mengalir deras. Namun ia berdeham hanya untuk menjawab ibunya, agar ibunya pergi dari sana.

"Baiklah, ganti bajumu lalu pergi makan, hm?"

Langkah kaki terdengar menjauh dari sana. Sooji semakin terisak. Pertanyaan-pertanyaan itu muncul di kepalanya.

Tidak mungkin, bagaimana bisa dia sampai di sini? Taehyung tidak mungkin ke mari untuk menemuinya, kan? Tidak mungkin dia tahu keberadaannya tepat di sini.

Bagaimana bisa?

Tapi, baru saja itu benar-benar...

Kepala Sooji berdengung seketika. Ia memegang kepalanya yang luar biasa sakit.

Tubuhnya merosot jatuh, kepalanya menunduk seraya merintih.

Memori buruk yang baru saja ia lupakan dengan membuka lembaran baru dan berusaha hidup dengan tenang kini terusik kembali.

Napas pria itu terengah-engah, desahannya sangat dalam dengan nada terendahnya. Peluh menetes dan menyatu di antara suhu tubuh keduanya yang memanas tatkala bersentuhan secara langsung tanpa penghalang apapun.

Tatapannya sayu, kemudian berubah menjadi tatapan dingin penuh tuntutan dan gejolak emosi. "Jika sampai kau membiarkan orang lain tahu. Maka akan ada yang lebih buruk daripada ini." Kedua sorot mata Taehyung yang kelam menatapnya penuh amarah dan ancaman.

Sooji menggeleng keras. "Aku tidak mau." Jemarinya memeras surainya sendiri tanpa memikirkan jika itu semakin membuatnya sakit.

Ia sangat ingat kejadian malam itu. Seketika Sooji merasa sangat hina dan menjijikan. Pria itu mengerikan. Tidak bisakah Sooji dijauhkan darinya dan hidup dengan tenang?

Ia hanya ingin hidup dengan tenang dengan menjauhi semua masalah dan traumanya.

"Ku mohon." Rintihnya diiringi dengan isakan.

———

Angin malam berhembus menerpa surainya hingga menutupi kening. Kedua telapak tangannya terasa dingin hingga bersembunyi di dalam saku celananya.

Hingga sampailah malam itu, Taehyung tiba di penginapan dengan selamat.

Memang, di depan penginapan tidak terlihat seperti seseorang mondar-mandir dengan khawatir menunggu kedatangannya. Tapi entah apa reaksi temannya ketika melihatnya masuk ke dalam sana. Pasti akan ada pertanyaan yang mereka tanyakan padanya nanti.

"Paman tidak ingin mampir sebentar?" Tawarnya pada ayah Sooji.

"Tidak perlu. Sudah malam, pergilah istirahat."

Taehyung tersenyum ramah. "Terima kasih sudah menunjukkan jalan pulang."

"Tidak masalah. Datanglah ke rumah besok dengan teman-temanmu, akan kami siapkan makanan yang enak untuk kalian."

"Tentu." Taehyung mengangguk.

"Kalau begitu, aku pulang."

"Ah, ya. Hati-hati di jalan, paman. Selamat malam." Taehyung menunduk hormat pada pria paruh baya itu. Sementara pria itu menengok ke belakang seraya melambaikan tangannya.

Sangat tidak sopan menolak undangan untuk datang bertamu, pikirnya. Taehyung tersenyum simpul, setelah itu ia masuk ke dalam penginapan begitu saja.

Seokjin yang melihat kedatangannya lantas menghampiri Taehyung. "Taehyung-ah?! Astaga! Kau darimana saja? Kau kami mencarimu ke mana-mana."

"Aku tidak ke mana-mana. Kalian yang tidak ada di penginapan siang hari. Jadi aku keluar jalan-jalan."

"Sampai malam? Katakan kau ke mana saja?" Tanya Seokjin lagi.

"Taehyung? Itu kau?" Jimin muncul dari bilik kamarnya. "Aku menelfonmu tadi, kenapa tidak kau angkat?"

"Aku hanya ke rumah warga sini, menumpang makan dan mandi. Ponselku ketinggalan." Jawabnya pada Jimin dan Seokjin. "Sudah? Aku sudah pulang dengan selamat. Bisa aku pergi tidur? Aku lelah sekali."

Taehyung melewati kedua orang itu, lalu staf yang lain muncul dari luar. "Apa itu tadi suara Taehyung?"

"Oh? Ya, dia baru saja kembali." Sahut Jimin. "Sudah, ayo pergi tidur. Dia sudah kembali dengan selamat."

"Untung saja, aku hampir menghubungi manajer hari ini."

"Jangan macam-macam, dia bisa marah besar nanti." Seokjin memperingati.

"Akhirnya bisa tidur dengan nyenyak." Lega Seokjin kemudian, lalu ia masuk ke dalam bilik yang sama dengan Jimin dan Taehyung.

Sementara Taehyung mengganti pakaiannya, Jimin masuk dan menanyai perihal Taehyung menghilang sejak siang tadi hingga petang ini. Bagaimana pun juga dia ingin memastikan tidak ada yng di sembunyikan pria itu, apalagi di tempat yang jauh dari tempat mereka berasal.

"Kau sungguh tidak macam-macam, kan?" Tanya Jimin curiga.

Taehyung menghela napasnya. "Macam-macam apa? Dengar, orang-orang di penginapan tadi tidak ada. Bahkan kalian tidak membangunkanku untuk mengajakku keluar sana. Apa yang kau pikirkan? Aku tidak tahu daerah sini, aku hanya jalan-jalan lalu warga sini menawarkanku pergi ke rumahnya untuk makan. Itu saja."

"Baiklah." Ucap Jimin pasrah. Taehyung benar-benar bersikukuh dengan pernyataannya. "Kalau begitu ajak aku ke rumah orang itu."

Taehyung terdiam. "Apa?"

"Ajak aku ke rumah orang yang kau maksud."

"Untuk apa?"

"Setidaknya untuk berterima kasih karena dia sudah berbaik hati menerimamu sebagai tamunya."

Taehyung menurunkan bagian bawah kaosnya, kemudian berbalik menatap Jimin. "Baiklah." Ucapnya mengiyakan.

———

Xx,
starbookdialy.

ORPHIC || KTH ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang