Prolog

7.3K 567 38
                                    

"Bodoh!"

"Mati saja sana!"

Suara tawa terdengar samar di telinga lelaki yang kini terduduk  memunguti bukunya yang sudah disobek-sobek. Ia hanya bisa diam dan tak melawan.

"Hey, orang kaya manja!" Rambut hitam itu dijambak ke belakang oleh pemuda berbambut pirang yang terlihat sinis padanya. "Kalau kau berani lapor pada guru, maka kau akan tahu akibatnya." Dilepaskannya kepala si raven dengan kasar sebelum ia pergi dari toilet pria bersama komplotannya.

Rasa sakit yang ia dapat barusan tidak seberapa dengan yang biasanya. Setidaknya hari ini orang yang membulinya tidak memasukkan kepalanya ke dalam kloset.

KLEK

Seseorang dari luar terlihat terkejut saat melihat keadaan lelaki yang habis dibuli itu. Tak berani untuk ikut-ikutan atau pun menolong, ia pun keluar lagi bagai tak pernah melihat apa yang telah terjadi.

Si raven yang kini sendirian terduduk di lantai toilet yang dingin dan keras. Apa lagi yang harus dilakukan? Ia tidak bisa melapor karena itu akan merepotkan orangtuanya.

Pemuda berseragam SMP itu meratapi nasibnya. Semua ini terjadi karena ia membela salah seorang temannya yang dibuli waktu itu. Namun siapa sangka jika keesokan harinya target para pembuli itu berganti kepada dirinya sendiri. Teman yang sebelumnya ia bela pun kini selalu pura-pura tidak melihat apa yang dialaminya.

"Sabar, Sasuke. Sebentar lagi kau akan lulus dari sini dan bisa memulai lembaran baru."

***

"Hoi! Kau melamun, Uchiha-san?"

Bola mata onyx itu mengerjap saat seorang gadis di sampingnya membuyarkan semua lamunan masa lalunya yang masih membekas.

"Kau mengatakan sesuatu, Shion?" Sasuke mengambil cangkir kopinya yang ternyata sudah tidak hangat lagi. Ia pun bangkit dari mejanya menuju pantry untuk membuang kopi itu.

"Eh? Kopimu tidak habis dan kau ingin membuangnya?" Neji yang kebetulan di sana pun mengernyitkan alisnya.

"Sudah dingin."

Neji pun berbalik saat melihat jam istirahatnya yang hampir habis. "Jangan lupa nanti kita masih akan melanjutkan rapat untuk para manajer, Uchiha-san," ucapnya sebelum pergi dari pantry.

"Hn."

Sasuke yang sudah membuat kopi lagi kini terduduk pada salah satu bangku di pantry. Di sana tidak terlihat ramai seperti biasanya. Mungkin para karyawan sudah kembali ke meja masing-masing, mengingat waktu istirahat hampir habis.

"Hei, tadi Miyoshi-san pulang lebih awal karena mengurus anaknya," suara seorang wanita yang tidak jauh dari Sasuke.

"Anaknya sakit?"

"Bukan. Kudengar anak perempuannya ditindas oleh teman sekelasnya."

"Hah? Memangnya kenapa putrinya?"

"Kudengar dari adikku yang sekolah di sana, anak itu tidak bergaul dengan teman-temannya," wanita yang memulai gosip itu menjelaskan.

"Hah? Lebay sekali anak-anak zaman sekarang!" salah seorang wanita di sana  setengah berteriak.

"Ssttt! Kecilkan suaramu."

"Sudah, sudah. Kita kembali ke meja masing-masing saja."

Sementara itu, lelaki yang sejak tadi mendengarkan masih terduduk di bangkunya tanpa ada niatan beranjak pergi sedikit pun. Mendengar kata 'bullying' membuatnya merasa tidak nyaman dan membuat ia mengingat lagi sesuatu yang tidak ingin diingatnya.

"Di sana ternyata. Ayo, sebentar lagi kita mulai rapatnya." Seseorang di pintu pantry mengajaknya untuk bergegas.

"Iya."

Sasuke beranjak meninggalkan kursi si sana. Dengan kehidupan yang sekarang, tentu tidak akan ada yang memperlakukannya seperti dulu lagi. Menindasnya? Tentu si penindas akan berpikir dulu sebelum menindas si pemegang sabuk hitam tersebut.

Aku berbeda dengan Sasuke yang dulu.

***

Hai!

Waduh berat amat ya saya bikin yang beginian wkwkwk

So, lanjut gak ya?

Byee~~~

[6 Januari 2019]

My Lovely Bad BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang