28; Hampir Depresi

1K 125 15
                                    




*




"Buat lo"

Gue bingung dong tiba-tiba di kasih hadiah. Tapi, tetep gue terima bungkusan kotak yang gak terlalu besar itu.

"Boleh gue buka?"

"Buka aja. Itu hadiah kelulusan dari gue buat lo"

"Beneran, bang?"

"Gue suka-"
























Gue gak tau lanjutannya. Karena itu cuma MIMPI gue semalam. Mimpi yang gue andaikan itu jadi kenyataan. Tapi, nyatanya kenyataan pahit yang gue dapat.

Lebih pahit lagi, H-3 ujian kelulusan ini semua siswa udah dapat kartu ujian. Tinggal gue yang masih nahan nyeri di balik sikap biasa gue.

"Na, kok lo belum dapat?"

"Gue kan udah bilang, gue gak ikut ujian, Lis"

"Jangan boong, lo. Yakali gak ikut ujian?"

"Kalo gue ikut udah dapat kartu kayak kalian pasti"

Lisa langsung nepuk pundak gue.  Kalo bahasa FF; matanya menelisik mengikuti bola mataku yang bergerak. Dia semakin dalam menatapku. Berusaha mencari kebohongan dari sudut mataku.

"Gue gak percaya sama lo, Na"

"Ya udah sih. Gue juga gak minta lo percaya kok. Bye!"

"Na, lo mau kemana?"

"Toilet! Mau ikut?"

"Ogah!"

Itu cara gue becanda sama lisa. Kadang Lisa percaya karena tampang datar gue pas bercanda. Tapi, yang Lisa gak tau, ada rasa sedih di balik itu.

Akhirnya, gue nangis di dalem toilet. Gak bersuara kok. Nanti gue dikira abis di cabulin di toilet kan bahaya.

Ujian, Min Yoongi, Masa depan, Orang tua gue. Tiba-tiba pada muncul di otak gue.

Ujian: gue belum bisa pastiin bisa ikut.

Min Yoongi: Perasaan yang selalu tak terdeskripsi.

Masa depan: Gue udah gak berharap ada masa depan. Karena setelah ini gue cuma bakal kerja. Lulusan SMA, mentok di toko ato pabrik.

Orang tua: Mereka pasti lagi kesusahan ngumpulin duit buat gue.

Di bilang frustrasi, ya bahkan gue hampir depresi mungkin. Mungkin sebagian di antara kalian gak tau sakitnya ngelepas impian. Karena kalian bisa menggapai impian itu.

Tapi, gue?

Impian gue dari awal masuk SMA, setelahnya gue bisa ngelanjutin kuliah, lulus sarjana, kerja di tempat yang gue pengen, bisa ngebanggain ortu.

Faktanya, sekedar ngelangkah kesana aja gak bisa. Mikirin ini lebih sedih daripada mikirin bang Yoongi asal tau aja.





.








Dia mendekapku, setelah ku ceritakan kesedihanku. Mengusap punggungku, memberikan ketenangan yang langsung dapat ku rasakan.

"Masih mau menangis?" Tanyanya. Aku hanya mengangguk.

"Sampai kapan?"

"Sebentar lagi, hiks" jawabku, masih sesegukan.

"Kau bisa sesak, nanti"

"Hatiku lebih sesak kalau kau ingin tahu"

"Baiklah"

Dia mengalah. Membiarkanku terus berada dalam dekapannya. Sesekali pria yang kini menjabat sebagai kekasihku ini mengecup keningku.

Manis,

Itu yang ku rasakan.

--

'kakak, aku baper'

'kakak tanggung jawab aku terhura'

'thor, double up, pliisssss'

'thor gimana ini? Aku kudu meluk siapa?'

'kakak, jangan lama2 ngilang'







Rencana Tuhan sama rencana Author emang beda, ya?

Rencana author emang manis. Tapi, rencana Tuhan?

Who knows about that.

Nobody knows.






•••

Skul Luv Affair; Bukan Fanfiction / ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang