PART 1 (KETIDAKSENGAJAAN)

79 16 55
                                    

Siang itu, Kiera dengan anggun memakai jubah berwarna ungu yang dihiasi pernak-pernik aksesoris yang menambah kesan anggun bila dikenakan. Tak lupa, setelan jilbab berwarna sama sudah menutupi kepala dan dadanya, guna menghindari pandangan syahwat dari lawan jenis.
Dipandangi dirinya dari pantulan cermin, sambil sesekali tersenyum tipis memandangi wajahnya melalui benda bening itu.

Setelah semuanya beres, Kiera segera melangkahkan kakinya keluar rumah. Tak lupa ia menutup pintu dan menguncinya. Ya ... Hari ini kiera akan menghadiri pengajian yang ada di masjid kampungnya. Kiera berjalan kaki untuk menuju tempat tersebut. Selama dalam perjalanan, ia dengan hati-hati menjaga pandangannya. dan apabila ada lawan jenis, ia secepat mungkin menundukkan kepalanya. Sebagai wanita muslimah, ia tak mau mendapat dosa dari tindakan itu. Kiera benar-benar takut bila nanti ia terjerumus kedalam neraka. Membayangkannya saja sudah membuat dirinya bergidik ngeri.

Tak jarang, selama perjalanan, banyak laki-laki yang menggodanya. Kebanyakan yang melakukannya adalah pemuda yang nongkrong di warung.

"Hai, Cantik! Mau kemana?" ucap seorang pria menggoda Kiera.
Kiera diam tidak menjawab. Ia tetap menundukkan kepala, sambil berulang kali mengucapkan istighfar.

"Mau ditemani, ngak?" Kini giliran pemuda satunya yang bicara. Orang itu mendekati Kiera. Kiera yang menyadari hal itu, segera berlari menjauh dari orang-orang yang suka menebar kemaksiatan.
Ketakutan sudah merasuki jiwa Kiera. Ia benar-benar tidak mau disentuh laki-laki manapun, Kecuali mahramnya sendiri.

Setelah beberapa menit ia jalan kaki, akhir kiera sampai juga di tempat itu. Suasananya benar-benar ramai. Banyak orang-orang yang sudah duduk rapi mengisi tempat yang insyaallah barokah itu. Kiera sendiripun bergegas mencari tempat kosong. Matanya mengitari setiap tempat yang penuh sesak dengan lautan manusia itu. Pandangannya jatuh pada tempat yang ada dibagian belakang, yang dominan diisi oleh ibu-ibu. Ia langkahkan kakinya ke tempat itu, segera kiera duduk dengan manis, mengingat acara tersebut akan segera dimulai.

Setelah beberapa rangkaian acara selesai. kini tibalah pada acara inti, Yakni Mauidhotul Hasanah. Ceramah tersebut akan dibawakan oleh seorang pemuda, lulusan dari Pondok Pesantren. Setelah namanya dipanggil, pemuda tersebut segera naik ke mimbar. Dengan senyuman yang hangat dan bersahabat khas santri, pemuda itu memulai dengan mengucap salam. Dengan lancar dan lantang, ia menyampaikan ceramah. Penyampaian yang sopan dan penuh kewibawaan, membuat pendengar meresapi akan makna yang diutarakan.

"Baiklah, ditempat yang penuh berkah ini, saya menyampaikan sebuah siraman rohani yang semoga dapat mempertebal keimanan kita kepadanya.

Sekarang di era milenial ini, banyak oknum yang menyalahgunakan agama. Tak jarang, kita melihat disosmed atau dikehidupan sehari-hari orang-orang yang dengan mudahnya mengadu domba antar agama.lihatlah! betapa bodohnya mereka, agama sebagai tempat pembentukan jati diri malah dibuat sebagai permainan dan bahan candaan. Apakah itu termasuk suatu perbuatan yang berfaedah? Saya rasa tidak ada sedikitpun kemaslahatan dari tindakan itu. Malah yang ada akan merusak hubungan antar manusia.
Sungguh, sangat miris saya melihat hal itu.
Malah yang lebih parah lagi, Islam dianggap sebagai agama yang radikal dan agama yang membawa kehancuran bagi kehidupan. wanita-wanita bercadar dicurigai sebagai teroris, sehingga sekarang derajat kaum bercadar semakin ternistakan akibat akal-akalan oknum yang seakan tanpa dosa menjelekkan agama islam.
Ribuan nyawa tak berdosapun ikut melayang akibat ulah seorang teroris yang mengatasnamakan Islam.
Naudzibillahimindzalik, semoga kita semua tidak termasuk kedalam golongan orang orang tersebut." pemuda itu menyampaikan panjang lebar mauidhotul yang begitu berharga bagi para jama'ah yang hadir.

Subhanallah, sungguh mauidhohnya begitu meresap kedalam hati. Kiera begitu takjub mendengarnya. Pandangannya pun tak luput dari pemuda itu.
Ia benar-benar sangat tampan, wajahnya yang berseri-seri terlihat bahwa itu merupakan pancaran dari air wudhu.
Hatinya terasa berdegup kencang ketika ia memandang wajah tampannya.

SEMUA TENTANG TAKDIRWhere stories live. Discover now