PART 3 (bunuh diri?)

25 7 2
                                    


Jam 11.00

Fakultas sastra heboh. Bukan! Bukan cuma fakultas sastra. Tapi seluruh penghuni Universitas Indonesia. Semuanya panik. Para mahasiswa dan dosen berlarian menuju tempat kejadian. Yang semula fokus dengan pelajaran, kini kalang kabut tak menentu.

Di sana ternyata sudah ada polisi yang menginterogasi. Semua seakan tak percaya dengan kejadian ini. Baru kali ini ada kejadian seperti itu.

Kiera menutup mulutnya erat. Ia sekarang berdiri mematung di tempat itu. Antara percaya dan tidak, semuanya berlalu begitu cepat.
Secepat inikah takdir?

Terlihat di sana petugas menggotong mayat tersebut. Banyak bercak darah yang berceceran di lantai. Goresan pisau terlihat di leher korban, tangannya pun banyak mengeluarkan darah. Keadaannya benar-benar mengenaskan!

Kiera menangis tersendu-sendu melihat kejadian tersebut. Tak kuat melihatnya, Kiera bergegas berlari menuju kelasnya.

"Kie, tunggu!" Devjuliane yang bingung langsung mengejar Kiera. Kiera tak menggubris ucapan sahabatnya itu. Ia tetap berlari dengan membawa kesedihan yang mendalam.

Hanya menangis yang bisa Kiera lakukan saat ini. Ia bergidik ngeri mengingat kejadian itu. Apa yang menyebabkannya bunuh diri. Kenapa begitu ia cepat meninggalkannya.

Devjuliane yang menyadari hal itu, segera memeluk sahabatnya. Ia turut prihatin atas apa yang terjadi barusan. Hingga tak terasa, ia pun ikut menitihkan air mata.

"Jangan menangis terus ya, Kie," ucap Devjuliane iba. Tak ada sahutan. Suasana menjadi hening. Sekali lagi, ia mencoba berbicara.

"Kie, aku tahu kamu sangat terpukul, tapi jangan sampai seperti ini. Jaga kesehatanmu juga, Kie. Aku yakin, kamu pasti kuat!" ucap Devjuliane menyemangati.

"Perasaanku hancur, Dev. Kenapa ia tak pernah cerita kepadaku! Kenapa ia menyembunyikannya! Aku yakin, dia pasti punya masalah sampai rela bunuh diri!" Masih menangis. Kini semakin deras air itu keluar dari matanya. Melihat itu, Devjuliane mengelus kepalanya dengan penuh ketulusan dan--kasih sayang.

"Kenapa kita tidak mencoba mencari tahu?" Pikirnya.

Kiera terdiam. Betul kata sahabatnya tersebut. Ia harus mencari tahu. Hanya satu hal yang bisa membantunya mendapatkan informasi. Mungkin besok pagi ia akan mendapatkan petunjuk.

           •••••••••••••••••

Malam harinya, Kiera tidak melakukan apa-apa. Biasanya jam segini ia belajar ataupun menulis novel. Tapi tidak untuk hari ini. H-A-R-I - I-N-I!

Di sinilah ia sekarang, Duduk-duduk di teras rumah. tatapannya kosong, matanya berkaca-kaca, sudah berulang kali ia menyeka air matanya. Tapi tetap saja air itu masih mengalir.

Angin bertiup sepoi-sepoi. keadaan sekitar begitu sepi, terlihat dari masing-masing rumah yang pintunya sudah terkunci rapat.

Jam 10 malam, Kiera masih belum bisa tidur. Entah sulit baginya untuk menutup mata saat ini. Otaknya terus berputar mengingat kejadian tadi siang. ia sampai bergelut pada pemikirannya, apa yang mendasari kejadian itu.

Sang ayah pun heran, melihat tingkah laku Kiera yang berbeda dari biasanya. Ia lebih banyak diam daripada berbicara. Melihat anaknya yang termenung di teras, ayahnya segera menyuruh Kiera tidur.

Menuruti perintah sang ayah, Kiera bergegas menuju kamar. Ia rebahkan tubuh mungilnya itu. Dan matanya perlahan mulai terpejam.

"Tolong ... Tolong ... Tolong aku"

Terdengar suara meminta tolong disertai dengan Isak tangis.
Suara itu semakin keras.

Kiera berulang kali mendengar jeritan itu. Ia bingung, siapa yang sedang meminta tolong?
Dicarinya sumber suara tersebut, namun ia tak kunjung menemukannya.

Sepanjang penelusurannya, matanya tak henti mengamati keadaan tempat itu.
Hanya ada kata 'mengerikkan' dalam hatinya. Suasana yang gelap, membuatnya bergidik ngeri.

Langkahnya terhenti, ketika ia menginjak tempat itu.
Tangannya bergetar hebat. Wajahnya penuh dengan keringat dingin. Rasanya sulit baginya untuk melangkah, atau sekadar membuka mulut.

"Tidakkkkk! Ti---tidak mungkin! Kenapa dia ada disini! Kondisinya begitu mengenaskan. Tuhan, tolong hamba!"

Kiera begitu terkejut melihat keadaan orang itu. Terlihat dia di sana meronta-ronta meminta pertolongan. Tubuhnya pun sangat mengenaskan.
Kiera yang sedari tadi menahan tangis. Hanya bisa menutup matanya. Ia tak tega melihat kondisi orang itu.

Deg ... Deg ... Deg.

Ia menatap Kiera tajam. Keberadaanya sudah diketahui olehnya. Orang itu berjalan menuju Kiera. Semakin ke sini, jarak antara keduanya semakin dekat. Kiera mundur beberapa langkah, ketika orang itu menghampirinya.
Kiera berlari tak menentu.

"Tidak! Kenapa ia mengejarku!"
Kiera terus berlari. Keringatnya bercucuran hebat. Rasa panik dan takut bercampur menjadi satu. Tak ada keadaan sepanik ini.  Hanya hari ini, yang membuatnya seakan berada di ambang kematian.

"Aaaaaaa, toloongggggg!"
Kiera terjatuh kedalam lubang.
Tubuhnya mengalirkan darah hebat. Dan---

"Ha ... Ha ... Ha."
Kiera terbangun dari mimpinya dengan nafas yang tak beraturan.
Tubuhnya menegang. Sudah berulang kali ia mengelus dada. Sebagai bentuk dari keterkejutannya.
Diliriknya jam dinding, menunjukkan jam 01:00 malam.

"APA MAKSUD MIMPIKU TADI? APA ADA HUBUNGANNYA DENGAN TRAGEDI ITU?!"

SEMUA TENTANG TAKDIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang