Part 2 ( AMERIKA?)

34 12 4
                                    

Suasana kota Jakarta yang ramai. Kendaraan berlalu lalang, hingga tak heran, kemacetan sering menyelimuti Ibu Kota.

Di sebrang jalan, terdapat gedung yang menjulang tinggi. Pohon-pohon tumbuh di sekitar bangunan itu, membantu manusia untuk menyegarkan pernapasannya. Berbagai kendaraan pun terparkir di depannya. Entah itu sepeda motor ataupun mobil.
Di dalamnya, diisi dengan lautan manusia yang sibuk menata masa depan. Hanya keseriusan dan kesadaran yang akan menentukan nasib mereka.

Terlihat di sana, beberapa orang yang sedang mondar-mandir. Entah apa yang mereka lakukan. Setelan jas  biru Dongker dengan bawahan berwarna hitam, menjadi ciri khas di sana.
Berbagai karakterpun bisa dilihat. Ada yang memakai kacamata. yang menurut rumor, mereka adalah manusia yang tidak pernah lepas dari yang namanya buku.
Ada yang berpenampilan layaknya seorang artis. Bedaknya yang mempunyai ketebalan di atas rata-rata, sekaligus bibirnya yang merah menawan membuat kaum Adam hilang ingatan.

Si bad boy dan bad girl juga terpampang jelas dalam wajah mereka. Baju yang dikeluarkan, rambut acak-acakan, jam sekolahpun Tak jarang mereka berkeliaran di jalanan, gayanya bak seorang jagoan, sering tebar pesona, tapi nggak tau apakah merekanya ikut terbawa suasana, sering keluar masuk ruang BK, yang menurut mereka itu adalah tempat yang sangat mencekam, mengerikkan, dan membawa nasib buruk bagi mereka.

Benar-benar berlebihan!

Di sinilah Kiera berada. Ia sedang menimba ilmu di Universitas Indonesia, sebuah kampus ternama yang hanya diisi oleh manusia pilihan. Fakultas Sastra menjadi hal ia dambakan sejak SMA. Menjadi penulis hebat, sekaligus editor, selalu terbayang-bayang di ingatannya.
Keseriusan menjadi prinsip utamanya, haus akan ilmu, dan selalu menjaga etika antar sesama hidup, sudah orang tuanya ajarkan sejak kecil.

"Kau tahu, kenapa aku sangat suka Indonesia, Kie?" ucap devjuliane sambil menoel hidung Kiera yang tak terlihat bentuknya.

"Hem, mungkin ... Kau tertarik dengan pria Indonesia," lirihnya seraya menyingkirkannya tangan sahabatnya yang selalu menggoda hidung cantiknya.

"Salah. Aku sangat terpesona dengan sikap orang sini. Mereka begitu sopan. Entah kenapa ... aku terlanjur nyaman tinggal di Indonesia." Ia ambil handphone yang berada di tasnya. Sambil terus bercengkrama mengenai Indonesia.

"Syukurlah, kamu merasa nyaman di sini. Dulu, aku sempat merasa khawatir dengan kamu. Mungkin jika ada orang sini yang menyakiti kamu." Ditatapnya devjuliane yang masih berkutat dengan handphonenya itu.

"Don't worry, friend. I can take care of myself," ucapnya sambil mengelus pundak Kiera.

Berada dalam tempat sama dengan orang berbeda, itu sangat menyenangkan bagi Kiera. Seperti saat ini, ia memiliki teman yang berasal dari Amerika. Sama-sama satu fakultas, sekaligus satu bangku, membuatnya mendapat banyak informasi mengenai negara maju itu. Menurutnya, ia sangat baik, meskipun kadang suka usil menggodanya. Devjuliane juga fasih berbahasa Indonesia. meskipun kadang masih suka menggunakan bahasa aslinya tersebut. Kecer
dasannya juga sangat luar biasa. Di Amerika, ia sering menjadi master dalam debate competition. Kepiawaiannya dalam hal itu juga terasa sampai sekarang. Entah berapa kali Kiera berdebat dengannya, Namun ia tak sanggup bila terus melawannya. Padahal Kiera sendiri sering menjadi juara debat waktu di SMA dulu.

Selain itu, Devjuliane juga seorang  pecinta sastra. Hampir tiap hari waktunya digunakan untuk menulis novel. Bukannya itu saja, devjuliane juga seorang editor. Ia sering mendapat tawaran untuk mengoreksi naskah-naskah sebelum dibawa ke penerbit.

Perjalanan sahabatnya itu tidaklah mudah untuk bisa melanjutkan study ke indonesia.
Banyak rintangan yang dihadapinya. Bahkan ia sempat mau melarikan diri gara-gara saking stresnya.

SEMUA TENTANG TAKDIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang