O3

4.4K 733 67
                                    

Untuk pertama kalinya Jeongin berada jauh dari rumah. Selama hampir 20 tahun masa hidupnya, tak pernah sekalipun ia pergi jauh dari distrik di mana ia lahir dan dibesarkan. Sekarang ini dia tengah duduk berdiam diri di salah satu halte bus yang ada di Seoul.

Hujan turun dengan begitu lebat, sejak ia turun dari bus pertamanya. Perjalanan menuju tempat tinggal orang kepercayaan Baekhyun masih harus ditempuh dengan menaiki bus hijau nomor 1156.

Namun, hingga hujan reda bus itu sama sekali tidak menampakkan dirinya. Jeongin hampir saja berniat untuk menghentikan salah satu taksi yang lewat jika saja sebuah mobil tidak berhenti di depannya.

Ia mengernyitkan dahinya bingung. Seingatnya dia tak pernah punya satupun teman di kota metropolitan ini. Bahkan, sewaktu masih tinggal di distrik kecil itu, dia bahkan jarang berbicara dengan orang lain.

Lantas, siapakah orang yang ada di dalam mobil ini?

Kaca mobil bergerak turun. Membuat Jeongin bisa melihat dengan jelas siapa yang ada di belakangnya. Namun, meskipun begitu tetap saja dia tak dapat mengenali siapakah sosok pemuda dengan pakaian serba gelap itu.

"Cepat naik," katanya angkuh tanpa memandang Jeongin.

Jeongin menggeleng, "Aku tidak bisa menerima tumpangan dari orang tidak dikenal sepertimu."

Pemuda itu berdecak dan langsung mengalihkan atensinya pada Jeongin. Hal itu membuat Jeongin berjengit ngeri karena tatapan tajam yang diberikan orang itu untuknya.

"Dasar bodoh, untuk apa aku menculik anak di bawah umur sepertimu?" Kali ini nada bicaranya sedikit meninggi seolah menginterupsi Jeongin untuk segera masuk ke dalam mobilnya itu.

"Cepatlah! Aku sibuk!"

Dengan setengah kesal, dibukanya pintu penumpang mobil milik pemuda itu. Jeongin melemparㅡsetengah membanting ㅡ koper dan tas jinjing berisi barang bawaannya dengan. Kemudian menutup kembali pintu mobilnya tak kalah kasar.

"Hei! Bisakah kau berlaku lebih halus pada mobilku?! Aku baru saja membawanya ke bengkel kemarin!" Percuma saja pemuda itu melayangkan sejuta umpatannya pada Jeongin.

Tidak mempan.

Dengan cepat, kini pemuda mungil itu telah duduk dengan tenang di sampingnya. Namun, bukannya menjalankan mobil miliknya, pemuda itu masih memandanginya dengan wajah tidak terima.

"Apa?! Tadi bukannya kau bilang kalau kau itu sibuk, ya? Lalu, kenapa kau tidak segera menjalankan mobil ini?"

Pemuda itu mendengus, entah untuk yang ke berapa kalinya. "BAIKLAH, BAIKLAH. DASAR CEREWET!"

*

"Baik-baiklah dengannya, Changbin. Dia baru saja dicampakkan oleh tunangannya beberapa hari yang lalu,"

Changbin masih ingat dengan jelas apa yang ibunya katakan padanya semalam. Entah apa yang baru saja terjadi hingga tiba-tiba sang ibu memberinya tugas menjaga seorang anak kecil layaknya babysitter.

Changbin sempat menyesal karena mengiyakan permintaanㅡperintah ㅡsang ibu. Tapi, dia masih punya rasa takut yang besar kepada Tuhan hanya untuk sekedar melawan permintaan ibunya. Terlebih lagi sang ibu turut mengancam akan mencabut semua fasilitas miliknya jika dia berani menolak perintah itu.

Sekarang ini, Changbin tengah memandang malas kepada Jeongin yang tengah sibuk bermain-main dengan segerombolan clown fish yang ada dalam akuarium besar di rumahnya. Bahkan, ia juga beberapa kali meneriaki Jeongin untuk tidak memasukkan tangannya ke dalam akuarium itu.

Mates ㅡ hyunjeong✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang