16 END

5.8K 539 18
                                    

Suara desisan minyak menyeruak memasuki indera pendengaran seorang alpha yang kini telah berusia 28 tahun. Lengan-lengan kokohnya tengah memeluk bocah perempuan mungil yang tak lain adalah putrinya sendiri. Mereka masih setia terpejam hingga tanpa sengaja sorot mentari yang silau mengenai kelopak matanya.

Alpha dewasa itu bergerak untuk segera bangun dari tidurnya. Ia tersenyum gemas saat mendapati sang putri yang masih tertidur pulas dalam balutan selimut karakter kartun kesukaannya. Baik saat tidur maupun tidak, putrinya itu mirip sekali dengan sang ibu.

Cantik dan menggemaskan. Semua hal yang ada pada diri Jeongin diturunkan ke anak pertamanya, Hyunjin hanya bisa melihat satu bagian dari dirinya pada si sulung. Eyes smile miliknya.

Hyunjin memutuskan untuk bangkit secara perlahan, supaya anak manis itu tidak terusik dari tidurnya. Ia melangkahkan kakinya ke dapur untuk menemui Jeongin yang pastinya tengah sibuk membuat sarapan.

Pria itu tersenyum saat mendapati Jeongin dengan celemek berwarna kuningnya tengah berdiri membelakanginya, sibuk memasak sesuatu. Entah apa. Dari aroma yang tercium, mungkin saja Jeongin sedang memasak sup rumput laut. Dalam hati, ia bertanya-tanya. Seingatnya tak ada yang berulang tahun hari ini.

Ia mengendikan bahunya, berangsur mendekati Jeongin. Memeluknya dari belakang dengan cukup erat. Membuat Jeongin terkejut dan hampir melayangkan sendok sayur berisi kuah sup rumput laut yang panas ke kepala sang suami.

"Hyunjin, kau mengagetkanku!" Pekiknya marah, namun justru mengundang kekehan gemas pada yang lebih tinggi.

Hyunjin mencuri kecupan pada pipi berisi Jeongin. Sementara pemiliknya hanya mencibir. Entahlah, melihat Jeongin begitu sehat dan makmur sepertu sekarang membuat hatinya menghangat.

Itu artinya, Hyunjin sudah berhasil membuatnya bahagia kan?

"Maaf, Sayang. Hyejoo masih tidur, apa harus kubangunkan?" Dilihatnya Jeongin menggelengkan kepala, "Kenapa? Oh, ya. Siapa yang berulang tahun hari ini? Kenapa kau memasak sup rumput laut?"

Jeongin menghela napas sambil sesekali menahan gemas untuk tidak menjitak suaminya. Ia merasa kehilangan Hyunjin yang dulu, pendiam dan egois. Pemuda itu kini banyak bertanya, cerewet, dan banyak hal yang berubah darinya.

Jeongin tentunya mensyukuri hal itu. Untungnya selama ini ia percaya bahwa karma baik itu ada, selama ia tidak ragu untuk berbuat kebaikan. Bukannya meninggal dalam waktu dekat, Jeongin justru sudah berkeluarga dalam usianya yang masih cukup belia.

Dia melirik Hyunjin, "Bagaimana bisa kau lupa dengan hari kelahiranmu sendiri?" Ia berlalu meninggalkan Hyunjin yang terdiam di depan masakan yang telah matang.

"Hyejoo sayaang, ayo banguun!" Panggil sang istri sembari bergegas menghampiri kamar sang putri yang ada di lantai dua. Sementara itu, diam-diam hati sang alpha menghangat saat mengetahui kenyataan bahwaㅡ sekalipun Jeongin dan dirinya banyak berubah, tapi cinta mereka tetap sama.

*

"Selamat ulang tahun, Papa!" Seru anak perempuan berumur tujuh tahun itu. Di tangannya terdapat kotak kado berwarna toska dengan pita putih yang indah.

Hyunjin tak bisa menahan diri untuk memeluk dan mengecup sosok Jeongin kecil itu. Sementara itu Jeongin hanya tersenyum sembari menatap interaksi dari keduanya.

Tepat saat pelukan terlepas, Jeongin menyodorkan hadiah untuk sang suami. Sebuah kotak kado berbentuk persegi panjang yang Hyunjin bisa tebak apa isinya. Ia hanya tersenyum sembari menerima kado tersebut.

"Jam tangan lagi?" Katanya setelah meletakkan kado dari dua orang tersayangnya ke atas meja. Jeongin dan Hyejoo saling pandang, lalu terkikik bersama. Menimbulkan raut kebingungan yang terlihat jelas pada wajah pria itu.

"Hei, apa yang salah dengan ucapanku?" Dia menatap keduanya menyelidik, "Kalian pasti menyembunyikan sesuatu dariku!"

Hyejoo masih tertawa, "Papa, jangan banyak bicara. Jika merasa penasaran kenapa tak buka langsung apa hadiah dari Mama."

"Oke," katanya sembari mengambil kotak kado berwarna putih dengan pita biru di atasnya. Dan betapa terkejutnya ia saat mendapati bukannya jam tangan atau apa yang ada di dalamnya, melainkan sebuah foto hasil USG. Terdapat secarik kertas putih di dalamnya, berisi tulisan tangan Jeongin.

aku pergi ke dokter baru-baru ini karena sering sekali muntah dan cepat merasa kelelahan.

dokter itu justru menyuruhku untuk USG dan... ya, kau tahu apa maksudnya. umurnya baru dua minggu.

aku belum tahu apa jenis kelaminnya. entah dia akan menjadi teman Hyejoo bermain boneka atau justru menjadi teman bermainmu kelak.

-jeongin hwang.

Hyunjin tak kuasa menahan harunya. Setitik air mata lolos begitu saja, meluncur dan menuruni pipinya. Jeongin menggunakan jemarinya untuk menyeka Hyunjin yang kini justru menangis deras.

Hyejoo menatap sang ayah dengan bertanya-tanya, "Mama, kenapa Papa menangis? Apa Papa tidak senang jika Hyejoo memiliki adik bayi?"

Hyunjin menggeleng, "Tidak, Sayang. Papa menangis karena bahagia."

"Kemarilah kalian berduaㅡ bertiga," katanya sembari terkekeh. Lalu menarik mereka ke dalam pelukannya. Dikecupnya kedua orang yang ada dalam pelukannya itu.

Hyunjin masih senantiasa terisak, "Aku tidak pernah membayangkan bagaimana jadinya jika hari itu aku merelakanmu pergi, Jeongin. Sam benar, sekalipun aku jatuh hati pada orang lain, rumahku untuk kembali tetaplah dirimu."

"Aku bahagia dengan keputusan yang kuambil saat itu. Hasilnya tidak mengecewakan. Kau memberiku terlalu banyak kebahagiaan, Jeongin. Aku merasa tidak enak hati atas apa yang telah kulakukan padamu."

Jeongin mengeratkan pelukannya, "Kenapa harus merasa tidak enak? Lagipula masa-masa menyedihkan itu telah berlalu."

"Sekarang, biarkan keluarga kita menikmati kebahagiaan. Dengan Hyejoo dan calon bayi kita."

"Aku menyayangi kalian. Benar-benar, tanpa ada satu celah sedikitpun."

END

(now playing : congratulation, by day6)

ambil kata congratulation nya aja sebagai penyelamat kalau book ini udah berakhir. aku benar-benar berterima kasih karena kalian mau meluangkan sedikit waktu buat membaca work acak-adut ini.

maaf ya, aku sadar betul kalo work ini membosankan dan banyak kekurangan. kalian pasti heran, katanya genre werewolf!au, tapi kok ceritanya gini? ya, anggap aja sebagai bentuk adaptasi kalo bangsa werewolf hidup di zaman modern.


overall, makasih banyak. semoga lain kali aku bisa bikin cerita yang lebih menarik dan layak dibaca buat kalian.

see ya in another work, i love y'all!😚💟

(sengaja diupdate hari ini soalnya besok aku pasti males buka wattpad)

Mates ㅡ hyunjeong✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang