3 ; curhat

8.6K 591 14
                                    

🏸🏸🏸

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🏸🏸🏸

Gue berhasil memarkirkan mobil milik gue di parkiran salah satu mall ternama di Jakarta.

Gue yang masih menggunakan snelli putih andalan dokter terus berjalan menyusuri mall yang megah ini menuju lantai 3, dimana Evan dan Reina menunggu.

By the way bye bye busway, Evan sama Reina itu temen main gue dam sebenernya ada lagi satu, tapi dia nya sibuk. Dia Nadiya Rawil Rangkuti, tau gak?

Itu loh yang deket sama mas jom. hehe

Evan sama Reina ini pacaran, mereka sama-sama dokter. Evan dokter umum, Reina dokter ahli gizi. Sementara gue dokter internist dan Nadiya lebih memilih passionnya menjadi penyanyi.

Kita berempat deket karena kita dulu satu sekolah waktu SMA. Suka manggung bareng di cafe tiap malem minggu buat sekedar nyalurin hobi kita dan sekalian nyari uang jajan tambahan.

"Hey Van, Ren Sorry I'm late. You know that the traffic really sucks." Kata gue sambil melepas snelli putih andalan para dokter sementara Evan dan Reina sesang menyantap sushi mereka.

"Gapapa Nad, gue sama Evan belum lama juga nunggunya." Katanya Reina.

"Jadi gimana-gimana? Tumbenan lo pada ngajak gue ngumpul." Tanya gue sambil membaca daftar menu disini.

"Satu chicken teriyaki rice, satu gelas ocha." Kata gue pada waiters yang tadi di panggil Evan.

"Ya ngumpul aja, abis lo setelah tiga bulan ngilang susah di ajak kumpul ah. Kerja mulu lo. Kemarin kita berdua baru meet up sama Rawil, soalnya hari ini dia gabisa ikut meet up. Sedangkan lo bisanya hari ini."
Kata Evan.

"Jangan galau berkepanjangan Nad, gak baik. Lupain aja lah Kevin, biar nanti dia kena karmanya. You believe it that karma does exist right?" Kata Reina.

"Gue percaya karma does exist, tapi lo percaya gak gue bakal jadi dokter di pelatnas?"

UHUK UHUK UHUK

Spontan Evan yang lagi minum lemon tea-nya tersedak dan Reina mukul-mukul punggung Evan yang keselek karna kata-kata gue.

Hilih.

"Sumpah lo mau jadi dokter pelatnas?"

"As you heard it before Rein, minggu depan ini gue bakal jadi dokter pelatnas. Sekarang udah hari kamis dan nanti gue bakal nyerahin berkas-berkas. Dan tadi gue udah ajuin reschedule praktek." Jelas gue.

"Lo bercanda kan Nad?" Gue mengelak ucapan Evan dengan menggelengkan kepala.

"Koko gue minta tolong ke gue, di pelatnas salah satu dokternya baru resign. Dan mereka butuh dokter tambahan, kebetulan gue dokter dengan bidang yang emang mereka cari. Awalnya gue gak mau." Kata gue.

"Gak mau karna lo bakal ketemu lagi sama Kevin kutu kupret kan?"

"That's right." Kata gue sambil makan chicken teriyaki rice yang baru aja dianter waiters.

"Tapi kenapa lo mau?"

"Awalnya gue gak mau nih, gue bilangnya pikir-pikir dulu. Tapi, tadi pagi ipar gue tiba tiba bilang dia ngidam minta gue masuk pelatnas. Ya kalo gue pikir-pikir daripada ponakan gue ileran, ya gapapa kali ya gue terima tawaran koko gue." Jelas gue.

"Itu mah akal-akalan Ci Agnes aja kali ah. Mana ada ngidam adek iparnya masuk pelatnas. Yang bener aja." Cibir Evan.

"Heh namanya bumil ya ada aja kali ngidamnya. Lo gatau ya nyokap gue dulu waktu hamil gue nih, ngidamnya apaan? Ngidam keliling jakarta naek kopaja! Gila gak lo?" Kata Reina.

"Baru beberapa hari yang lalu itu ipar gue ngidam pengen bebek goreng daerah bsd. jauh-jauh gue sama koko gue beliin, sampe rumah dianya malah go food. Mampus ae dah." Kata gue.

"Lo sih belom ngerasain jadi suami punya istri hamil kek gimana. Bengek bengek dah lu kalo istri lo nanti ngidam aneh-aneh Van!" Hentak Reina.

"Anjir santai dong santai, jangan ngegas gitu. Iya iya namanya juga gue belum punya istri ya gue belum ngerasain lah. Lo pada ngegas mulu sih." Kata Evan pasrah.

"Lagipula gue tadi pagi liat headline news, ada atlet yang meninggal karena pencernaan. Gue disitu ngerasain lah, koko gue juga atlet. Jadi ya mungkin emang udah takdir tuhan buka rejeki gue jadi dokter di pelatnas." Jelas gue.

"Terus lo mulai mingdep gitu bakal praktek di pelatnas dong?" Tanya Reina dan gue mengangguk.

"Yaa, bantuin koko gue juga gaada salahnya kan? Lagipula koko gue udah anggep pelatnas kayak keluarga, jadi ya nanti gue mau ga mau juga nganggep pelatnas kayak keluarga gue sendiri." Jelas gue.

"Dan automatically lo bakal sering ketemu Kevin dong Nad."

Gue memainkan sumpit gue yang ngaduk-ngaduk salad gak jelas. Entah gue udah siap atau belum buat ngadepin hari-hari gue akan ketemu masa lalu gue.

Kalo lo ngira Kevin mantan terindah gue. Itu salah besar

Mantan terindah mah gaada. Kalo terindah kenapa harus jadi mantan? Iya ga

"Ya konsekuensinya gitu mau gimana? Even gue masih belum bisa nerima, tapi setidaknya gue bawa easy going aja lah. Gak usah di bawa beban." Kata gue.

Evan dan Reina mengangguk. "Kalaupun itu yang terbaik gue sama Evan mah dukung lo kok Nad. Jangan segan-segan buat hubungin kita untuk minta tolong ya Nad."

"Iya siap bosku." Kaya gue sambil lanjut menghabiskan chicken teriyaki rice yang gue pesen tadi.

Setelah cukup lama bercengkrama sama dua makhluk halus ini— Evan dan Reina, gue memutuskan untuk pulang lebih dulu daripada mereka.

Karna mereka mau nonton dulu katanya.

Hm maklum bucin lagi mabok asmara ya gitu. Apa daya diriku yang jomblo gapunya pasangan. hm

Nasib.

🏸🏸🏸

🏸🏸🏸

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Menangkis Rindu • Kevin SanjayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang