Runtuhnya Sebuah Angan

114 12 0
                                    

Layaknya air yang mengisi gelas, lama-kelamaan ia tumpah karena tak sanggup lagi menahan. Perasaan adalah airnya, aku adalah gelasnya.

Puluhan purnama aku berusaha kuat, ratusan malam aku berusaha menahan. Padahal, perasaan sudah meminta tempat yang lebih besar untuk bertahan. Sudah saatnya untuk menumpahkan segala rasa pada sang pujaan.

Kemudian, saat yang ditunggu akhirnya tiba. Kita duduk satu meja. Saling menatap dengan lekat, menambah beban dalam hati yang ingin mengucapkan keinginan. Kemudian, situasi menjadi lengang. Kuungkap semua yang aku rasa, dari awal perjumpaan hingga tumbuh rasa ingin saling menyandang nama dan menjadi kesayangan.

Kemudian, kau terdiam sesaat. Lalu, yang aku terima hanya sebuah senyuman tanpa alasan, disambut kalimat darimu yang diucap pelan.



"Aku tak bisa, kau terlalu sempurna."



Sebuah pernyataan naif yang dengan luar biasa menghancurkan semua harapan.

Kata tak TerucapWhere stories live. Discover now