33

10.6K 1.5K 448
                                    

"Jangan banyak bergerak, kondisimu belum sepenuhnya stabil"

Minho berdiri mengamati wajah istrinya yang terlihat begitu bahagia. Akhirnya ia bisa tersenyum lega setelah sebelumnya ia sempat cemas akan kondisi Jisung, ia membiarkan istrinya itu diperiksa oleh seorang dokter dan bayinya yang terus tertidur pulas disisi ibunya.

Dokter itu berlalu setelah mengucapkan selamat untuk sepasang suami istri itu dan memberi saran pada Jisung agar tak banyak beraktivitas terlebih dahulu.

"Dia tak bangun dan tak menangis sejak lahir, ternyata dia menunggumu" ujar Minho duduk disamping ranjang sementara Jisung berusaha menggerakkan tangannya untuk memeluk bayi mungilnya.

"Bukankah dia menggemaskan?"

"Dia sepertimu"

Jisung tersenyum tipis dengan bibir pucatnya, jarinya mengelus pelan hidung mancung bayinya yang menurun dari Minho.

'Minji-ya, kalau kau sudah besar jadilah pahlawan untuk orang lain. Eomma akan melindungimu'

.

.

"Syukurlah kalau kau sudah membaik hyung, aku senang mendengarnya" ujar Jeongin pada sosok disambungan telponnya dan tersenyum senang sambil terus berjalan melewati trotoar rute menuju rumahnya.

"Minji benar-benar lucu. Kenapa dia mirip denganmu?"

"Mana ada hyung, dia anakmu."

"Sungguh, dia benar-benar menggemaskan. Kau lebih cocok menjadi ibunya"

"Ey, lelucon macam apa itu? Aku akan kesana setelah membersihkan rumahku hyung. Rumahku benar-benar menjijikkan saat aku tinggal di rumah sakit berminggu-minggu"

"Baiklah, kemari dan temani Minji nanti"

"Hmm, baiklah hyung. Padahal ada kau kenapa aku yang menemani, cih. Kau akan bermesra-mesraan dengan Minho hyung" canda Jeongin dan dibalas kekehan dari seberang sana.

"Baiklah, kututup hyung. Nanti aku kesana"

"Baiklah"

Jeongin mematikan ponselnya dan kembali memasukkannya dalam saku jaket.

Setidaknya pikirannya sedikit tenang saat ini setelah mendengar kabar baik dari hyung tupainya itu, ia juga baru saja berbelanja di supermarket guna mengusir stress.

Ya, ia begitu stress dan muak, hampir setiap saat ia mengirim pesan pada Bangchan untuk mengajaknya bertemu tapi namja Aussie itu tak membalas pesannya hingga beberapa hari belakangan ini dan membuatnya kesal.  Padahal biasanya Bangchan lah yang paling cepat meresponnya jika ia butuh, tapi kenapa namja itu berubah?

Trotoar itu tetaplah sepi seperti sebelumnya, lagian siapa yang mau berjalan kaki diluar saat cuaca dingin begini. Jeongin terus berjalan sesekali menendang kerikil yang ada, kakinya memelan saat mendengar sebuah suara lain dikesunyian itu.

Itu suara langkah kaki yang beradu dengan aspal juga beberapa kerikil di jalan sempit yang sama dengan Jeongin berada. Perasaan Jeongin memburuk. Ia mempercepat langkahnya berharap akan cepat sampai kerumahnya tapi tetap saja. Seseorang dibelakangnya sepertinya memang telah mengikuti Jeongin. Ia takut

tapi tidak..

saat tangan itu membalik tubuhnya hingga ia tau siapa yang telah mengikuti langkahnya itu. Hyunjin, lelaki yang paling dihindari Jeongin dimuka bumi ini.

Mereka bertemu dengan tatapan teduh saling merindukan, hanya saja Jeongin menyamarkannya dengan aura tajam yang benar-benar tak Hyunjin inginkan. Kilatan mata tajamnya seolah berkata jika Hyunjin berbahaya.

Possessive 「hyunjeong」Where stories live. Discover now