O2. keripuhan di kelas rati

766 89 47
                                    

Hari-hari setelah Harsa mengantar saya hingga rumah, dia memang benar-benar membuktikan pernyataannya. Dia benar-benar menunjukan rasa tertariknya yang begitu besar pada saya.

Membuat saya tentu saja menjadi topik teratas perbincangan kumpulan para penggemar Harsa. Saya merasa tak nyaman, karena mereka dengan lantang membicarakan nama saya berulang kali yang kata mereka sama sekali tidak pantas bersanding dengan Harsa.

"Kamu gak perlu dengarkan mereka semua, mereka cuma iri karena hatiku hanya milik kamu, Rat" Kata Harsa memberi saya satu botol teh dingin yang tadi dia beli di mini market dekat kampus.

"Gabisa begitu, Sa. Mereka itu tertarik sama kamu, lebih baik kamu pacari saja salah satu dari mereka daripada saya yang bahkan gak tertarik sama kamu. Terima kasih banyak teh nya, besok saya ganti" Ujar saya membiarkan Harsa kini tersenyum menatap kepergian saya.

"Saya akan terus berusaha sampai kamu tertarik sama saya, Rati!" Katanya dengan lantang membuat perhatian semua insan mengarah pada saya yang kini menutup wajah dengan map berisi materi Biologi.

"Selamat belajar, Rati kesayangan Harsa" Tambahnya kini membuat Bu Nisa dan Bu Adina yang sedang bercengkrama di depan gedung fakultas saya pun tertawa.

"Manisnya anak muda kalau lagi di mabuk cinta" Ujar Bu Nisa pada saya sebelum saya benar-benar berlari masuk ke dalam gedung fakultas untuk masuk ke kelas.

Sesampainya di kelas saya sudah di suguhi tatapan tak suka dari hampir seluruh teman-teman saya kecuali Sandra dan Fadil yang kini menarik kursi agar saya duduk bersebelahan dengan mereka berdua.

Saya tahu betul sepertinya mereka berdua sedang saling mengemban rasa, akhirnya saya memutuskan untuk tidak duduk disana karena takut mengganggu mereka berdua. Namun, tindakan saya barusan membuat Sandra bersuara.

"Rat, Harsa titipkan kamu kepada kami. Duduklah disini atau Fadil dan Harsa akan bertengkar jika kamu gak duduk disini" Ujarnya membuat saya mau tidak mau mendudukan diri di samping mereka berdua.

Tarisha terus menerus memandangi saya dengan tatapan yang tak dapat saya jabarkan, tatapan tak suka miliknya begitu menusuk hingga membuat saya sesak karena tak enak hati.

"Kamu gak perlu pedulikan Tarisha, dia begitu karena Harsa nolak dia kemarin waktu rapat komting" Jelas Fadil sembari menyuruh Sandra mengelus pundak saya.

"Bagaimana bisa Harsa menolak Tarisha? Dia cantik, dia pintar, dia baik hati—"

"Tapi Harsa hanya tertarik padamu bukan Tarisha" Jawab Sandra membuat saya tertegun.

Kelas hari ini di mulai dengan sesi presentasi dari saya, Sandra, juga Fadil. Saat sampai pada sesi tanya jawab jelas hampir seluruh penduduk kelas menyerbu kami dengan berbagai pertanyaan bahkan sanggahan yang membuat kami sedikit kewalahan.

"Rati, apa kamu tidak malu? Dahulu dengan lantang kamu berkata bahwa kamu sangat membenci sosok Harsa lalu beberapa minggu terakhir ini kalian sangat dekat. Dasar manusia munafik"

Saya hanya bisa membisu mendengar sorak sorai dari teman sekelas saya, membuat Sandra kini menjawab pertanyaan Tarisha dengan lantang dan tegas.

"Harsa dan Rati menjadi dekat itu karena Harsa yang mendekati Rati bukan seperti kamu yang terus menerus mendekati Harsa meski Harsa selalu menolakmu mentah-mentah. Tarisha, bukankah seharusnya pertanyaan 'Apa kamu tidak tahu malu?' itu kamu tujukan untuk dirimu sendiri?"

Tarisha menatap saya dengan tatapan marah, ia merasa di permalukan oleh Sandra karena saya. Hingga suara dosen saya mengintrupsi "Ratimaya Pramudita, ada titipan makan siang dari Harsa Birendra FK 20" Katanya dengan senyum sumringah membuat saya malu sendiri.

Setelah presentasi kami selesai, tak henti-hentinya teman-teman yang tadi besorak mencaci saya memohon maaf sebesar-besarnya pada saya dengan dalih "Saya takut babak belur karena Harsa"

Lucu sekali, tapi tak apa saya memaklumi selain terkenal karena pintar dan kritis sosok Harsa juga di kenal dengan sosok tanpa ampun jadi tak heran jika banyak sekali yang takut padanya.

Ah, sepertinya saya harus mengubah perilaku buruk Harsa yang seperti itu. Eh tapi tunggu, tidak! tidak! Apa ini Rati? Apa kamu mulai tertarik pada Harsa? Ah tidak mungkin Rati.

"Jadi bagaimana? Apa kamu sudah tertarik pada saya, Rat?" Tanya Harsa menyandarkan tubuhnya di pinggir pintu kelas saya tak lupa dengan senyuman manis khas milik seorang Harsa Birendra.

Lika Liku Rasa Where stories live. Discover now