Thirty Nine: A Miracle

688 137 250
                                    

"Friendship is God's precious gift. But you are the most precious one, Na." –Alvio

.

.

.

.

.

.

.



Alvio



Miracle.

Satu-satunya kata yang nggak pernah bisa gue percayai maknanya sampai detik ini.

Gue nggak yakin sama yang namanya keajaiban. Sejak kecil, bokap selalu mengajarkan gue kalau mau sesuatu yang kita mau ya usaha keras. Buktinya itu kejadian sama karir bokap gue. Apalagi setelah beliau bangkrut, beliau benar-benar menghabiskan hari-harinya dengan bekerja keras. Dan kedua, gue semakin teryakini bahwa sesuatu itu bisa didapat dengan kerja keras adalah saat Raina membantu gue untuk menahan orang tua gue cerai. Kalau dulu gue nggak usaha untuk menahan, meskipun usaha itu nggak seberapa, mungkin sekarang kondisinya nggak kayak gini. Mungkin sekarang nyokap dan bokap gue udah tinggal masing-masing dan gue akan mengunjungi mereka bergantian di hari weekend. Tapi kan, nyatanya enggak.

Gue selalu meyakini bahwa sesuatu itu terjadi bukan karena keajaiban, apalagi kebetulan. Tapi sesuatu terjadi karena usaha kita sendiri.

Sampai akhirnya saat ini tiba.



Saat cewek di hadapan gue mengangguk sambil bicara lirih setelah membuat jeda satu menit.

"Just do it if you want to. Lo tau, Yo. Lo tau gimana gue sayang banget sama Iyon dulu. Dan lo juga tau seterluka apa gue setelah Iyon pergi ninggalin gue demi prioritas dia yang lebih penting. So if you can make me better, just do it. Gue nggak akan menutup hati."

Sekarang gue percaya kalau keajaiban itu ada.

Sekarang gue percaya tanpa gue bekerja keras sekali pun, keajaiban itu bisa aja datang.

Tak terduga.




Gue menyebutnya..., destiny.


***


Tepat di hari pertama open Pre Order novel Raina, gue udah memantau situs penjualannya sejak 5 menit sebelumnya. Nggak tau kenapa, dengan judul Remorseful dan berlabel 'a true story' itu berhasil membuat gue merasa ada banyak hal yang mau dia sampaikan di sana. Makanya, gue pengin banget ikut Pre Order-nya daripada harus menunggu bukunya mejeng di toko buku satu bulan lagi. Gila, bisa mati penasaran gue.

Ternyata dugaan gue memang benar. Selesai gue baca bukunya, gue bisa merasakan perasaan sayang dia ke Rion yang sangat dalam. Gimana ya, dulu, setiap kali dia cerita soal Rion ke gue, binar matanya itu memang nggak bisa nipu. Kadang bisa bersinar banget kalau dia lagi bahagia, terus bisa tiba-tiba redup kalau dia sedih dan terluka. Kalau inget itu, gue langsung ngerasa minder. Takut perasaan Raina 8 tahun itu nggak berubah sama Rion. Takut Rion kembali berhasil merebut 'Ina-nya' yang udah dia tinggal lama.

Remorseful [SKY]Onde histórias criam vida. Descubra agora