6

18.8K 1.2K 58
                                    

~Enjoy it guys~

Saat ini keadaan Dafa belum juga membaik. Tadi setelah mengakhiri panggilan dengan Leon, tubuhnya tiba-tiba lemas. Bahkan ia sempat mimisan.

"Sayang ke Rumah Sakit ya." Bujuk Nadia untuk kesekian kalinya. Tangannya tak hentinya untuk mengelus rambut anaknya itu.

"Enggak." Suara Dafa memelan. Kepalanya sungguh pusing saat ini. Bahkan untuk membuka mata saja rasanya tak sanggup.

Biar ku jelaskan kondisinya Dafa saat ini. Muka anak itu bahkan sudah pucat pasi. Tubuhnya terus mengeluarkan keringat dingin. Berbanding terbalik dengan suhu tubuhnya yang sangat panas. Untuk berbicara saja hanya bisa bersuara pelan.

"Dokter Doni suruh ke sini aja ya." Ucap Andre yang kini ikut turun tangan dalam membujuk anaknya itu. Dafa hanya menggelengkan kepala tanda tidak setuju.

"Mas gimana? Dia nggak mau." Tanya Nadia menatap Andre yang duduk di samping ranjang milik Dafa.

"Aku telfon Dokter Doni dulu." Jawab Andre memutuskan.

Dokter Doni, dokter pribadi keluarga Lutisva juga dokter pribadi Dafa selama ini. Dokter Doni sangat mengenal keluarga Lutisva. Tentu saja, mereka sudah menjalin hubungan pertemanan sejak lama.

"Kenapa keadaan dia tiba-tiba menurun seperti ini?" Tanya Dokter Doni saat selesai memeriksa Dafa.

"Dia mengurung diri di kamarnya kemarin malam. Dan tadi pagi juga sempat demam." Tutur Nadia menjelaskan.

"Apa dia melupakan jadwal minum obatnya?" Tanya Dokter Doni menatap Nadia dan Andre yang ada di hadapannya. Ya mereka kini berada di ruang keluarga yang berada tepat di depan kamar Dafa.

"Mungkin kemarin malam, karena dia juga mengunci pintu kamarnya." Ucap Andre.

"Saya memberi dia obat tidur, agar tidurnya nyaman. Mungkin besok pagi dia sudah bangun."

"Beri dia makanan yang lembut, ingatkan untuk minum secara cukup dan istirahat yang teratur, jangan biarkan dia banyak pikiran. Satu lagi, saya sarankan untuk mengurangi kegiatan Dafa. Kami tau bahwa Dafa adalah anak istimewa."

"Iya Dok, terima kasih." Ucap Nadia.

"Maaf merepotkan malam-malam Dokter Doni."

"Tidak masalah Pak Andre. Hubungi saya jika terjadi sesuatu pada Dafa. Atau jika besok dia masih demam, saya akan membuat rujukan untuk ke Rumah Sakit dan menyiapkan kamar inap untuknya. Saya permisi"

"Iya Dok."

✖✖

Roda brankar ranjang itu beradu dengan lantai. Di atasnya ada laki-laki yang masih betah menutup matanya rapat. Kini di hidungnya terpasang apik selang oksigen yang membantunya untuk bernapas. Beberapa orang mendorong ranjang itu menuju ruang VVIP di Rumah Sakit itu.

 Beberapa orang mendorong ranjang itu menuju ruang VVIP di Rumah Sakit itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Dasva|END✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang