40

6K 447 31
                                    

Kalau ada typo tolong dikoreksi yaa😄

~Enjoy it guys~

Dafa mengerang frustasi saat Leon tidak juga memberikan balasan dari pesan singkat yang ia kirimkan. Terhitung sudah tiga jam laki-laki itu menunggu.

Ia melirik jam dinding yang tertempel di tembok kamarnya, menunjukkan pukul 18.50. Dirinya sangat yakin jika saat ini para maid sibuk menyiapkan makam malam.

Langkah kakinya ia bawa ke walk in closet miliknya. Membuka kaca berukuran besar dihadapannya dan terpampanglah dengan jelas deretan baju milik laki-laki itu. Dari segala jenis brand yang ditafsir menghabiskan banyak nominal nol untuk membelinya.

Tangannya mengulur ke tumpukan kaos miliknya yang tertata rapi. Kaos berwarna putih dengan tulisan Balenciaga tercetak kecil di bagian dada. Ia melirik ke bagian lain dimana deretan jaket mengantung dengan warna dari terang sampai gelap yang berjajar rapi. Pilihannya jatuh pada Jaket warna abu-abu yang dibelinya satu tahun yang lalu.

Membawa kaos dan jaket yang sudah ia kehendaki kearah kamar mandi untuk sekedar berganti pakaian.

Ting!

Suara dari kotak besi itu membuat beberapa orang mengalihkan atensi mereka. Menatap lift dengan seksama seperti menunggu siapa yang ada di dalam kotak itu.

"Tuan Muda." Sapa Riki saat melihat Dafa keluar dari lift dengan kedua tangan yang berada di saku celana.

"Ya." Balas Dafa dengan bibir terangkat sedikit membalas sapaan dari bodyguardnya.

Entah ia yang perasa atau bagaimana, dirinya menyadari jika Riki ditugaskan untuk menjadi bodyguard pribadinya. Selama ini tidak ada bodyguard yang akan mengikutinya kemanapun, selain bodyguard itu diperintahkan oleh Sang ayah saat dirinya dalam masa hukuman.

Dalam satu hari ini, Riki selalu berada di dekatnya. Seperti memastikan jika dirinya tidak melakukan hal yang dilarang oleh kedua orang tuanya. Berada dikamar, seperti keputusan yang tepat untuk menghindari Riki pikirnya.

"Ayah sama bunda udah di meja makan?" Tanya Dafa tanpa menghentikan langkahnya karena ia tau jika Riki saat ini mengikutinya dibelakang.

"Sudah Tuan Muda." Jawab Riki yang dibalas anggukan singkat oleh Dafa.

Benar apa yang yang dikatakan Riki, Andre dan Nadia sudah duduk dikursi meja makan yang biasa mereka tempati dengan perbicangan santai yang menyertai mereka.

"Halo dek." Sapa Nadia beranjak dari kursinya lalu menyusul Dafa.

"Ya bunda." Balas Dafa dengan membalas pelukan dari bundanya.

"Tadi ayah sama bunda kemana?" Tanya Dafa setelah ia berhasil duduk di kursi yang biasa ia tempati.

"Ada pekerjaan yang tidak bisa ditinggal. Maaf ya." Ucap Nadia menatap anaknya yang berada dihadapannya.

"Iya bun. Gapapa kok." Balas Dafa tersenyum singkat.

"Pakai jaket yang benar Daf." Suara itu membuat Dafa menoleh kearah ayahnya. Pria itu mengatakan dengan nada serius yang sukses membuatnya sedikit bergidik.

Perhatian Dafa turun kearah jaket yang ia pakai, mencoba meneliti apa yang salah dari penampilannya. Ia memakai sandal rumah yang biasa ia pakai, celana training berwarna abu-abu, kaos putih yang tertutup jaket yang ia pakai.

"Apa yang salah?" Gumam Dafa dalam hati tidak mengerti.

Ah, jaketnya tidak ia tutup dengan benar. Resleting jaket itu hanya ia naikkan setengah. Tanpa berfikir lama, ia menaikkan kembali resleting jaketnya sampai atas. Tidak ingin menimbulkan masalah dengan berdebat dengan ayahnya.

Dasva|END✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang