14 : Kawan Lama

13.8K 1.3K 52
                                    

SELAMAT MEMBACA
FORTIDEN
14 : Kawan Lama

Gue bukan orang yang akan selalu peduli sama orang lain, apalagi kalau orang yang gue peduliin nggak tahu diri kayak lo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gue bukan orang yang akan selalu peduli sama orang lain, apalagi kalau orang yang gue peduliin nggak tahu diri kayak lo.
—:—:—:—

FOLLOW :
@kdk_pingetania
@aboutpinge
@arizona.vernanda
@aileen.adhitama

—:—:—:—

ARIZONA sampai di rumahnya. Lelaki itu dengan santai masuk ke dalam rumahnya. Di ruang tamu terlihat seorang gadis kecil bernama Kanya yang sampai sekarang tidak mau lelaki itu akui sebagai adiknya. Lelaki itu berjalan masuk dan melihat kedua pasangan paruh baya. Arizona juga tidak ingin mengakui mereka berdua sebagai orangtuanya.

"Arizona, makan dulu sini!" ajak Laras —ibu tiri Arizona, ketika Arizona melewati ruang makan.

Lelaki itu tidak menghentikan langkah kakinya. Bahkan untuk menoleh pun lelaki itu sangat enggan.

"Punya telinga kan? Ibu kamu menyuruh kamu untuk makan, kenapa kamu malah lewat seenaknya?" Kris —ayah Arizona angkat bicara.

Langkah Arizona terhenti. Lelaki itu kini menatap ke arah Kris, "ibu? Ibu saya udah nggak ada, dan itu semua gara-gara anda. Dan sekarang anda ingin saya mengakui wanita asing yang anda bawa sebagai ibu saya?" tanya Arizona dengan nada tak bersahabat. Kilat matanya menusuk ke arah Kris.

Kris sudah mengepalkan tangannya karena marah.

"Sudah biarkan saja," ujar Laras menenangkan suaminya.

Arizona terkekeh, "sok baik, nyari muka, biar apa? Biar dapet warisan?" sindir Arizona yang kemudian pergi dari sana. Lelaki itu muak tinggal di sini. Bahkan belum genap seminggu ia tinggal di sini, ia sudah benar-benar membenci tempat ini sepenuhnya.

Arizona masuk ke dalam kamarnya dan membanting pintu kamarnya kencang. Biasanya jika di Canada, lelaki itu tidak pernah pulang dijam-jam seperti ini. Lelaki itu biasanya pulang di atas jam dua belas, karena mengikuti tarung liar yang diadakan di negara tersebut.

Bukan untuk sekedar main-main. Akan tetapi untuk mendapatkan uang yang bisa menghidupinya dan ibunya. Tetapi kini ia harus rela tinggal di rumah besar bak penjara ini. Semua fasilitas lengkap sampai-sampai Arizona muak dengan semuanya. Uang yang selalu disodorkan setiap kali ia berangkat sekolah menjadi sangat menjijikkan baginya.

Arizona bangkit dari kasur. Lelaki itu mengambil kaos dan celana olahraga. Ia ingin berolahraga di ruangan olahraga yang tentunya tersedia di rumahnya. Arizona tidak ingin skill bela diri yang telah ia kuasai terlupakan begitu saja.

FortidenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang