18. Deg - Degan

231 35 2
                                    

Diam.

Ya, Thalia masih diam tak bergeming ditempatnya padahal Ridha sudah pergi sejak beberapa menit yang lalu.

Dan posenya pun masih sama, menunduk.

Bukan, bukan.

Thalia bukan sedang mencari uang recehan ditanah, ataupun sedang mencari semut yang berjejer.

Bukan keduanya.

Ridha tidak tau saja, alasan Thalia tak menjawab setiap perkataannya adalah bukan karena masih marah. Melainkan suaranya seakan tercekat ditenggorokan, sehingga sulit untuk mengeluarkan suara. Hal ini terjadi karena menahan emosi yang meluap - luap. Dan emosinya itu adalah..

Malu..

Ya, Thalia malu. Karena saat melihat wajah Ridha ia selalu teringat akan dirinya yang hendak memeluk balik Ridha.

Aaahhhh benar - benar, Thalia tak akan bisa pernah lupa hal itu.

Dan lagi selama Ridha berbicara tadi, Thalia tak bisa fokus mendengarkan karena pikirannya terus berkecamuk tak karuan. Hingga usapan tangan Ridha dikepalanya, membuat seluruh kesadaran Thalia tertarik pada satu titik.

Dan titik itu..

Tidak ada.

Ya, tidak ada.

Karena, setelah kepalanya diusap oleh Ridha. Tiba - tiba segala pikiran memusingkan dalam otaknya pergi begitu saja. Wuss...

Hilang tanpa bekas.

Sehingga otaknya kosong, membuat Thalia tak tau harus melakukan apa, atau biasa orang bilang Thalia mengalami blank.

Tiba - tiba tangan Thalia bergerak perlahan keatas, kearah kepalanya. Lalu memegangnya sedikit, dan...

Blusshh

Wajah Thalia kembali menampilkan semburat merah dan ujung bibirnya sedikit terangkat, saat tangannya menyentuh sedikit kepalanya yang tadi diusap oleh Ridha.

'Senyum dan ngeblush? Kayaknya lo suka sama Ridha.' Suara menggema dalam pikiran Thalia.

"Ha? Gak mungkin deh." Thalia menggeleng pelan menolak pemikirannya sendiri.

'Udah Thal, buktinya lo mikiran Ridha mulu kan dari tadi.' Lagi - lagi suara aneh memenuhi pikirannya.

"Enggak, enggak mungkin." Thalia kenbali menggelengka kepalanya, namun sedikit lebih cepat dari sebelumnya. Thalia juga sedikit kaget, kok bisa sih dia berpikir seperti itu?

'Alah....bohong banget.' Ucapnya lagi.

"Gak! gue gak mungkin suka sama Ridha! Gak! Gak mungkin!!" Thalia berteriak histeris sambil mengeleng kuat, menolak keras pikiran anehnya.

Ting!

Suara bel sepeda menyadarkan Thalia dari ketidakwarasan sesaatnya. 

Thalia melihat siapa yang membunyikan bel sepeda didepannya dan ternyata itu adalah..

Pengantar surat.

Thalia mengerutkan keningnya heran. Melihat ekspresi sang pengantar surat yang aneh menurut Thalia. Ya, ekspresi wajahnya seperti pencampuran antara kaget dan takut.

Padahal, Thalia merasa tak ada hal yang harus ditakuti disekitarnya.

Mungkin.

"Ada apa ya mas?" Tanya Thalia tenang, berbanding terbalik dengan keadaan mas pengantar surat yang terlihat kaget, dan takut.

Dengan tangan gemetar, mas pengantar surat mengulurkan tangannya kearah Thalia, berusaha memberikan surat yang ada pada genggaman tangannya.

Namun karena mas - mas pengantar surat memberikannya sangat lama. Akhirnya Thalia merebut paksa surat itu dari tangannya. Membuat mas - mas pengantar surat itu tersentak kaget, tapi kemudian diam lagi.

Kpopers VS HatersWhere stories live. Discover now